Halcyon & Semenjana (2)

0 0 0
                                    

Nep's POV

Jam tiga sore, aku sudah sampai di rumah. Meski sudah sore, aku tetap merasa kepanasan, gerah. Kemudian aku membuka freezer kulkas dan mengambil beberapa es lilin yang sebenarnya untuk dijual.

Lalu aku duduk di sofa. Sambil menyeruput es lilin, aku memainkan hp ku.

Ada seseorang yang masuk ke rumah, itu kak Ika, kakak ku. Aku dengan kak Ika berbeda satu tahun, begitu juga dengan Galan. Tapi aku sudah biasa memanggil Galan tanpa memakai sebutan 'kak'.

“Assalamualaikum! Eh Nep, udah pulang ternyata.” kata kak Ika sambil melepas kaos kaki nya.

“Wa'alaykum salam.”

“Nep, itu es nya bukannya buat dijual ya?”

“Nanti aku bilang ke ibu, kok.”

“Ibu kemana? Kok gak keliatan?”

“Tadi pagi ibu bilang mau bantuin bu Aya ngurusin catering.” kata ku masih memainkan hp ku.

“Oalah, dikirain kemana.”

“Woi, Ika!” tahu-tahu Galan datang ke rumah.

“Lan, sini masuk aja!” ajak ku. Lantas Galan masuk ke rumah.

“Heh, dateng-dateng langsung teriak-teriak! Bilang assalamualaikum, kek!” omel kak Ika.

“Assalamualaikum, ampun ibu negara.”

“Wa'alaykum salam.”

“Mau numpang makan, boleh gak? Laper nih.” Galan mengusap perutnya yang kelaparan.

Dari dulu kadang-kadang Galan datang ke rumah hanya untuk numpang makan. Padahal dia bisa saja makan di rumah nya.

“Sok, Lan. Eh Nep, kamu udah makan?”

“Belum.” kata ku masih menyeruput es lilin nya. Aku sudah menghabiskan dua bungkus es lilin.

“Heh, belum makan malah makan es!” kata kak Ika sambil memukul kepala ku dengan es lilin yang belum di buka.

“Aduh kak, dingin! Makan es biar seger, kak.”

“Kalo mau seger tuh mandi! Bukannya makan es! Makan dulu sana!”

“Males, kak.”

“Heh, nih anak kalo sakit baru tau rasa!”

“Ik, belum masak?” Tanya Galan dari dapur.

“Eh Nep, enggak masak?” tanya kak Ika lagi.

“Enggak.”

“Hei kalian, ciwi-ciwi! Yang kreatif dong! Kalo gak ada makanan di rumah ya masak!” kata Galan menghampiri ku dan kak Ika.

“Ik, aku mau belanja dulu. Tadi di kulkas aku lihat gak ada apa-apa.” lanjut Galan.

“Iya Lan, soalnya ibu belum belanja.” kata ku.

“Lan, aku ikut!” kata kak Ika lalu ikut keluar rumah dengan Galan.

Yah, dimana pun Galan, disitu ada kak Ika. Dan yah, mereka berdua pacaran.

Hanya saja aku kadang kesal dengan mereka berdua. Mereka asik berduaan sampai mengabaikan keberadaan ku. Aku sering jadi nyamuk diantara mereka.

Dari TK sampai SMA, aku, kak Ika dan Galan selalu satu sekolah. Galan sudah seperti kakak laki-laki untuk Ika dan aku.

Namun hanya sampai aku kelas tiga SMP, dimana saat itu kak Ika dan Galan sudah masuk SMA. Sudah setahun yang lalu Galan menyatakan perasaan nya pada kak Ika.

Saat SMP, aku sempat menyukai Galan. Mungkin karena perhatian yang selama ini Galan berikan.

Akan tetapi aku tahu, diantara diriku dan kak Ika, Galan akan lebih memilih kak Ika. Galan hanya menganggap ku sebagai adiknya.

“Assalamualaikum!” itu suara kak Ika. Mereka berdua sudah kembali.

“Ik, aku aja yang masak. Kamu bantuin potong-potong sayur nya aja ya!”

“Oke deh, Lan.” kata kak Ika.

“Oh iya Ik, aku mau masak telor dadar dulu.”

Aku sudah mengganti baju. Baru saja keluar dari kamar, Galan menghampiri ku.

“Nep, daripada kamu gak ada kerjaan, mending kamu bantu kupasin kentang.”

“Iya ...” kata ku pasrah. Sebetulnya aku malas karena seperti nya aku akan jadi nyamuk lagi.

Ngomong-ngomong tentang Galan, dia memang jago masak. Soal mengupas bawang saja, aku masih kalah cepat dengan Galan.

Kelihatannya Galan memang seperti pacar idaman. Jago masak, cukup rajin soal pekerjaan rumah dan perhatian pada orang-orang terdekat nya, yah pokoknya boyfriend able lah kalau kata teman-temanku. Tapi sebenarnya dia itu buaya darat.

Waktu SMP, dia sudah gonta-ganti pacar. Awalnya aku tidak setuju kalau kak Ika pacaran dengan buaya seperti dia. Katanya dia sudah tobat, tapi aku masih meragukan nya.

Bahkan setelah masak, mereka berdua masih asik bermesraan, entah itu gombalan Galan yang membuat kak Ika tersipu atau semacamnya. Aku yang mendengar nya pun kadang merasa geli sampai geleng-geleng kepala.

Di meja makan, kak Ika dan Galan juga asik mengobrol. Aku tidak begitu mengerti dengan obrolan mereka.

“Lan, kak, aku makan di kamar aja ya?” kata ku memotong pembicaraan mereka.

“Loh kenapa, Nep?” tanya kak Ika.

“Mau sambil ngerjain tugas, kak.” itu cuma alasan ku saja.

“Capek ya Nep, ngeliat kita berduaan?” tanya Galan bercanda.

“Iya.” jawab ku jujur.

Kemudian aku kembali ke kamarku. Aku juga tidak tahu kenapa aku merasa kesal dari tadi. Antara masih tidak terima kak Ika pacaran dengan Galan atau ...

Apa aku masih suka dengan Galan?

Entahlah, untuk sekarang ini aku tidak ingin menaruh hati pada siapapun. Aku akan terus begitu sampai aku menemukan orang yang tepat.

~   ~   ~

Author's POV

Di teras rumah Galan, Nep dan kak Ika lagi menunggu Galan yang sedang mandi. Hari ini Galan mau mengenalkan mereka pada teman-teman nya.

“Ik, belum pada dateng ya?”, tanya Galan sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk.

“Iya, baru aku sama Nep doang.”

“Kalian udah pada makan belum?”

“Udah.” kata Nep dan kak Ika bersamaan.

Galan punya rencana, yaitu dia akan mengadakan touring dengan teman-teman nya. Nep dan kak Ika diajak Galan untuk bergabung. Makanya mereka sekarang di rumah Galan karena ingin ikut membahas touring dengan teman-teman nya Galan.

Kemudian tidak lama seorang pemuda datang ke rumah Galan sambil mengendarai motornya. Dia memarkirkan motornya di halaman rumah Galan. Saat pemuda itu membuka helm nya dan paras nya terlihat, Nep merasa tidak asing dengan pemuda itu.

“Eh Al, udah lama! Gimana kabar lo? Kok lo udah kayak gak keliatan sih?” Galan menyapa pemuda itu.

“Alah Lan, perasaan lo doang itu mah! Alhamdulillah, kabar gue baik.” kata pemuda itu yang dipanggil Al.

“Oh iya Ik, Nep, kenalin ini Alfa. Masih satu sekolah sama kita. Nep, tau dia gak? Kalian seangkatan kan?”

Pantas saja Nep merasa familiar dengan pemuda itu. Mereka satu angkatan rupa nya. Nep sering mendengar nama Alfa dari teman-teman nya.

Hanya saja dia baru tahu kalau pemuda itu Alfa yang dibicarakan oleh teman-teman nya di kelas.

~   ~   ~

Bandung,

Diedit pada : 16 Desember 2023

The Story Of Youth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang