06

5 0 0
                                    


Tak terasa sudah hampir satu bulan Hanes berada di Indonesia, sebentar lagi dia harus kembali ke Singapura untuk mempersiapkan semester baru perkuliahannya meskipun perkuliahan baru akan dimulai beberapa bulan lagi. Sebenarnya dia masih ingin bertahan di negara kelahirannya tersebut namun panggilan telepon dari kedua orang tuanya semalam membatalkan segala niatan Hanes tersebut.

Dia di minta untuk segera kembali secepatnya.

Oleh karena itu, tempat yang ingin Hanes kunjungi sekarang adalah Rumah lamanya. Tempat dimana dia dan keluarganya tinggal sebelum memutuskan untuk pindah ke Singapura. Semenjak dia kembali ke Indonesia, tak pernah terpikirkan oleh Hanes untuk mengunjungi rumah tersebut. Dia tak suka suasana sepi yang dulu sering dia rasakan dan juga dia tak ada niatan untuk mengenang kembali memori masa lalunya.

Jadilah dia lebih memilih untuk menyewa kamar di salah satu hotel.

Tapi, disinilah dia sekarang. Di depan rumah besar yang menjadi bagian dari kehidupannya, padahal sudah ditinggal selama dua tahun namun rumah itu masih terlihat sangat megah.

"Den Hanes." Yang menyapa adalah pak Asep; penjaga rangkap tukang kebun rumah keluarga Kanigara.

Melihat sang pria tua, Hanes memasang senyuman ramah.

"Wah, makin tinggi aja, den. Ayo masuk dulu." Katanya, "Rumah masih sama kan? Atas amanah Tuan dan Nyonya, saya sama istri saya tetap jagain kok rumahnya." Celoteh sang pria.

"Kamar saya masih—"

"Masih rapih dan tidak tersentuh. Sama seperti sebelum den Hanes pindah ke Singapura." Sambung yang lebih tua, memotong pertanyaan Hanes.

"Saya mau bilang ke istri saya dulu, biar dia masak buat den."

Istri dari Pak Asep merupakan asisten rumah tangga yang juga bekerja di rumah Kanigara. Keduanya tinggal di rumah kecil yang terletak tidak jauh dari rumah besar Kanigara. Orang-orang baik dan sepertinya tidak berubah semenjak terakhir kali Hanes mengingat mereka.

"Nggak usah, Pak. Saya cuman bentaran doang, kok terus mau pergi balik ke hotel." Jelas Hanes, ada raut kecewa di wajah sang pak tua namun hanya sebentar karena selanjutnya beliau memperlihatkan senyuman ramahnya.

Hanes segera saja berjalan ke arah kamarnya dan benar kata pak Asep, kamar tersebut masih rapih dan seperti terakhir kali yang Hanes ingat. Dia berjalan ke arah meja belajarnya; memperhatikan segala hal hingga matanya berhenti ke sebuah kertas yang terselip di dalam sebuah buku novel.

'Pride and Prejudice'

Hanes tak ingat dia memiliki buku novel bergenre romance seperti ini namun yang lebih mengejutkan lagi bahwa yang dia dapatkan di tengah halaman buku tersebut adalah sebuah card key.

"PuriHouse Apartment"

-

Berbaring diatas tempat tidurnya dan melamun adalah salah satu dari aktivitas kesukaan Kinara namun kali ini dia tak menyukainya. Kinara bukanlah sosok yang mudah overthinking, dia terbilang selalu chill tiap saat dan bertingkah tidak perduli namun kali ini pikirannya mulai melayang jauh—bagaimana dia bisa bertahan di negeri orang? Apakah dia akan baik-baik saja? Apakah dia bisa beradaptasi? Satu semester, enam bulan, bukanlah waktu yang cepat. Akankah dia bisa melewatinya?

Yah, surat izin yang sudah di tanda tangani oleh sang ayah tiri telah dia serahkan kepada sang kepala program studi. Meskipun semuanya akan ditanggung oleh pihak kampus namun ada beberapa hal yang perlu Kinara siapkan juga. Seattle, Washington DC bukanlah tempat yang dekat membuatnya merasa campur aduk.

Langsung terlintas dibenaknya mengenai Evelyn Aria yang sekarang tengah menempuh studinya di Melbourne, University. Dengan cepat dia mengambil ponselnya lalu menghubungi sang kawan lama slash Sepupu tiri itu.

"Kinaraaaaaaaa, long time no see." Sapa si gadis, tepat ketika panggilan video itu tersambung,

Kinara tersenyum, "Lo kapan balik Indo?"

"Hmm... Semester ini gue nggak bakal balik Indo, kayaknya nanti liburan next semester deh." Ucapnya, "Tumben banget lo vidcall. Kenapa?"

Kinara terdiam, semua hal bermunculan di kepalanya. Evelyn telah menjadi teman ceritanya sejak dulu, begitu pun sebaliknya. Kinara tahu kisah Evelyn dengan mantan pacarnya dan Evelyn pun tahu bagaimana sepak terjang Kinara dalam hubungannya dengan Hanes.

"Hanes balik ke Indonesia."

"What? Dia ngapain? Kirain udah bahagia di Singapore bareng tunangannya itu." Celetuk Evelyn, ada nada tak suka dari suaranya, yah mengetahui bagaimana si pemuda yang menjadikan sahabatnya sebagai bahan taruhan tentu saja membuat Evelyn tidak menyukai si Hanes.

"Lagi misi kayaknya, mengembalikan ingatan. I don't know what has happen to him but katanya Steven, dia lupa ingatan."

Di seberang, Evelyn tak bisa menyembunyikan raut kagetnya, "Wow, i didn't expect that."

"Udahlah, sebenarnya gue nelpon buat nanya-nanya aja sih. Gimana kuliah di negeri orang?"

Evelyn terkekeh, "Sama aja sih sama yang di Indonesia kalau menurut gue, tapi kan gue belum pernah ngerasain sistem perkuliahan di Indonesia. Tumben banget nanya kayak gini, kenapa? Lo mau pindah?"

Kinara menggeleng, "Nggak gitu, gue ngikut program student exchange ke Seattle, jadi yahh..."

"Wow, that's a good opportunity, Kin. Lo yang semangat, ntar kalau gue ada waktu kosong gue ke Seattle deh."

Mendengar itu, Kinara jadi tertawa. Keduanya kembali mengobrol mengenai segala hal. Sedangkan di sisi lain, Hanes mulai mengingat segalanya tepat ketika dia memasuki salah satu unit di PuriHouse Apartment yang ternyata telah dia sewa selama sepuluh tahun kedepan.

Segala ingatan mengenai seorang gadis periang menyeruak masuk di dalam otaknya hingga yang bisa Hanes pikirkan sekarang hanyalah,

"Gue harus ngomong sama Nara."

Seasons With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang