WFY : 04

1.4K 172 63
                                    

JANGAN LUPA VOTE N KOMEN^^

HAPPY READING!!

•••


Hari ini adalah jadwal Prince chack up. Seperti yang dikatakan Martin kemarin jadwal nya di maju-kan menjadi lebih awal. Seharusnya jadwalnya nanti sore tapi Martin tiba-tiba meminta jadwal ia di maju-kan dan tentu nya Prince tau alasannya. Mungkin, karena tingkah nya yang kemarin membuat Martin menganggap sakitnya ini semakin parah.

Prince hanya bisa terkekeh miris. Padahal, kejadian kemarin Prince yakin sekali jika itu bukan mimpi. Kenapa semua orang tidak percaya?. Tanpa banyak mulut Prince hanya bisa menurut membiarkan dirinya di Giring ke RSJ.

Seperti biasanya Prince berjalan di belakang mengikuti Martin dan Aqila yang berjalan di depannya. Dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku Hoodienya Prince menatap pemandangan yang terkadang membuatnya ngeri. Tidak jarang Prince melihat pasien yang mengamuk atau sedang berlari-lari kabur dari pengawasan.

Prince benci tempat ini. Kenapa Martin selalu membawanya ke tempat seperti ini? Apa semua orang menganggap dirinya tak jauh berbeda dengan pasien-pasien disini?. Prince seketika berjalan menunduk lesu.

"Gara-gara papa aku hampir kehilangan kewarasan. Cepat kembali atau putra tunggal mu ini menjadi seperti mereka!!." Batinnya dengan menatap kembali pasien-pasien yang berlalu lalang.

"Prince duduk sini sayang." Ujar Aqila menyuruh Prince untuk duduk di kursi tunggu.

Lagi-lagi Prince hanya menurut, membiarkan dirinya di apit oleh Martin dan Aqila. "Kapan masuk? Aku ingin cepat pulang." Tanyanya.

Martin menatap telponnya sejenak. "Nanti sebentar lagi, kata Dokter andin di dalam masih ada Pasien. Sebentar lagi selesai, Prince sabar okey? Setelah ini bagian Prince masuk." Jawabnya menenangkan.

Prince tak membalas, hanya menatap pintu ruangan yang sering ia masuki hampir setahun ini, dengan pandangan kosong.

Namun, tak lama lamunannya buyar saat pintu itu terbuka, Prince merasakan Martin dan Aqila mulai berdiri.

CKLEK!

Prince mendongak, netranya langsung bersitatap dengan orang yang baru keluar dari ruangan tersebut. Berapa terkejutnya Prince melihat apa yang ada dihadapannya. Apalagi saat orang itu memanggil namanya dengan ekspresi terkejutnya seperti dirinya.

"Prince?!."

Prince berdiri. "L-lo."

"Loh? Ini temennya El kan? Yang kemarin kerumah?." Tanya Riandra yang sama terkejutnya melihat salah satu teman putranya yang berada disini.

"Eh? Pak Riandra? Loh, kalian udah pada kenal?." Ujar Martin ikut terkejutnya melihat seorang Riandra si pengusaha batu bara yang kebetulan perusahaan Propertinya telah bekerjasama dengan perusahaannya 2 tahun yang lalu.

"Tuan Martin, senang bertemu dengan anda." Riandra berjabat tangan dengan Martin dan Aqila yang tentu nya di sambut dengan baik.

"Iya, dia teman anak saya. Baru kemarin main ke mansion. Saya baru tau kalau dia__"

"Cucu saya, Prince cucu saya." Jawab Martin yang langsung dibalas anggukan mengerti oleh Riandra.

"Maaf atas nama Prince Shaquille Raganta boleh masuk sekarang." Ucap suster yang menyandang sekertaris dari dokter Andin.

"Ah, saya pamit masuk terlebih dulu. Lain kali kita sempatkan waktu untuk mengobrol bersama." Ucap Martin.

Riandra mengangguk dan tersenyum sopan. "Dengan senang hati, saya akan menyempatkan waktu untuk itu."

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang