WFY : 05

2.4K 241 358
                                    

Jangan lupa Vote n komen!!

Happy reading ^^

•••

 
Sudah hampir setengah jam Prince dan Elvano saling diam, tak ada yang mau membuka mulut terlebih dulu. Elvano yang biasanya cerewet ntah kenapa hari ini terlihat lebih pendiam. Sebenarnya Prince masih sedikit terkejut dan bingung harus mengatakan apa saat bertemu Vano di RSJ bahkan anak itu sempat-sempatnya menunggunya.

Dan mungkin karena pertemuan tak sengaja itu membuat Vano juga bingung dan menciptakan rasa canggung dari keduanya. Prince sedari tadi hanya memperhatikan Ansel dan Reno yang kini sedang bermain basket di bawah sana. Sedangkan Ia dan Elvano berada di rumah pohon miliknya yang tak jauh dari rumah.

Mereka duduk di lantai dua, membiarkan kaki-kaki mereka menjuntai kebawah. Merasa sudah tak tahan dengan keheningan Prince akhirnya terpaksa memulai pembicaraan, karena ia sebenarnya tidak nyaman merasakan suasana canggung lebih lama.

"Lo, ngapain nungguin gue tadi." Tanyanya dengan pandangan yang masih menjurus ke bawah.

Elvano berdehem, ia sibuk dengan pikirannya sendiri hingga lupa jika di sampingnya ada Prince. "Kenapa kemarin Lo gak masuk?." Bukannya menjawab El justru balik bertanya.

"Dan....kenapa tadi Lo ada di tempat itu?." Lanjutnya sedikit ragu.

Prince akhirnya menoleh, menatap Elvano yang kini menatapnya penasaran. " Lo sendiri ngapain di tempat itu." Ada sedikit rasa penasaran juga yang Prince rasakan saat bertemu dengan Elvano di tempat itu.

Seseorang yang Prince pikir hidup Anak itu sudah hampir sempurna yang penuh  dengan kebahagiaan dan cinta, mana mungkin pergi ke rumah sakit jiwa seperti dirinya yang berantakan. Untuk apa?.

"Berobat."

Seketika Prince tertegun. Mendengar jawaban Elvano yang terdengar tanpa beban itu membuat Prince sedikit tak percaya. "Berobat? Lo__." Prince tak bisa lagi melanjutkan kata, sangking tidak mungkin-nya.

Elvano mengangguk. "Iya, dan bulan depan katanya terakhir gue chack up hahah akhirnya gue bisa bebas!." Jawabnya dengan terkekeh senang.

"Apa? Hidup Lo yang menyerempet ke kata sempurna?! mana mungkin Lo punya masalah kejiwaan. Jadi, lo gak usah bohongin gue, deh." Ujarnya tak percaya.

Elvano mengerutkan keningnya. Tak lama ia mengingat ucapan Prince beberapa hari yang lalu. Yang mengatakan kalau hidupnya jauh lebih enak. Elvano pun lagi-lagi terkekeh. Ia menepuk pundak Prince pelan.

"Lo taunya enak nya doang. Lo gak tau apa aja yang telah gue lalui sampai pada titik ini. Mungkin emang iya si, sekarang hidup gue jauh lebih baik dan gue juga rasain itu. Tapi, Lo gak tau seberapa berjuangnya gue dulu buat jaga kewarasan demi ingin mencicipi setitik rasa kebahagia yang saat ini gue rasain." Ucapnya saat ingat kembali ke masa lalu. Elvano tersenyum.

"Semua memang butuh pengorbanan dan perjuangan, dan saat itu gue telah banyak kehilangan seseorang." Lanjutnya.

Prince terdiam, menatap Elvano yang terlihat beda dari biasanya. Remaja yang biasanya bersikap kanak-kanakan sekarang terlihat lebih dewasa?!.

"Sebenarnya gue gak mau cerita. Tapi gak tau kenapa gue pengen lu tau. Karena gue rasa, lu sedang kehilangan arah dan tempat untuk dituju. Ya, meskipun gue gak tau Lo punya masalah apa, tapi saat liat Lo di tempat itu gue rasa ada sesuatu yang gak beres sama Lo. Dan, gue juga gak akan maksa Lo buat cerita tentang apa yang Lo alami ke gue. Karena gue juga pernah ada di posisi Lo."

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang