Seperti apa yang dibilang oleh Halilintar kemarin malam. Halilintar pergi ke Jakarta untuk 3 hari. Taufan tak mempermasalahkan ditinggal oleh Halilintar, toh sudah biasa ditinggal, tapi masalahnya ini Taufan harus ajak detektif Kaizo untuk kerjasama. Sedangkan dirinya bingung bagaimana caranya mengajak kerjasama dengan orang asing.
Siang-siang bolong begini, Gempa dan Taufan sedang duduk santai di kantin. Mereka habis sholat Dzuhur dan lanjut untuk makan siang. Dengan keadaan kantin yang sepi, Taufan memberanikan diri untuk mengungkit masalah yang seharusnya tak boleh dibicarakan ketika di sekolah.
Taufan melirik pada Gempa yang terlihat fokus pada ponsel.
"Gem,"
"Hm?"
Gempa sama sekali tak menoleh pada Taufan. Anak itu hanya berdeham sebagai balasan panggilan Taufan. Taufan menggeser kursi agar bisa dekat pada Gempa.
"Lagi ngapain?" tanya Taufan.
Gempa langsung mencerahkan layar ponselnya agar bisa terlihat oleh Taufan. Gempa sedang bertukar pesan dengan Kaizo, yang seingat Taufan itu detektif menangani kasus Sopan, adik kelasnya.
"Ha! Gem, coba lo tanya ke Om Kaizo." pinta Taufan.
Gempa mengerutkan keningnya, "Tanya apa?" ia melirik pada Taufan.
"Om Kaizo itu bener-bener dipinta langsung sama bokapnya Gentar atau bukan." Gempa memegang dagu dan mengusapnya.
"Coba kita telpon langsung saja ya, biar leluasa tanyanya." Gempa langsung memencet icon telepon tanpa meminta persetujuan dari Taufan.
"Halo?" suara berat menyambut mereka.
"Assalamualaikum, Om, -"
"Wait, panggil Kak saja, dan jangan formal banget."
Walau usia sudah hampir kepala tiga, Kaizo tentu tak ingin dipanggil Om oleh anak-anak SMA. Rasanya aneh saja.
"Kak Kaizo, ini Gempa sama Taufan mau tanya-tanya ke Kakak, boleh?" Gempa menyalakan loud speaker. Agar Taufan bisa mendengarnya juga.
"Boleh, tanya apa?"
Gempa melirik pada sekitarnya. Menurutnya sangat aman, pasalnya ini sudah jam setengah dua siang, sedangkan kelas Gempa sedang jam kosong : Taufan sih memang lagi bolos. Maklum saja, sudah dipenghujung semester satu, jadi kepingin bolos terus. Toh minggu depan akan dilaksanakannya UAS.
"Maaf kalau kesannya seperti naruh prasangka buruk ke Kakak. Gempa tuh mau tanya, Kakak ini ada kerjasama lain sama perusahaan besar atau kolega yang jabatannya tinggi? Atau disuruh sama orang-orang besar?"
Dikarenakan Halilintar menaruh kecurigaan pada pihak sekolah, berarti ada sangkut pautnya sama orang yang memiliki kekuasaan dengan memiliki gelar tinggi, mungkin Kepala Yayasan?
Gempa baru ingat, bahwa sekolahnya ini awalnya swasta tapi dua tahun lalu sudah menjadi Negeri. Dan nama asli sekolah ini bukanlah SMA NEGERI 1 namun SMA YAYASAN NEGERI 1. Harusnya begitu, tapi warga sekitar memanggil sekolah ini dengan SMA NEGERI 1.
"Yah, bulan lalu aku ada jalin kontrak sama perusahaan Emire Vansco buat selidiki orang yang menggelapkan dana. Kenapa? Kamu berdua ngira aku detektif bodong?"
Taufan mengambil alih ponsel Gempa.
"Gak begitu Kak. Biar aku jelasin."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]
Horror¡! BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU!¡ Berhati-hatilah kalian. Jika belum pulang ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Maka kalian akan hilang. Menceritakan Halilintar Aryatama sebagai ketua OSIS yang baru menjabat. Dia mendapati wejangan dari ketua...