Kedatangan Tamu

97 1 0
                                    

Keesokan harinya pagi pagi buta suara berisik bel pintu rumah terus berbunyi, membangunkan wanita yang masih terlelap dalam selimut, semalaman tak bisa tidur lantaran putranya rewel alhasil ia hanya istirahat seusai melaksanakan kewajiban sebagai muslim.

Baru beberapa menit memejamkan mata di sudut tempat tidur dengan mukena yang masih ia kenakan.

Ting tong

Ting tong

Ting tong

Bel rumah berbunyi berkali kali hal itu membuat wanita di dalam selimut bergegas turun, membuka mukena ia lipat lalu diletakkan diatas kasur.

"Siapa sih. Pagi pagi udah bertamu, pak RT kali ya, ah masa bisa masuk halaman rumah, diluar kan ada Pak Bambang sama Pak Mali berjaga disana." suara itu berbunyi terus seakan tiada jeda.

Ting tong

Buru buru menuruni anak tangga, langkah sedikit lebar, merasa geram melihat siapa gerangan orang yang bertamu sepagi itu.

Matahari saja belum sepenuhnya  menunjukkan sinarnya, pukul 05:00 pagi.

"Hadeuh ini orang sabar kenapa, gak tau apa aku harus ninggal putraku didalam kamar sendirian." gerutu nya kesal ingin sekali mengusir orang itu.
  "Iya sebentar." seru dari dalam agak keras. Padahal tidak begitu jelas tersebar dari luar, makanya ia berani berteriak.

Seandainya tamu penting bisa berabe urusanya nanti.

Di luar pria berpawakan gagah menekan bel, puluhan kali mungkin jika sanggup menghitung.

Ceklek

Pintu terbuka menampakkan paras cantik wanita dicintai nya.

"Maaf ya saya tidak menerima tamu. Saya ngantuk mau tidur, jadi mohon pengertian anda." ucap pemilik rumah belum sepenuhnya sadar, kedua kelopak mata terasa berat.

Hanya menyipitkan mata, pandangan tertuju pada punggung pria yang berdiri membelakangi.

Pintu hendak ditutup. Tangan kekar menahannya. "Tidak baik menolak tamu, rezeki kamu bisa terhambat loh!" tutur nya.

Helaan nafas terdengar berat. 'Andre. Sudah ku duga, aish! satu hari aja biarkan aku tenang, ya ampun.'

"Kamu." lirih nya raut tak suka.

"Good morning baby. Kamu semakin hari."

"Jelek. Iya karna aku tidak sempat merawat diri, anda tau kan ibu ibu seperti saya banyak makan." ketus nya  terdengar tidak bersahabat.

Semenjak Diana melahirkan ia lebih sering lapar tidak kenal waktu, tengah malam ada saja yang di dapur menjadi santapan guna memperkenyang perutnya tentu diimbangi sayur sayuran agar putranya juga mendapatkan gizi dari ibunya.

Berbeda dengan ayah biologis nya yang mengalami kenaikan berat badan, sama seperti dirinya.

Pria di hadapan nya tersenyum melihat penampilan Diana agak berbeda dari biasanya.

Kaos putih oblong menerawang dipadu hotpants memperlihatkan kaki jenjang agak berisi bagian perut, bisa dikatakan montok.

Gleg

'Wow. Pasti isi dalamnya enak dimainin, mana besar besar lagi.' batin Andre menelan ludah susah.

Tiba tiba sebuah pukulan kecil  mendarat di kepala pria itu. "Dasar mesum. Cuci otak lo biar gak ngeres." cetus Diana.

Pletak

Aduh!

"Aku salah apa kenapa kamu mukulku. Kdrt ini namanya, bisa dilaporkan." pekik nya manik mata tanpa beralih sedikitpun dari kaca mata tertutup dua kain.

"Yang ada lo yang gue laporin." tunjuk nya.

Menunjuk diri sendiri. "Kok jadi aku."

"Lo bertamu tidak kenal waktu. Ganggu orang lagi istirahat, lo tau gak gue itu semalaman tidak." belum sempat menyelesaikan perkataan nya dari arah kamar terdengar bayi sedang menangis.

Berlari masuk ke dalam kamarnya. "Astagfirullah." kaget Diana saat sang buah hati hampir jatuh berguling dipinggiran ranjang.

Beruntung telapak tangan kekar  menadah menangkap tubuh mungil putranya, jika tidak, entahlah apa yang terjadi.

Berbeda dengan Diana berdiri mematung, kedua kaki rasanya kelu, ia teledor menempatkan sang putra kecilnya.

Saking kelelahan mengurus, merawat sendiri Ananda sempat demam tadi malam. Beruntung ia bisa mengatasinya sesuai arahan dokter Juno semalam dia hubungi lewat panggilan vidio.

"Tentahlah putra kita baik baik saja. Dia manusia kecil yang kuat, papa nya kan keturunan super hero, jadi kamu tidak perlu risau." tutur Andre terkekeh guna menenangkan istri dan putra nya semula menangis kini lebih tenang di dalam gendongan nya.

Tak butuh waktu lama bayi mungil itu terlelap dalam tidurnya. Diana menatap haru pada kedua pria beda generasi.

"Semalam Putra." ujar nya gantung.

Menoleh ke sang istri penuh tanda tanya. Ada perasaan cemas terulas di wajahnya. "Putra kenapa." tanya Andre  serius.

Menggeleng cepat. "Tidak apa apa." elak nya. "Letakkan Putra ke tempat tidurnya, aku mau siapkan sarapan untuk kita." memutuskan kontak mata dari pria yang sudah jadi suaminya.

'Aku akan buat kamu jatuh cinta lagi sama aku.' menatap punggung istrinya berjalan menuju dapur.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang