Part 1

1.4K 120 6
                                    

Pada dasarnya Lio memiliki wajah yang feminim dan bisa dikatakan cantik sayangnya dia seorang pria. Ia segera keluar dari kamarnya setelah memastikan penampilan barunya sudah oke. Saat perjalanan menuju dapur, ia tidak sengaja bertabrakan dengan kakaknya yang membuat Lio hampir jatuh untuk segera ditahan oleh kakaknya.

"Lio." Jika dilihat dari segi manapun, posisi mereka saat ini seperti sepasang kekasih yang tengah berpelukan. Wajah Ruli yang tampan dengan manik yang tajam, memandang intens ke arah manik mengkilap Lio.

"Khm-khm! Maaf mengganggu kalian, tapi bisa kalian perbaiki posisi kalian dulu? Kalau dilihat mama sama bapa gimana?" Ucap Syarel. Lio segera tersadar dari lamunannya, ia kemudian memperbaiki posisi yang sebelumnya seperti sedang memeluk sang kakak.

Karena terlalu malu, Lio segera pergi duluan dari hadapan kakak dan adiknya. "Kau menyukai Lio kak?" Tanya Syarel tiba-tiba.

"Entahlah." Jawaban yang diberikan Ruli sama sekali tidak membuat Syarel puas. Pada akhirnya mereka berdua segera pergi ke dapur untuk sarapan bersama.

........


Sesampainya di sekolahnya. Banyak murid yang menatap ke arah Lio dikarenakan penampilannya yang berbeda membuat rata-rata murid di sana tidak mengenalnya. Sepanjang perjalanan juga Lio tidak peduli dengan tatapan semua orang yang mengarah padanya. Ia tetap lurus jalan untuk menuju kelasnya dan segera membalas murid-murid kepar4t itu!

Setibanya di kelas, semua murid di sana menatap heran ke arah Lio. Tapi Lio tidak peduli. Mendadak ada satu murid yang beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah Lio.

"Apa kau murid baru?" Tanya orang itu. Lio memandang sengit ke arah seseorang yang duduk di bangku paling depan sebelah kiri. "Yah begitulah."

"Kenalin aku Ola, kau cocok bergabung ke sirkel ku. Ayo!" Ola menarik sebelah tangan Lio dan membawanya ke arah teman-teman segeng nya.

"Hai kenalin aku Erik." Ucap Lio. Semuanya menanggapi dengan semangat, bahkan tidak ada rasa curiga sama sekali. Beberapa saat guru pun masuk ke kelas.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi pak!" Pak guru memandang heran ke arah Lio yang masih duduk di antara sekelompok orang yang sering membully. "Apa hari ini ada murid baru? Perasaan tidak ada informasi tentang itu."

Lio tersenyum kemudian beranjak. "Yah memang tidak ada murid baru. Kenalin namaku Elio Gibrealtan. Murid yang selalu kalian bully."

Semua orang di sana menatap tidak percaya ke arah Elio. Namun ada juga yang sudah menebak kalau sebenarnya tidak ada murid baru. Muka-muka yang awalnya dengan ramah menyambut Elio kini tergantikan dengan tatapan kebencian. Elio tidak peduli, tentu saja tidak.

"Ck dasar manusia samp4h! Memang dasar orang miskin!" Ejek salah satu orang yang tadi menyambutnya atau kita sebut dia Sherin. Elio menanggapinya dengan santai sembari menatap tajam ke arah mereka.

"Yah aku memang samp4h tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar. Aku memang miskin, semua orang tahu itu. Tapi... Tidakkah anda mau bercermin nona? Anda hanya berlindung di balik orang-orang kot*r itu. Ah maukah aku kasih tahu rahasia mu di depan sini. Haha kurasa lucu mengatai seseorang saat mereka sendiri jauh lebih buruk. Ibumu selalu berhutang di toko mama ku. Dan keluargamu bahkan kerap kali meminjam uang pada keluarga ku. Jadi? Siapa yang sebenarnya miskin di sini?" Ucap Elio.

Semua orang menatap tidak percaya ke arah Sherin sedangkan Sherin hanya menunduk malu memikirkan apa yang harus ia lakukan. "Kau berbohong! Ayah ibunya Sherin itu sedang bekerja di luar negeri! Kau pikir kami akan percaya dengan perkataan dari mulut samp4h mu itu!"

"Aku tidak peduli mau ada yang percaya atau tidak. Tapi... Sherin bisa kau kembalikan semua uang yang keluarga mu pinjam sekarang? Atau aku akan menuntut mu dan keluarga mu ke kepolisian. Atas tuduhan penipuan." Wajah Sherin seketika berkeringat dingin. Semua uang itu sudah ia gunakan untuk membeli jam tangan mahalnya dan juga kalung.

"Sekarang serahkan semua barang-barang bermerek mu padaku nona." Ucap Elio penuh pemaksaan. Dengan penuh terpaksa, Sherin melepaskan semua barang-barang bermerek yang ia beli menggunakan uang yang keluarganya pinjam dari keluarga Elio.

"Bagus. Dan ingat, ini masih permulaan. Masih banyak kejutan lain yang akan aku berikan kepada kalian. Ingat itu baik-baik ya." Ucap Elio dengan senyuman puas di wajahnya. Kemudian berlalu meninggalkan kelas karena malas untuk hanya sekedar duduk dan mendapatkan tatapan kebencian dari sekitarnya.

Mungkin bolos sekali-kali tidak masalah. Toh hanya sekali. Elio berjalan di sekitar koridor yang sepi karena ini masih jam pelajaran. Ia memutuskan untuk pergi ke arah atap gedung sekolahnya yang biasa digunakan murid-murid untuk bersantai ketika tidak ada pelajaran.

Sesampainya di sana. Elio melihat sekeliling sepi. Tidak ada satupun murid. Itu membuat Elio lebih mudah untuk menenangkan diri sendirian. Yah dia menyukai ketenangan, sampai suara derap kaki dari ujung tangga. Elio tidak peduli dan tetap menutup matanya saat merasakan hembusan angin yang sejuk.

"Bukankah peraturan di sekolah ini sangat melarang muridnya untuk membolos." Elio berbalik dan menemukan sosok yang kerap kali disegani murid-murid tapi populer karena wajah tampannya dan sikap dinginnya.

"Ck kupikir siapa. Kenapa ketua OSIS yang terhormat ini repot-repot untuk datang ke sini hanya untuk menghukum murid satu ini?" Tanya Elio dengan wajah jengkelnya. Yah sosok itu adalah Axelino Ryan ketua OSIS di sekolah ini.




...........




...........

TO BE CONTINUED

The Quiet One's Sudden ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang