03

6.6K 509 13
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sekarang Lion sedang berbaring menatap langit langit kamar yang dipenuhi oleh bintang bintang yang sengaja dibuat oleh sang daddy, pikiran Lion melayang ternyata ia sudah sebulan berada di dunia novel ini dan besok ia harus sekolah pertanda novel dimulai serta hari kematiannya telah tiba.

Awalnya Lion merasa risih dengan perhatian berlebih dari keluarga The Earl karena dulu sejak ia kecil ia sudah terbiasa diabaikan oleh sekitar, tapi lama kelamaan ia terbiasa malah menjadi nyaman dengan perhatian itu.

Air mata mulai mengalir dari netra birunya yang awalnya berupa tetes demi tetes berubah menjadi aliran sungai membuat sprai bantalnya basah, ia tak rela meninggalkan keluarga The Earl ia masih ingin berada disini mendapatkan kehangatan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

Lion mulai menggigit bibir bawahnya menahan isakan demi isakan yang akan keluar, dadanya sesak luar biasa mengingat semua perlakuan manis yang ia dapatkan dari mulai ucapan hingga ciuman selamat tidur tadi adalah perlakuan yang tidak akan ia dapatkan lagi esok.

Esok Lion tidak akan lagi berbaring diatas kasur empuk yang bisa muat semua kakak beserta daddy nya, tidak ada lagi baju tidur lembut yang membalut tubuhnya nanti, dan tidak ada lagi pelukan hangat.

Sebenarnya bisa saja ia meminta untuk home schooling pada sang daddy tapi ia tak kuasa sudah banyak hal yang ia terima dari mereka, netra birunya mulai menyayu pertanda kantuk mulai menyerang biarlah ia tidur sekarang sebelum tidur panjang esok.

.
.
.
.
.

Lenguhan keluar dari bibir merah muda milik Lion sebelum akhirnya netra biru itu terbuka tubuhnya lemas sekarang tapi ia harus tetap bangun, dengan perlahan ia mendudukan tubuhnya diujung kasur empuknya memakai sandal lalu beranjak menuju kamar mandi.

Lion kembali melamun dibawah shower hingga suara ketukan dipintu kamar mandi dari sang kakak menyadarkannya, segera ia mengambil  bathrobe yang tersedia lalu memakainya dan keluar dari kamar mandi.

Seragam biru dengan jas dan celana bewarna biru tua sudah disiapkan, dielusnya nametag hitam dengan tinta bewarna emas mengukir nama "Alion Az The Earl" itu namanya, dan nama itu yang akan terukir dibatu nisan siang nanti.

Gerakan Lion seolah lambat ia menggunakan seragamnya penuh hati hati karena ini akan menjadi seragam yang akan dipakai pertama dan terakhir kalinya, rambutnya ia tata dengan asal tak lupa menggunakan sunscreen dan lipbalm.

Setelah memastikan semuanya selesai ia pun mengambil tas yang sudah terisi beberapa perlengkapan yang harus dibawa, sebelum pergi ia mengamati kamarnya untuk yang terakhir kalinya tersenyum kecil lalu pergi menuju ruang makan dimana semua keluarganya sudah menunggu.

"Pagi son."

"Pagi Lion."

"Morning baby."

"Pagi dedek bayik."

Lion yang baru sampai langsung disambut dengan sapaan hangat dari sang daddy dan kakaknya, tanpa basa basi ia bergabung dikursi yang sengaja dikosongkan untuknya yaitu disebelah sang daddy.

"Pagii juga daddy, ka Aaron, ka Dev, ka Dav."

Lion tersenyum manis, bisa ia rasakan tatapan tajam dari keluarganya karena melihat mata bengkaknya pada hari ini tapi tentu saja tidak ia gubris sama sekali, mulutnya mulai mengunyah sarapan yang ada didepannya.

"Hahh baiklah kalau kau tidak ingin bercerita boy, tapi ingat jangan memendamnya sendiri okay?"

Jaegas melunakkan tatapannya ketika tau Lion tidak akan berkata apapun tentang mata sembabnya itu, sementara Aaron yang berada disebelah kanan Lion memilih diam sambil mengusap ujung bibir milik Lion menggunakan tisu yang tersedia.

Alion Az De EarlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang