Jangan lupa Vote n komen!
Happy reading ^^
•••
Prince keluar dari kamar mandi setelah menyeka tubuh dirinya sendiri untuk bersiap pergi kealam mimpi. Namun belum sepenuhnya keluar langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sangat Prince kenali sedang duduk di ranjangnya yang kini sedang menatapnya tanpa rasa dosa.
Dapat Prince rasakan darahnya yang kini mulai berdesir aneh. Jantung yang semula berdetak normal kini terasa semakin keras berdetak hingga prince dapat mendengar detak jantungnya. Tubuhnya mulai bergetar saat orang yang ia lihat kini tersenyum padanya. Bahkan tanpa sadar kakinya mundur selangkah dengan pandangan tak percaya.
"P-papa?."
"Tidak mungkin." Lanjutnya lirih. Namun, netranya tak lepas untuk memandang seseorang yang sangat ia rindukan.
"Prince, kenapa diem aja? Sini, emang kamu gak kangen sama papa?." Suara itu, Apa ini nyata? Prince menggeleng ribut, ia mengusap wajahnya berkali-kali takut ia hanya sekedar berhalusinasi.
Ntah usapan keberapa tiba-tiba Marvin sudah berada di hadapannya dan menahan tangannya untuk berhenti melakukan hal bodoh. Membuat Prince seketika mundur beberapa langkah dan kembali masuk kamar mandi. Tidak, apa yang terjadi sebenarnya? Prince takut. Apakah Prince sudah mulai gila? Menghalusinasikan papanya agar tetap hidup?!
Namun ini benar-benar nyata Marvin sekarang berada di hadapannya dan menggenggam pergelangan tangannya. Prince dapat merasakan tangan hangat itu menggenggamnya, mendengar suaranya, melihat senyum khas papanya, dan melihat kaki itu yang benar-benar berpijak diatas lantai. Tubuh Prince semakin bergetar, keringat dingin mulai keluar. Bahkan untuk mengucapkan satu katapun terasa sulit. Tenggorokannya tiba-tiba tercekat.
"Prince hei... Ini papa. Kamu kenapa? Kata Grandma kamu kangen papa. Sekarang papa udah disini loh." Prince mendongak menatap Marvin dengan netra yang mulai berkaca. Prince tidak dapat menghindar saat kedua tangan itu mulai menangkup wajahnya.
Dapat Prince rasakan rasa hangat yang menjalar di pipinya saat bersentuhan dengan telapak tangan Marvin. Merasakan hal itu membuat air matanya semakin deras. Namun anehnya tak ada Isak yang terdengar dari bilah bibirnya. Prince benar-benar bungkam, ia tak berani bersuara.
Tubuhnya kini terangkat, akibat perlakuan Marvin yang tiba-tiba membuat Prince lagi-lagi merasa terkejut dan tanpa sadar Prince segera mengalungkan tangannya di leher Marvin. Memandang Marvin dari sedekat ini membuat Prince sadar jika ini adalah nyata.
Dengan tangan gemetar Prince coba menyentuh pipi Marvin dengan salah satu tangannya. Lagi-lagi air matanya turun. Sungguh, ini nyata!
"Pa-papa i-ini beneran papa?" Tanyanya terbata.
Dapat Prince rasakan ketika Marvin yang justru mengecup keningnya. "Memangnya siapa lagi? Maaf papa perginya kelamaan ya, jangan nangis." Jawabnya dengan melangkahkan kakinya kearah ranjang.
Prince diam ia terus memandang wajah itu. Takut ia lengah sedikit saja wajah itu sudah hilang dari pandangan. Bahkan saat Marvin merebahkan tubuhnya di kasur, Prince tetap menatapnya.
"Sekarang kamu tidur, udah malem jangan keseringan begadang." Ujarnya lembut dengan mengusap kedua pipi Prince yang masih terdapat lelehan air mata.
Prince menggeleng. Tangannya terangkat untuk menggenggam tangan yang lebih besar darinya. "Papa jangan pergi. Disini aja sama aku, aku gak mau sendirian." Mohonnya.
Marvin mengangguk lalu ikut merebahkan dirinya disamping Prince. Membawa anak itu kedalam dekapan hangatnya. "Prince gak sendirian. Papa gak akan pergi, jangan nangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For You
Teen FictionSequel OYWP!! A/n : Sebelum membaca book ini di harapkan membaca OYWP dulu ya guys biar gak bingung:) #Start : 10 Des 2023