Mengerjai

130 2 0
                                    

Saat ini dua sahabat tengah asyik menonton film The Marvel dan duduk di kursi urutan kedua dari barisan pertama dekat dengan layar.

Na?
...

Hmm
...

Gue ke toilet dulu ya
...

"Hmm...." jawab Diana lagi lagi bergumam fokus ke layar seraya memakan pop corn sesekali tertawa senang.

"Ya udah." bangun dari duduknya. "Tolong jagain tas gue ya bentar." akan pergi.

"Emang tas lo bocah pake acara di jagain segala." celetuk Diana terus memasukkan pop corn ke dalam
mulutnya hingga penuh.

"Serah lu deh. Intinya lo jagain tas gue." tegas nya.

"Eh..." kagetnya saat Mita meletakan tas hitam berkombinasi mutiara ke pangkuan nya. "Lo mau kemana? ninggalin gue kayak dulu."

"Heh! sensi amat lo." menepuk dahi Diana keras hingga si empu mengelus elus dahinya.

"Tas lo nggak sekalian dibawa."

Menggeleng berat. "Tadi kan gue udah bilang ke lo." ujar Mita menekan.

"Hmm... iya gue denger kok, cuma basa basi aja biar mulut lo ada kerjaan." celetuk Diana menatap wajah kesal Mita dengan ekor matanya.

Tiga puluh menit berlalu namun Mita tak kunjung kembali padahal film sebentar lagi berakhir.

Sementara itu Diana baru menyadari ketidak hadiran sahabatnya karna ia terlalu asyik menikmati alur cerita film yang menyebutnya seru.

Sahabatnya ternyata masih ingat betul selera film kesukaan Diana, ia sedari kecil begitu mengidolakan beberapa pemain Marvel.

Drettt Drettt Drettt

📞 > > >

Bunyi panggilan masuk, tentu saja itu sangat mengganggu orang orang yang berada disana karna sudah beberapa kali berbunyi namun pemilik tak kunjung datang, begitupun wanita yang tengah asyik menonton ikut terusik ingin sekali ia melempar jauh benda pipih hitam itu.

"Berisik. Mba nya keluar aja gih sana, daripada ganggu ketenangan orang lagi." seru remaja belasan tahun yang duduk di barisan paling belakang.

Sontak Diana menoleh kaget, ia memilih diam karna memang dari dulu dia tipe orang yang tidak suka berdebat, dan memilih pergi dari sana seraya tersenyum palsu.

"Aaah." meraup wajahnya kasar. "Ini Mita kemana coba, bilangnya cuma sebentar tapi ini udah lebih dari satu jam, mana film nya belum selesai lagi." gerutu Diana beralih memasuki Cafe untuk makan siang, kebetulan saat ini perutnya keroncongan.

Drettt

Drettt

Drettt

Ponsel Mita kembali berbunyi, cukup keras karna ia sedikit melamun entah apa yang ada di dalam pikiran nya saat ini.

"Ah ya ampun... Andre? jadi benar suami Mita itu." gumam Diana berkesiap dada membulatkan mata sempurna. tertera nama Andre di layar ponsel Mita, mendengar namanya saja malas apalagi ia harus menerima panggilan darinya walapun bukan tertujukan untuknya.

Ting

Notifikasi pesan masuk

> Hei, istri bayaran. Cepet angkat panggilan dariku, jika tidak kau akan tau sendiri akibatnya

'I istri bayaran.'

Drettt Drettt Drettt

Panggilan kembali masuk dari lelaki itu.

Satu panggilan

Dua panggilan

Tiga panggilan

Tidak ada balasan.

Ting

> Angkat b4ngs4t atau gue bunuh lo sekarang juga

Ha...ha...ha

Tawa nya renyah, untung cafe itu sepi pengunjung, jadi tidak takut ada yang memarahinya seperti tadi.

"Kerjain dikit boleh kali ya." ucap Diana mengetik sesuatu di apk hijau.

< Ih, takuuut. Tapi boong( smile tertawa) dasar pria mesum

balasnya buru buru mematikan ponsel.
***

Sementara dilain tempat

Prank

Sebuah benda terlempar ke dinding dekat pintu masuk melayang hampir saja mengenai seseorang.

"Astaga bos." kagetnya menatap nanar benda hitam tak berbentuk lagi.

Bagaimana tidak, harga benda itu terbilang cukup mahal dari sebagian orang lain yang lebih membutuhkan nya.

"Santai bos." selangkah demi langkah berjalan menghampiri lelaki dengan sorot mata tajam. "Ini berkas yang bos minta." hendak pergi.

Mau kemana kamu?
...

Pergi
...

Tetap disini, ada tugas penting untukmu
...

Baiklah

berbalik badan.

"Bereskan dia sekarang juga." titah nya melemparkan foto.

"Bos, saya tau kau sedang stress. Tapi jangan gini juga caranya, bunuh orang dosa besar tau." ucap Morgan berusaha menasehati.

"Kemari!" menjentikkan jari telunjuknya. Morgan menuruti perintah atasannya setelah itu pergi dari hadapan Andre tidak peduli tatapan horor menyelimuti kedua netra tajam.

"Tidak mau." tolak cekikikan Morgan buru buru memghilang dari ruangan dingin terasa panas itu.

Morgan....?

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang