07

7 1 1
                                    


Flashback on.

Ini salah. Itu terus terpikirkan oleh Hanes ketika semua orang menyorakinya yang menerima cinta Viona. Tak sadar keringat mulai mengalir dari pelipisnya. Dia tak mempedulikan sorakan senang orang-orang, tepukan bangga Steven ataupun Viona yang sekarang tersenyum bahagia di depannya.

Yang terpikirkan oleh Hanes adalah 'Bagaimana jika Kinara kecewa saat mendengar hal ini? Bagaimana jika Kinara meninggalkannya?'

Hanes menggeleng, tidak. Dia tidak akan membiarkan gadis itu pergi.

"Hanes?" Panggil Viona saat menyadari sang pemuda tak menunjukkan raut senangnya. Mendengar itu, Hanes tersenyum kecil padanya membuat sang gadis membuang rasa bingungnya.

Jika saja ini bukan permintaan Steven maka Hanes tak akan melakukan ini. Ah, tidak. Ini bukan hanya salah Steven, tapi Hanes juga bersalah karena mendengarkan perkataan Steven. Seharusnya ketika Steven menyudutkannya mengenai hubungannya dengan Kinara, Hanes hanya perlu mengatakan yang sebenarnya.

Dia mencintai Kinara.

Dia tak ingin meninggalkan Kinara,

Hanes bahkan sudah melupakan taruhan antar dirinya dengan Steven. Dia hanya ingin bersama Kinara.

Namun, sebut saja karena egonya sebagai seorang lelaki, Hanes tak mau dianggap kalah taruhan dengan mengaku dia telah jatuh dalam perasaannya pada Kinara. Hingga akhirnya dia mengikuti arus yang dibuat oleh Steven yaitu menjadi kekasih Viona.

Semua orang berteriak senang, semua orang menatapnya kagum namun sosok yang dicari oleh Hanes tak juga tertangkap oleh matanya. Kinara menghindarinya, Hanes bisa sadar akan hal itu. Dia tak muncul di kantin sekolah, di perpustakaan, bahkan di atap. Gadis itu juga tak menjawab panggilannya,dan tidak membalas pesan yang dia kirim. Hanes frustasi.

"Hanes, kamu nggak apa-apa 'kan?" Tanya Viona ketika keduanya dalam perjalanan keluar dari kelas, gadis itu tentunya sadar akan perubahan sifat Hanes yang akhir-akhir ini kelihatan lunglai dan kebingungan.

Si pemuda menggeleng, "Gue nggak kenapa-napa kok," katanya, padahal isi pikirannya terus berkelana.

Hingga menit selanjutnya, ponsel Hanes berdering. Muncul notifikasi dari kontak yang dia tunggu-tunggu. Dengan cepat pesan tersebut dia buka dan dunia Hanes seakan hancur.

'Kita putus aja.'

'Barang-barang gue udah gue pindahin dari apart lo.'

'thanks for the memories, hanes.'

Tak mempedulikan Viona, Hanes dengan cepat berlari menuju parkiran dan membawa motornya menuju ke apartemennya. Tak sadar air mata mulai mengalir ketika dia membuka lemari pakaian dan menemukan baju milik Kinara telah hilang, barang-barang gadis itu juga tak ada.

Tubuh Hanes bergetar, semua kenangan serta janji yang mereka berdua buat terputar di benak Hanes bagaikan kaset rusak.

'Lulus SMA kita tinggal bareng aja, gimana?'

'Boleh.'

Bahkan Hanes telah membayar uang sewa apartemen untuk sepuluh tahun ke depan agar mereka bisa tinggal bersama disana. Semuanya hancur.

Tidak.

Dia masih bisa memperbaikinya. Dia hanya perlu menemui Kinara dan menjelaskan semuanya, bila perlu dia akan memohon agar Kinara tetap bersamanya dan tidak meninggalkannya.

Namun, sayang sekali, di tengah jalan—Hanes yang hancur dan patah hati tak bisa berpikir jernih hingga membawa motornya diatas kecepatan rata-rata membuat kecelakaan tak bisa terelakkan lagi. Alhasil, pemuda itu kehilangan ingatannya dan hanya mengingat segala memori dimana dia belum bertemu dengan Kinara.

Flashback off.

Disaat ingatannya kembali, Hanes langsung pergi menuju kediaman Wijaya. Yang menyambutnya adalah Kiesha—adik kandung Kinara. Si gadis manis itu menatap Hanes lekat-lekat,

"Kak Hanes ngapain kesini? Kak Steven masih di kampus." Katanya,

"Kalau Kinara? Masih di kampus juga?"

Kiesha menggeleng, "Kak Kinar lagi di kamar, ngobrol kayaknya sama temennya. Ngapain kak Hanes nanyain kak Kinar?"

Hanes menghela nafasnya, kenapa bocah SMA satu ini penuh kecurigaan? Dia ingin mengatakan sesuatu namun terpotong saat sosok lain menyapanya dari belakang—tentu saja itu Steven yang baru kembali dari kampus.

"Han, ngapain lo kesini? Tumben nggak ngabarin."

Hanes mengerang dalam hati, jika Steven ada disini maka akan sulit bagi Hanes berbicara dengan Kinara. Untuk sekarang nampaknya dia masih harus berakting layaknya dia belum mendapatkan ingatannya kembali.

"Mau main aja, minggu depan gue udah mau balik Singapore."

Steven nampak terkejut, "Cepet banget?"

Kiesha yang masih di depan pintu bersuara, "Lagi rame ke luar negeri yah sekarang? Kak Hanes ke Singapore, Kak Evie ke Australia, nah Kak Kinar juga bakal ke Seattle." Setelah itu sang gadis SMA, membuka pintu rumah lebar-lebar untuk mempersilahkan Hanes dan Steven masuk.

Hanes di sisi lain tersenyum licik ketika sebuah idebagus muncul dikepalanya. Sesuatu yang patut dicoba agar dia bisa bersamadengan Kinara lagi.

Seasons With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang