Makan Bersama

96 3 0
                                    

Malam harinya di restoran ternama kebetulan tak jauh dari pantai Ancol dimana mereka berada.

Diana, David, Mita, Andre dan Morgan berada di ruangan VVIP. Mereka semua menikmati makan malam yang sebelumnya sudah dipesan oleh David, terkecuali Andre ia terlihat tidak berselera makan hanya mengaduk aduk isi piring di hadapannya.

"Bang lo kenapa." ucap David melihat abangnya melamun entah apa yang ada di pikirannya sama sekali tidak menyahut.

Mita meneguk minumannya sekali tandas beralih menatap pria dengan tatapan kosongnya.

"Na, kakak ipar lo kenapa." lengan Mita menyenggol bahu Diana berbisik.

Wanita yang duduk berhadapan langsung dengan wajah tampan pucat Andre menunduk saat tatapan mata saling bertemu walaupun cuma beberapa detik, tapi cukup jelas jika pria itu dalam keadaan tidak baik baik saja.

Sekitar satu jam mereka selesai makan. Andre beranjak berdiri dari duduknya seperti menahan sesuatu yang ingin keluar dari dalam dirinya. "Semuanya, aku duluan ya. Gan, ayo!" beralih melirik Morgan yang tengah asyik bercanda ria bersama Mita, perempuan di pertemuan pertama keduanya terlihat akrab.

"Bang lo." panggil David khawatir berdiri berhadapan menahan bahu kakaknya. Selama makan malam itu berlangsung sang kakak sama sekali tidak bersemangat, hanya diam dan diam.

Andre tau apa yang ada di dalam pikiran David ia tersenyum seraya menepuk pundak adiknya.

"Abang pergi dulu ya." pamit nya diam diam mencuri curi pandang dengan wanita yang setia merangkul mesra pinggang adiknya. Dia seakan sengaja menunjukan kemesraan di hadapannya.

Huweek

Andre berlari begitu saja meninggalkan berbagai pasang mata dengan tatapan tanda tanya, perutnya mendadak mual disertai kepala dan pikirannya sedang kalut.

"Bos." seru Morgan ikut berlari menyusul bosnya.

***

Esok harinya

Di kantor Boustion Group

Tok tok tok

Ceklek

"Bos." membuka pintu perlahan melangkah masuk.

Asisten sekaligus sahabat Andre mencari cari keberadaan sang bos ke seluruh ruangan berukuran besar dan tiga kali lipat lebih luas dari ruang bekerjanya.

Tak berselang lama seseorang yang dicari cari datang memasuki ruangannya dari balik pintu.,

"Cari siapa lo. Pagi pagi udah clingak clinguk kayak anak ilang ditinggal emaknya." cerca Andre baru saja masuk.

Morgan melihat ke arah jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi lebih lima belas menit.

Bisa bisanya pria itu bersikap santai tanpa ada beban sedikitpun, bilang masih pagi padahal matahari udah terasa semakin tinggi.

"Pagi ini kamu ada meeting penting bersama pak Burhan jam sembilan." ucap Morgan berjalan menghampiri bosnya ke teras balkon.

"Dan lo."

Itu berarti Andre terlambat satu jam, kelewat batas dari kesepakatan waktu yang sebelumnya dijanjikan.

"Oh..." ujar Andre santai memandang suasana ibu kota dari lantai dua puluh lewat teropong berukuran sedang. Ia tau asistennya sudah menggantikan posisinya sebagai perwakilan.

Senyuman terukir jelas di sudut bibirnya. "Gan, coba kamu liat deh." memberikan teropong miliknya ke Morgan.

Apa?
...

Udah cepetan liat
...

Nggak mau, gue bukan bocah seperti lo yang hobi mainin benda begituan
...

Heh! Gue bukan anak kecil, benda ini peninggalan satu satunya ibu kandungku
...

"Sorry bos, gue tidak ber." ucap Morgan merasa bersalah atas ucapan barusan. Dari mimik wajah Andre terlihat jelas sedang tiba tiba tertunduk sedih dan melenggang pergi tanpa sepatah kata.

Brugh

Suara benda jatuh terdengar jelas dari teras balkon, Morgan menyerngitkan dahi kaget, tidak biasa bosnya bertindak ceroboh apalagi sampai menjatuhkan sesuatu berharga dari dalam ruangan kerjanya.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang