04

12 1 0
                                    


Jonathan bukanlah sosok yang mudah tertarik pada orang. Sejak SMA—ah tidak, mungkin juga semenjak Sekolah Dasar sudah banyak pengakuan cinta yang dia terima namun hanya dibalas senyuman tipis dan perminataan maaf karena tak bisa membalas perasaan.

Semua perempuan membosankan baginya, mereka bertingkah manis dan baik hanya untuk mencuri perhatiannya. Dia tidak suka. Namun, Viona dan Kinara adalah pengecualian. Jonathan telah berteman dengan Viona semenjak kecil dan gadis itu sudah seperti adik kandungnya

Sedangkan Kinara, Jonathan tak pernah memperhatikan gadis itu sebelumnya, dia tipikal gadis kutu buku yang menghabiskan waktu di dalam kelas atau perpustakaan dan tiba-tiba berdiri di podium ketika upacara bendera karena berhasil mendapatkan tempat pertama di olimpiade sains.

Semua stereotype yang Jonathan pikirkan mengenai perempuan menghilang ketika dihadapkan dengan Kinara. Pikir Jonathan, Kinara adalah sosok yang ambisius namun dia hanyalah pekerja keras; Ketika Jonathan menyapanya dulu, Kinara menyapa balik dengan suara yang lembut namun matanya datar—seolah Jonathan hanyalah angin lalu.

Dia seolah membangun dinding yang kokoh di sekelilingnya.

"Lo bertiga balik duluan aja." Kata Jonathan ketika tiga temannya sudah berdiri dari tempat duduk dan hendak pergi dari cafe tersebut.

"Terus lo?"

Mata Jonathan mengarah pada Kinara yang masih mengobrol lalu kemudian mengalihkannya dan menatap ketiga temannya, "Gue masih pengen minum kopi. Tenang aja, gue bawa mobil kok."

Ucap Jonathan lalu tersenyum kecil dibalas senyuman juga oleh Steven dan Viona, sedangkan Hanes menatapnya tajam.

Hanes tentu sadar bahwa Jonathan tengah melihat ke arah Kinara sejak tadi, dan dia tidak senang.

"Kalau gitu, gue bareng lo." Kata Hanes lalu kembali duduk. Matanya masih menatap Jonathan tajam membuat sang pemuda kebingungan.

Ini... Tidak mungkin Hanes cemburu 'kan?

Jonathan menghela nafasnya, "Okay, yuk kita balik." Katanya kemudian beranjak dari tempat duduk.

"Gue bakalan satu mobil bareng Jo." Kata Hanes mengundang tanda tanya dikepala Steven dan Viona.

Hanes tak paham mengenai apa yang dia rasakan sekarang, seolah-olah dia tak ingin lelaki lain mendekati saudari tiri Steven itu. Seperti, dia ingin menyimpan sang gadis untuk dirinya sendiri.

Jujur saja, semenjak bertukar tatapan dengan Kinara sewaktu di halte dan ketika di rumah keluarga Wijaya, Hanes mulai bermimpi aneh dalam pertidurannya. Dalam mimpinya ada seorang gadis yang selalu tertawa dan tersenyum padanya namun sayang sekali wajah itu tidak jelas dalam mimpi Hanes.

"Hanes" Suaranya lembut, memanggil nama Hanes dengan manis.

"Hanes!" Panggil Jonathan ketika sang sahabat malah berdiri diam dengan pandangan jauh ke depan, "Yuk, balik."

Flashback on.

Kinara mencoba untuk menutup mata dan telinganya, dia berusaha mengabaikan semua pembicaraan orang-orang mengenai hubungan Viona dan Hanes. Pujian serta rasa kagum tak henti-hentinya mereka suarakan terhadap pasangan visual itu, tak menyadari jika Kinara yang duduk didekat mereka sedang berusaha menahan air matanya.

Hatinya sakit.

Semenjak saat itu, earphone menjadi salah satu teman baik Kinara. Benda itu membantunya mengisolasi diri dan bersembunyi.

Tapi Kinara sudah tak sanggup. Sudah seminggu mengenai berita berpacarannya Hanes dan Viona namun pemuda itu tak juga menemuinya atau sekedar membalas pesannya. Dia seperti menghindari Kinara oleh karena itu, disinilah dia sekarang—didepan pintu kelas Hanes.

Kinara membutuhkan penjelasan.

Ketika keberaniannya terkumpul, dia hendak masuk namun pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah Steven; saudara tirinya semenjak dua bulan yang lalu. Pemuda itu melihat Kinara dengan pandangan sinis.

"Lo ngapain disini?"

Menjadi saudara tiri, tidaklah membuat Kinara dan Steven berhubungan baik. Entah apa yang Kinara lakukan sehingga membuat pemuda itu membencinya. Namun perasaan itu juga dibalas oleh Kinara. Jika Steven tak menyukainya maka Kinara juga akan memperlakukan Steven seperti apa yang dia lakukan padanya.

"Minggir. Gue mau ketemu sama Hanes." Ucap Kinara, hendak menyerobot masuk namun tangannya ditarik oleh Steven untuk menjauh dari sana.

"Lepasin! Lo apa-apaan sih?!"

Steven menatap Kinara tajam, "Mulai sekarang, lo nggak usah gangguin Hanes lagi. Dia udah pacaran sama Viona."

Rahang Kinara mengeras, "Tapi gue pacar Hanes disini."

"Hah? Lo mimpi?" Nada mengejek Steven entah kenapa membuat perasaan marah dan kesal Kinara menghilang, "Selama ini lo cuma dijadiin taruhan, ngapain coba Hanes pacaran sama orang kayak lo!"

Mendengar itu, amarah Kinara semakin memuncak. Wajah tampan Steven langsung mendapatkan tamparan, "Sampah aja masih lebih berharga daripada lo. Emang setinggi apa derajat lo sampe lo punya hak buat memperlakukan orang lain seolah mereka cuman motor-motor yang lo beli dengan uang bokap lo?!"

Setelah mengatakannya, Kinara beranjak dari sana. Sejak saat itu hubungan keduanya tak pernah akur, Kinara selalu menjaga jarak darinya dan Steven yang tak ada niatan untuk mendekati Kinara.

Flashback off.

"Kinara itu orangnya kayak gimana?"

Pertanyaan dari Viona membuat Steven yang sedang fokus berkendara langsung kehilangan konsentrasinya, "Hah? Kok tiba-tiba nanyain Kinara?"

Viona menghela nafasnya, "Lo sadar nggak kalau Hanes ngeliatin Kinara terus? Waktu SMA juga gitu. Setiap Kinara masuk ke kantin, Hanes selalu ngeliatin dia bahkan sampai Hanes sekarang lupa ingatan matanya masih ke arah Kinara terus."

Steven meremat kemudinya, "Lo tenang aja. Nggak ada apa-apa diantara Kinara sama Hanes." Ucap Steven.

Apapun akan dia lakukan agar Viona bahagia, sekalipun hal itu membuat hatinya berteriak kesakitan. Steven akan baik-baik saja selagi Viona berbahagia.

Steven rela cintanya tak berbalas.






Happy Christmas Eve and Happy Birthday To Louis Tomlinson <3

Seasons With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang