Bagian 27

60 4 0
                                    

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi teman-teman muslim! 💗

••••••

Hidup bukan tentang bahagia sesuai dengan kehendak kita, Tapi bagaimana kita mampu bahagia dengan skenario semesta.

••••••


"Saya ingin anak saya dengan anak kamu dijodohkan, Rio." Ucap Ivana, tanpa ada keraguan sedikit pun di setiap ucapannya.

Baik Alvan, Lisa maupun Rio sama-sama terkejut, ketiganya menatap Ivana dengan tatapan tidak percaya, sedangkan yang ditatap seperti itu hanya menatap balik dengan ekspresi wajah biasa saja dan postur tubuh yang santai.

Jika ketiganya terkejut, berbeda dengan Viona yang terlihat sangat senang dengan perkataan ibunya barusan. Di dalam hati Viona terus mengucapkan terimakasih untuk Ivana yang memang benar-benar bisa memahami perasaannya.

"Kamu bercanda, Vana?" Tanya Rio.

"Apakah kamu lihat jika saya sedang bercanda?" Tanya Ivana balik. "Saya tidak suka bercanda untuk urusan yang seharusnya diharuskan untuk serius."

"Perjodohan ini untuk kelancaran kerja sama perusahaan kita, bukan? Untuk apa kamu merasa ragu seperti itu?" Kini Daniel yang melontarkan pertanyaan untuk Rio, sedangkan Rio masih tetap merasa tidak setuju dengan keputusan yang Ivana dan Daniel buat ini.

"Kamu tau sendiri, Vana. Perjodohan bukanlah hal yang mudah. Perjodohan itu harus disetujui oleh kedua belah pihak." Sahut Lisa.

"Tetapi saya setuju, tante." Ucap Viona. "Saya sangat setuju jika saya harus dijodohkan dengan Alvan."

"Tapi gue gak setuju, Viona!"

Alvan berdiri dari duduknya, ia menatap Viona dengan tatapan tajam. Tidak peduli jika ada kedua orang tua gadis itu dan kedua orang tuanya di antara mereka saat ini, yang lebih penting Alvan tidak suka jika harus dipaksa dalam hubungan sakral seperti ini.

"Tapi ini untuk kepentingan kerja sama orang tua kita, Alvan." Balas Viona tidak mau kalah.

"Gue gak peduli!" Sentak Alvan.

"Lo tau sendiri, gue paling gak suka dipaksa Vi. Jadi jangan harap gue mau untuk dijodohin sama lo."

Setelah mengucapkan hal itu, Alvan berlalu pergi menuju kamarnya, tanpa memperdulikan Viona dan Ivana yang terus memanggil namanya.

"Kamu lihat sendiri kan, Vana? Alvan tidak mau untuk dijodohkan." Ucap Rio.

Ivana tersenyum sinis, ia menatap pasangan suami istri di hadapannya itu dengan tatapan remeh. "Kamu lupa, Rio? Kamu mempunyai sebuah hutang kepada perusahaan saya."

Rio dan Lisa terdiam membeku, keduanya tidak tahu harus menjawab apa.

"Kamu pasti masih ingat, bahwa dulu perusahaanmu mengalami kebangkrutan yang cukup parah, dan pada malam itu kamu datang ke rumah saya, memohon-mohon kepada saya, supaya saya mau memberikan kamu pinjaman sebesar empat juta lima ratus ribu dolar."

"Jelas kamu tau Rio, uang yang saya pinjam ke kamu itu bukanlah uang yang sedikit. Apakah kamu sanggup untuk membayarnya dalam tempo satu minggu ini?" Tanya Ivana.

"Satu minggu? Apa kamu gila, Vana?" Tanya Rio dengan ekspresi terkejut, sedangkan Ivana justru tertawa.

"Saya tidak gila, Rio. Permintaan saya itu adalah hal yang wajar. Lagipula itu uang saya, bukan? Jadi tidak masalah jika saya meminta kamu membayar hutang kamu itu dalam waktu satu minggu ini."

Alvan & Anara  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang