Bagian 1

364 65 27
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!!

Utamakan vote & Comentnya, jangan pelit" Ntar kuburannya sempit☺

Happy reading❣️

••••••

Rindu itu fatamorgana. Datang dengan tiba-tiba, pergi tanpa aba-aba.

••••••

Kringgg... Kringg...

Kedua mata gadis itu mengerjap pelan, mencoba mengumpulkan nyawanya. Kedua matanya lalu beralih menatap jam weker yang sudah menunjukkan pukul enam pagi.

"Berisik banget." Gadis itu berdecak kesal, Ia mematikan jam weker diatas nakas yang berada tepat disebelah ranjangnya.

"Anara! Bangun, sayang! Nanti telat berangkat sekolahnya!" Anara, gadis itu segera merubah posisinya menjadi duduk, saat mendengar teriakan sang ibu dari luar kamar yang disertai dengan suara gedoran di pintu kamarnya.

"Iya bundaaa!"

Dengan malas gadis itu bangkit, lalu ia berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mandi yang berada di kamarnya. Hanya butuh waktu sekitar 25 menit, Gadis itu sudah bersiap dengan seragam sekolahnya.

Anara berdiri di depan cermin, sembari memperhatikan penampilannya sendiri. Rambut se punggung yang ia biarkan terurai, jepit rambut berbentuk permen dengan warna biru yang ia pakaikan di rambutnya. Tidak lupakan parfum kesukaannya yang beraroma bubble gum, Anara semprotkan di beberapa titik di tubuhnya. Satu kata untuk penampilan Anara, sweet.

Tatapan Anara beralih menatap kalung berwarna silver yang tergantung dengan cantik di lehernya. Sudah hampir 10 tahun Anara memakai kalung itu, dan sang pemberi kalung belum juga menepati janjinya. Tangan Anara terangkat untuk memegang huruf inisial A&A di kalung itu.

Anara menghela nafas. "Kapan? Kapan Alvan pulang? Udah hampir 10 tahun Ana nungguin Alvan." Gumam Anara.

Setelah selesai menali tali sepatunya dan membawa tas berwarna biru miliknya, Anara melangkah keluar kamar, menuruni anak tangga karena memang kamarnya yang berada di lantai atas.

Anara segera menghampiri kedua orang tuanya yang tengah menunggu dirinya di meja makan.

"Morning, Ayah, bunda." Sapa Anara, ia mengecup pipi ayah dan bundanya secara bergantian. Sudah menjadi kebiasaan Anara untuk melakukan hal ini setiap pagi.

"Morning, sayang."

"Morning juga, sayang. Sini Nara duduk disamping Ayah." Anara menuruti perkataan ayahnya, ia duduk tepat disebelah Farid, ayahnya.

Maya menyodorkan roti yang sudah diolesi selai coklat kepada Anara. Anara menerimanya dengan senyuman lebar.

"Makasih, bunda."

"Sama-sama, sayang."

"Nara berangkatnya diantar sama pak Tio aja ya, Ayah harus berangkat pagi karena  ada meeting penting sama klien." Ucap Farid.

Anara mengangguk patuh. "Iya, Ayah."

•••••

Alvan & Anara  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang