PROLOG

661 74 9
                                    

"Buat Ana."

Anak laki-laki berusia 7 tahun itu menyodorkan sebuah kalung berwarna silver dengan adanya huruf inisial A&A kepada anak perempuan di hadapannya.

Anak perempuan itu mengernyit bingung
"Buat Ana?" 

Anak laki-laki itu mengangguk. "Iya. Sini Alvan pakein."

Anara, anak itu hanya menurut saja. Ia menyampirkan rambut sebahunya ke samping, agar Alvan bisa dengan mudah memasangkan kalung itu di lehernya.

Anara memegang kalung yang sudah terpasang dengan indah di lehernya, senyuman manisnya terukir begitu saja. "Makasih Alvan. Ana suka!" Ucap Anara antusias.

"Iya sama-sama, Ana."

Alvan ikut tersenyum, rasanya ia ikut bahagia melihat Anara yang terlihat sangat bahagia dengan hadiah pemberian dirinya.

Anara beralih menatap Alvan dengan tatapan bingung. "Alvan kok ngasih Ana hadiah kalung ini? Kan Ana lagi gak ulang tahun. Terus arti dari huruf A&A ini apa?" Tanya Anara, dirinya menunjukkan huruf yang terdapat di kalungnya kepada Alvan.

"Huruf A&A itu artinya Anara dan Alvan."

"Alvan ngasih hadiah ini untuk Ana, biar Ana tetap mengingat Alvan, walau Alvan berada jauh dari Ana." Jelas Alvan.

Mendengar itu, Anara mengerjapkan matanya beberapa kali.

Apa dirinya tidak salah dengar? Alvan akan pergi meninggalkan dirinya?

"Maksud Alvan, Alvan mau pergi ninggalin Ana?"

Alvan mengangguk lemah. "Iya, Alvan harus ikut papah dan mamah keluar negeri, Karena urusan pekerjaan papah."

Hening. Tidak ada jawaban dari Anara. Anak perempuan itu hanya menundukkan kepalanya, ia meremas kedua tangannya kuat-kuat, sepertinya Anara tidak siap untuk berjauhan dengan Alvan.

"Ana." Panggil Alvan lembut. "Maafin Alvan."

"Alvan jahat..." Lirih Anara, disertai dengan isak tangisnya. Alvan menangkup wajah Anara, Dan benar saja kini wajah anak itu sudah dibasahi oleh air matanya sendiri.

"Maafin Alvan, Ana. Alvan juga gak mau ninggalin Ana."

"Alvan kan udah janji gak akan pernah ninggalin Ana. Tapi kenapa alvan malah ingkar janji? Kalo Alvan pergi, nanti Ana gak punya temen. Nanti Ana dijahatin lagi sama mereka, Alvan.." 

Alvan menarik Anara ke dalam pelukannya, membiarkan kaos abu-abu yang di kenakannya basah oleh airmata Anara. Airmata Anara adalah sebuah kelemahan bagi seorang Alvan. Alvan paling tidak bisa melihat Anara menangis. Tetapi untuk kali ini, sepertinya Alvan akan membiarkan Anara menangis sepuasnya sampai anak itu lelah.

"Ana jangan nangis, Ana kan tau sendiri kalo Alvan gak bisa liat Ana nangis." Alvan mengusap surai hitam Anara dengan lembut, mencoba membuat Anara sedikit lebih tenang.

"Alvan memang gak bisa tepatin janji alvan untuk tidak meninggalkan Ana." Jeda Alvan.

"Tapi Alvan janji, Alvan akan kembali menemui Ana nanti. Setelah Alvan kembali ke indonesia, dan Setelah Alvan atau Ana udah dewasa."

Anara melepaskan pelukannya, ia menatap Alvan dengan mata sembabnya. Anak itu  menyodorkan jari kelingkingnya dihadapan Alvan. "Janji?"

Jari kelingking Alvan terangkat, dan ia tautkan dengan jari kelingking Anara. Suatu hal yang selalu keduanya lakukan disaat keduanya akan menyepakati sebuah perjanjian.

"Alvan janji."

••••••

Selamat datang di kisah Anara dan Alvan! Ralat, bukan hanya kisah mereka saja yang akan diceritakan, tetapi tokoh-tokoh yang lainnya. Tapi mungkin akan lebih memfokuskan tentang Anara dan Alvan, menyesuai kan judulnya yaa❣️

I hope you all like my first story💅

Lampung, 18 Desember 2023

Alvan & Anara  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang