Kiss 3

495 24 4
                                    




Sedari kecil impianku sama halnya dengan impian para perempuan lainnya. Pertemuan romantis dengan pangeran berkuda putihku. Kencan di pinggir laut dan diakhiri dengan sesi ciuman pertama dengan cahaya matahari tenggelam sebagai latar belakangannya.

Hm, romantis.

Yeah, itulah impianku. Setidaknya impianku masih suci sampai aku bertemu dengannya. Demi apa pun juga aku tidak pernah menyangka masa depanku akan jatuh pada bocah ingusan mesum yang bernama Kang Jungkook.

Menghela napas pasrah, kutatap pemandangan di bawah sana dari tempatku berdiri. Saat ini jam istirahat dan kini aku sedang berdiri setengah menyandar dengan bertopang dagu di pagar pembatas atap sekolah. Asal kalian tahu, ini sudah menjadi kebiasaanku sejak masuk sekolah menengah. Menyendiri di atas rooftop.

Udaranya begitu segar di bawah sinar matahari. Begitu sunyi. Menenangkan. Inilah hidup. Setidaknya dengan menyendiri seperti ini sedikit membantuku melupakan kejadian tiga hari yang lalu. Kejadian di mana si mesum itu mengklaimku sebagai pacarnya.

Cih, dia pikir dia siapa? Seenkanya saja. Dikira aku barang apa? Keterlaluan. Gara-garanya, Taehyung seperti menghindariku beberapa hari ini. Dan tentu saja aku sedih. Sehari sejak kejadian itu, aku datang ke rumah di sebelah rumahku. Rumah yang akan taehyung tempati. Rencananya aku ingin membantunya berbenah. Mengingat dirinya baru saja pindah. Dan apa yang kudapat? Pengusiran.

Ya Tuhaaan! Sakitnya itu di sini. Di dada kiriku. Tega sekali Taehyung mengusirku. Ya, walau kata 'mengusir' kurang cocok sih, tapi tetap saja! Saat itu Taehyung bilang ...

"Terima kasih, Jihyo. Tapi kau tidak perlu membantu. Aku sudah selesai."

Kan? Itu pengusiran secara halus. Aku tahu itu. Rasanya ingin menangis saja. Taehyung bahkan tidak memanggilku Jiji lagi. Huwaaaa. Bapeeeer! Aku yakin semua itu gara-gara Jungkook.

Aku mendongak. Menatap langit biru dengan sendu. Aku ingat, sekarang adalah valentine days. Coklat di mana-mana dan sayangnya aku tidak mendapat satu pun coklat. Tersenyum miris, hatiku kembali berdenyut pedih. Kalau saja aku tidak kembali untuk mengambil buku matematika seminggu yang lalu, aku pasti tidak akan ada di posisi saat ini. Tidak ada pertemuan dengannya. Tidak ada ciuman dan yang pasti ... aku pasti akan mendapatkan sebuah coklat dari Taehyung. Hidupku berantakan karena dia..

Menarik napas, aku menatap langit dengan tajam. Membayangkan wajah berkaca mata menyebalkan yang telah merampas keperawanan bibirku. "Aku membencimu, Jungkook!"

"Hn, aku juga sayang padamu."

Mataku terbelalak kaget. Bagaimana tidak? Mendadak ada yang memelukku dari belakang dan mengecup pipiku lembut. Dan sesaat kemudian dapat kurasakan dagu seseorang menopang di bahu kananku. Mendengus samar tanpa menoleh, aku memutar kedua mataku jengah. Well, yeah ... seseorang itu adalah jungkook. Pacar menyebalkanku.

Krik. Krik. Krik.

Ding ... tunggu! Maksudku pacar pemaksaku, eh tidak! Maksudku orang menyebalkan yang memerintahkanku menjadi pacarnya. Ah, terserahlah! Pokoknya dia bukan pacarku! —deg! A-apa ini? K-kenapa tangan si mesum menggenggam tanganku, ah tidak ... dia membuat tangan kananku yang sedari tadi terkepal menjadi terbuka. Dan ... mataku melotot tidak percaya.

"Ini, ambilah." Jungkook meletakkan sesuatu di tanganku. "Selamat hari kasih sayang, Pacarku." Katanya yang membuatku menoleh padanya dan ...

...chup!

Entah untuk yang keberapa kalinya, mataku lagi-lagi terbelalak lebar. Dia menciumku lagi. Di bibir! Harusnya aku berontak seperti kemarin-kemarin saat dia menciumku walau berakhir sia-sia, tapi ciumannya kali ini ... terasa begitu berbeda. Terasa begitu lembut dan ... manis? Ya ampun. Bahkan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Kenapa?

Short Story Park JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang