Rencana licik

167 2 0
                                    

Agrrrhhhh...

"Kalian berdua diamlah!" teriak Andre frustasi meraup wajahnya kasar berlalu pergi dari kamar itu.

"Bos kamu mau kemana?"

"Bukan urusanmu. Minggir." sergah nya menyenggol bahu asistennya tersingkir dari depan pintu.

Keluar dari kamar Andre malah mendapati pemandangan yang semakin membuat mood makin bertambah hancur berantakan.

"Bang Andre." panggil David. "Sebentar sayang." mengusap lembut surai istrinya.

'Dia wanitaku kenapa kau merebutnya juga sama seperti ibumu.' batin Andre mengepalkan tangannya sorot mata terlihat tajam seakan hewan buas ingin menerkam mangsa.

"Bang, lo baik baik saja kan." sapa David mengibaskan kedua tangan ke depan wajah sang kakak.

Hmm

David membantu sang kakak menuju sofa panjang dekat dengan Diana duduk ia segera berdiri lalu berpindah ke sofa single.

"Lo sakit apaan sih bang, kok sampai pingsan gitu, badan lo juga tadi sempet menggigil." ujar David terdengar khawatir.

"Gue gak apa apa cuma kecapekan doang." datar Andre menatap langsung manik mata Diana berharap wanita dicintainya juga sama halnya khawatir, bahkan suaminya saja tidak menyadari.

"Kecapean bilang doang. Gue takut penyakit jantungmu kambuh." ceplos nya.

Seketika Diana menutup ponsel semula persegi panjang menjadi kotak dan memasukan ke dalam tas miliknya.

"Dek lo."

"Aman, Diana adikmu juga. Jadi dia berhak tau tentang kondisimu." tenang David.

'Adik dari hongkong.'

"Oh iya, kita punya kabar gembira." sambungnya.

Andre menyerngitkan dahi penasaran.
"Kabar gembira apa."

"Istriku tercinta sekarang ini sedang, hamil." ucap David merangkul mesra Diana lalu memberikan kecupan singkat di perut ratanya.

Sejenak Andre terdiam menutup mulutnya tak percaya. "D diana, maksud gue istrimu hamil."

"Waah... selamat ya buat kalian berdua berarti sebentar lagi kita punya keponakan." sahut Morgan keluar dari kamar pribadi bosnya.

"Kita, gua aja kali. Bukan lo, lo pada." timpal Andre menujuk wajah Morgan dan Juno bergantian.

"Kok jadi aku yang kena. Perasaan dari tadi diam." prores Juno tak terima.

"Eh... kalian berdua tadi habis ngapain berduaan di kamar pribadi gue. Gosipin gue ya, ngaku!" cecar Andre penuh kecurigaan.

"Ah elah bos. Lo kurang kerjaan apa pake acara bahas kita, perasaan topik awal kan tentang kehamilan bini adik lo." sanggah Morgan.

Bosnya seperti punya insting kuat terhadap seseorang yang membicarakan di belakang, terlebih lagi itu menyangkut dirinya.

Diana hanya tersenyum menanggapi tiga pria saling berdebat.

---

Sementara itu di lain tempat

"Mah, gimana? mantu kesayanganmu udah berbadan dua belum." ucap gadis muda cantik pada paru baya yang duduk berhadapan dengannya.

"Belum sayang." singkatnya.

"Yah, padahal pernikahan mereka udang menginjak empat bulan tapi kenapa." gumamnya sedikit kecewa.

"Bersabarlah sebentar lagi, si wanita bodoh itu akan memberikan putraku keturunan." ucap wanita paruh baya mengusap punggung tangan perempuan muda di hadapannya lembut.

"Sampai kapan mah, jika dia belum juga hamil, gimana soal misi kita. Mana mungkin istrinya bisa punya keturunan kalo anak angkat sialan itu tidak bisa memberikan keturunan."

"Tenanglah, Mama sudah punya rencana, sebentar lagi juga bunting." tertawa licik.

"Rencana apa, Mama kok tidak kasih tau ke aku sih." penasaran.

"Sini Mama bisikin." memberi kode untuk mendekat.

Kedua wanita beda usia itu tersenyum seringai diiringi tatapan jahat.

"Good job. Kaulah Mamiku yang paling pintar." pujinya memberikan dua jari  jempol.

"Siapa dulu... Mami." bangga.
---

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang