Bagian 7

161 37 2
                                    

Kita punya keinginan, Semesta punya kenyataan, dan Tuhan punya keputusan.

•••••••

"Ana."

Anara menoleh, menatap Alvan yang juga tengah menatapnya.

"Iya?"

"Mau makan dulu?"

Anara menggeleng, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya menatap ke luar jendela. Langit tampak mendung sore ini, alhasil Anara tidak bisa melihat Senja. Padahal Anara sedang ingin melihat senja. Mungkin saja Senja bisa menenangkan hati Anara yang saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Ana mau es cream?" Anara kembali menggeleng.

Alvan menghela nafas, Alvan harus apa agar Anara tidak murung seperti ini?

Alvan menarik kepala Anara untuk bersandar di bahunya, sedangkan Alvan tetap fokus menyetir. Sesekali Alvan juga mengusap kepala Anara, dan hal itu berhasil membuat Anara sedikit lebih tenang.

"Maafin Alvan."

Anara tidak menjawab, gadis itu justru memejamkan matanya.

"Alvan gak suka liat Ana dekat-dekat cowok lain."

Kini Anara kembali membuka matanya, menatap wajah Alvan dengan posisi yang tetap tidak berubah.

"Kenapa? Kenapa Alvan gak suka?" Tanya Anara.

"Gak tau, Alvan gak suka aja." Alibi Alvan.

Aneh. Satu kata itu lah yang bisa Anara ucapkan untuk sekarang. Tidak mungkin Alvan tidak mempunyai alasan. Lagipula, semua hal yang terjadi di dunia ini mempunyai alasannya masing-masing kan?

Anara tidak mau ambil pusing, ia kembali memejamkan matanya, dan mulai terlelap.

Alvan melirik Anara yang sudah tertidur, wajah cantiknya terlihat sangat damai. Bahkan Alvan bisa merasakan jika deru nafas Anara terdengar beraturan, menandakan gadis itu sudah tertidur pulas.

"Alvan gak suka kalo Ana dekat-dekat cowok lain."

"Karena Alvan cemburu, Ana."

••••••

"Han, kenapa bisa muka lo jadi babak belur gitu? Siapa yang berani mukulin lo?" Tanya Vino kepada Reyhan, lebih tepatnya sedang mengintimidasi.

"Bukan siapa-siapa." Jawab Reyhan, pemuda itu kembali mengompres luka di wajahnya dengan kain basah yang sebelumnya sudah direndam dengan air hangat. Sesekali Reyhan meringis saat merasakan perih.

"Jangan bohong, Han. Jujur aja. Nanti kita hajar balik tu orang. Belum tau aja mereka kalo lo ini siapa." Sahut Kevin, Teman-teman mereka yang lain juga ikut menyetujui ucapan Kevin.

Reyhan menggeleng. "Gak Perlu. Kali ini gue gak mau pakai kekerasan."

"Mungkin gue emang selalu gak beruntung dalam urusan percintaan." Lanjut Reyhan.

Vino mengernyit. "Jangan bilang, lo lagi suka sama cewek?" Tebak Vino, yang ternyata sangat tepat sasaran.

Reyhan hanya diam, ia menghisap rokok di tangannya. Bahkan ia sendiri tidak tahu laki-laki yang memukulinya itu benar-benar pacar Anara atau bukan.

Alvan & Anara  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang