Sebelumnya Andre berada di ruang ICU karna cidera parah di kepala dan juga benturan keras bagian dadanya. Kini pria itu sudah dipindahkan ke ruang rawat perawatan.
"Dimana dia?" tanya Andre pada dokter yang memeriksanya.
Pagi ini bukan dokter pribadinya melainkan Erdan asisten Dr. Juno yang menggantikan tugasnya untuk sekedar menyuntikkan vitamin dan mengecek kondisi pasien.
"Sebaiknya anda beristirahat, saya permisi." ucap Erdan ramah sembari menyuntikkan vitamin ke botol ingusan Andre.
Serta menanyakan seputar apa saja yang dirasakan olehnya agar dokter bisa menindak lanjuti jika ada keluhan keluhan.
"Kau siapa, lalu kemana Juno." ketus Andre menatap dokter pengganti sinis.
Sontak itu membuat Erdan ngeri akan tatapan horor seakan ingin menerkam ditujukan pada nya, ia tetap bersikap santai, tetapi ia pula menjawab pertanyaan darinya saking merinding dengan kilatan mata tajam netra pasien nya.
"Saya permisi. Sebentar lagi suster akan datang untuk." pamit Erdan langsung kena sarkas.
"Kau tuli ha! bibirmu bisu." sentak Andre jengkel karna tidak mendapat jawaban dari pertanyaan nya.
Ia tau betul bagaimana sifat Andre, apalagi kini dia kehilangan sebagian ingatannya, Juno sudah menjelaskan semua padanya. Sempat nolak, pikir lagi ke awal drinya adalah seorang dokter, itu sebuah pertanggung jawaban dari tugasnya.
"Saya Erdan tuan asisten Dr. Juno. Beliau sedang ada rapat penting diluar." jawab Erdan akhirnya. Daripada Andre semakin emosi bisa bisa itu akan memperparah keadaan. Saat ini emosinya tak dapat terkontrol baik.
"Saya tidak mau tau diurus olehmu, panggil dia sekarang, suruh kesini sekarang!" ucap nya dengan nada perintah.
Erdan semakin bingung, Juno berpesan jangan hubungi dia selama rapat penting bersama para investor yang bekerja sama dengan nya untuk membangun cabang rumah sakit di luar kota.
"Akh!" pekik Andre tiba tiba merasakan kepalanya berdenyut, nyeri, sakit secara bersamaan.
"Kendalikan emosimu tuan." kata Erdan menepuk pundak pria yang kini berbaring lemas di atas brankar.
Menepis kasar tangan itu. "Pergi, tinggalkan aku sendiri, pergi!" pinta nya mengusir. "Sssttt... akh!" desisnya kesakitan sambil meremas kuat rambut sedikit memanjang.
Ada apa ini?
Seru seseorang wanita berlari menghampiri.
"Baby akhirnya kamu datang." tariknya dalam dekapan. Tangan Andre melingkar sempurna di pinggang ramping Diana membuat nya berkesiap tubuhnya menempel di tubuh Andre yang buru buru duduk melihat kedatangan kekasihnya.
"Dok." lirih nya memejamkan mata seperkiraan detik.
Dr. Erdan mengangguk paham. "Saya permisi."
...
Sementara itu dari luar gedung bertingkat tinggi terlihat pria bertubuh proposional dengan setelan jas Navy senada melangkah tegap dalam pintu masuk.
Disana sudah ada dua orang menyambut kedatangan pemimpin perusahaan sekaligus CEO yang sudah beberapa bulan baru menginjakkan kakinya disana setelah beberapa bulan tak ada kabar.
Hanya desas desus baik maupun buruk.
"Gan." panggil nya menoleh ke belakang.
"Iya tuan." kata asisten Morgan.
Semenjak kecelakaan yang terjadi pada sahabat nya ia tidak lagi memanggil atasannya Bos melainkan Tuan sesuai perintah.
"Dimana ruangan kerjaku?"
Sepatah itu memori ingatan Andre sebagian hilang, sampai sampai lupa dimana letak tempat tempat di kantornya sendiri. Bertahun tahun lama membangun usahanya, hingga perusahan semula kecil menjadi berkembang pesat berkat kecerdasan otaknya dalam mengatur strategi bisnis.
"Kau tuli. Hmm..." suara datar kembali terucap.
"Mari! " ujar Morgan mempersilahkan atasannya terlebih dahulu jalan.
Mereka sudah berada di lantai sepuluh ruangan pribadi CEO perusahaan itu.
"Silahkan masuk tuan." ujar Morgan sedikit canggung.
Padahal bertahun tahun bekerja sebagai asisten ia tak pernah segugup itu. Mungkin karena perubahan sikap sahabat nya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
IPAR KEMATIAN (END)
AcakPernikahan adalah sebuah momen terindah yang di idamkan semua pasangan, tapi tidak untuk Diana. Di malam pertamanya kakak iparnya sendiri dengan sengaja menjebak dalam hubungan terlarang, merebut hak yang seharusnya di berikan bersama sang suami ia...