Part 3

634 68 1
                                    




"JADI KAU ANAK SI4LAN! YANG SUDAH MENYAKITI ANAKKU!!? DASAR MISK*N!!" Teriak seorang wanita paruh baya. Yang berhasil membuat Elio geram.

PLAAKKK!!

Satu tamparan kini mendarat tepat di pipi Elio. Rasanya perih karena sungguh tamparan itu tidak main-main, bahkan bekasnya sudah terpampang jelas di wajahnya. Elio terdiam sembari memegang pipinya yang terasa panas.

"Darrel, ayah serahkan masalah ini padamu. Ayah ada kepentingan mendadak di perusahaan." Ucap kepala sekolah pada anaknya yang baru saja masuk ke ruangan. Seseorang itu hanya bisa menerimanya meski di perusahaan nya juga banyak pekerjaan.

"Rasakan itu akibatnya! Darrel cepat kau keluarkan anak ini dari sekolah! Dia sudah dengan berani menyakiti pergelangan tangan tunangan mu!" Teriak wanita paruh baya itu dan berniat untuk melayangkan pukulan satu kali lagi. Namun kali ini Lio tidak diam dan berhasil mencegat tangan wanita itu yang hendak melayangkan pukulan.

"Bukankah main hakim sendiri itu tidak baik bibi?" Ucap Elio dengan mata setajam elang. Ia tidak terima jika harga dirinya harus diinjak-injak oleh orang seperti mereka. Darrel cukup kagum dengan keberanian milik Elio. Ia jadi tertarik jujur saja.

"Apa kau tidak bertanya pada putri yang sangat kau bangga-banggakan itu apa alasan ku memelintir tangannya?" Elio kini mengalihkan pandangannya ke arah seseorang yang pernah dia pelintir pergelangan tangannya. Atau sering dipanggil dengan nama cantik atau lebih lengkapnya Cantika Sreladra Lavie.

Cantika semakin panik karena ia tahu kalau Darrel sangat tidak suka dengan orang yang sudah berbohong. "I-ibu, kita biarkan saja ya?"

"Tidak sayang. Darrel cepat dapatkan keadilan untuk kami!" Seseorang yang sedari tadi duduk diam, menikmati perdebatan itu kini beranjak. "Kalian tidak bisa seenaknya, paman, bibi. Hanya karena ibuku merancang pernikahan ku dengan putri kalian itu belum tentu aku menerimanya. Jadi lebih baik kalian pergi dari sini atau akan aku usir kalian secara tidak baik." Ucap Darrel dengan tegas. Cantika segera mendorong kedua orang tuanya untuk ikut pergi ke luar. Ia tidak ingin semakin dibenci oleh seseorang yang dia sukai.

Setelah keluarga itu pergi. Lio kini juga berniat untuk pergi. "Kau mau ke mana?"

Langkah Elio terhenti, kemudian ia berbalik. "Ya mau ke luar lah. Untuk apa di sini? Apa kau juga ingin menghukum ku sama seperti ketua OSIS itu?"

"Tidak. Katakan siapa namamu?" Ucap Darrel dengan santai. "Namaku Elio Gibrealtan. Itu saja kan? Aku pergi dulu."

Elio segera melangkah ke luar, meninggalkan Darrel yang tersenyum penuh dengan artian di dalamnya. "Ah kurasa aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama."

.............

"Elio kau baik-baik saja? Tadi ku lihat ada beberapa orang keluar dari ruangan dengan wajah kesal. Apa kau membuat masalah lagi?" Tanya Zakia khawatir. Bukan karena apapun ia mengatakan itu, ia hanya hawatir kalau sampai temannya itu terluka.

"Aku tidak apa za. Yasudah ke kelas yuk. Sudah jam masuk, nanti aku malah dihukum OSIS lagi." Mendengar penuturan Lio membuat Zakia kaget. "Kau habis dihukum OSIS? Kenapa?"

"Ah aku ketahuan membolos. Sudah yuk." Balas Lio. Zakia mengangguk kemudian keduanya pergi ke arah kelas mereka masing-masing.

...............

"Maaf mis terlambat." Mis Diana mengangguk memaklumi. Ia segera menyuruh Lio untuk duduk di kursi nya. Omong-omong ini memang bukan jam pelajaran mis Diana tapi dia mengajar untuk menggantikan guru bahasa Indonesia yang sedang sakit.

Lio berjalan dan seketika itu juga banyak murid yang seperti takut dan menghindarinya entah kenapa. Mis Diana juga agak kaget saat melihat itu. Seutas senyum kini mengembang di wajah cantiknya.

............

Lio pulang dengan keadaan hati yang berbunga karena berhasil membuat mereka yang sudah membully nya kini segan untuk bertatapan dengannya hanya dalam satu hari. Padahal bukan itu alasan aslinya. Jika saja Lio melihat ig sekolah maka ia akan tahu alasannya.

"Lio." Elio berbalik dan tersenyum saat melihat keberadaan temannya. "Kau terlihat senang sekali."

"Hehe iya nih. Mulai sekarang jangan takut ya, nggak ada yang akan membully kita lagi. Aku akan melindungi Zakia kapan saja." Ucap Lio dengan penuh semangat. "Kurasa bukan karena kau yang berubah."

"Huh?" Zakia menjadi gelagapan. Ia takut salah bicara. "A-ah maksudnya perubahan mu memang berpengaruh namun yang membuat mereka kini takut hanya dalam satu hari adalah sebuah postingan di forum sebelah."

"Forum sekolah? Emangnya apa? Aku nggak punya ig ya." Zakia mengangguk. Pantas saja Lio belum tahu. "Ini, lihatlah."

Elio melihat sebuah postingan dalam bentuk kata-kata. Ia kaget saat membacanya. "Wah bagus dong. Dengan ditambahnya peraturan dilarang keras membully kita jadi aman. Yah meski di luar nggak tahu sih."

"Iyah juga. Yasudah ayahku sudah menjemput. Sampai jumpa Lio." Elio melambai ke arah Zakia yang semakin menjauh. Dirinya dengan Zakia memang tidak searah jadi tidak bisa pulang bareng.

"Hei, cepat naik." Elio menatap tajam ke arah kakaknya yang dengan asal memerintah nya. Namun ia tetap menurut dan naik ke atas jok motor. Tidak lama motor itu berjalan melintasi jalan raya.

"Hati-hati." Gumam seseorang yang sedari tadi berada di dalam mobilnya.

.........




........

To be continued

The Quiet One's Sudden ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang