Elio melangkah, menuju ruangan lab fisika untuk perkumpulan duta literasi. Sesampainya di sana, Elio segera duduk di samping Sindi. Yah omong-omong Sindi itu salah satu teman ku, tapi dia tidak terlalu dekat seperti Zakia. "Sin ini itu mau perkumpulan apa si?"
"Entah si, belum diberi tahu. Omong-omong, jadi rumor itu benar. Kau berubah, aku senang jika kau tidak dibully lagi." Ucap Sindi dengan senyuman nya. Sindi adalah tipe orang yang ceria, cerewet dan suka berbagi cerita novel jika mereka ketemu.
"Terimakasih sudah menghawatirkan ku." Ucap Elio tulus. Sindi nampak kaget, tapi tidak lama dia kembali tersenyum.
"Selamat siang anak-anak." Ucap seorang guru bahasa Indonesia yang baru saja masuk. "Siang Bu!"
"Dalam pertemuan kali ini, kepala sekolah memberi kalian hadiah sebagai duta literasi." Semua murid yang di sana terlihat antusias, begitu juga dengan Elio. "Kalian besok akan study tour ke perpustakaan terbesar di negara ini! Semua biaya termasuk makan kalian ditanggung oleh pihak sekolah."
Semua bersorak senang. Elio dan Sindi juga ikut karena sungguh mereka sangat ingin berkunjung ke sana. Sedangkan di lain sisi, ada seseorang murid yang juga salah satu duta literasi sedang menatap Elio. Senyumnya mengembang saat melihat Elio bahagia mendengar pengumuman itu.
"Syukurlah kau sudah berubah, Elio." Gumaman kecil dari orang itu. Elio yang merasa dirinya diperhatikan segera menoleh dan terkejut melihat sosok Brayan, seseorang yang sudah memotivasi nya untuk berubah. Sebuah senyuman yang manis Lio tunjukkan ke arah Brayan, yang membuat Brayan kaget dan segera mengalihkan pandangannya dengan pipi yang memerah.
Pertemuan telah usai, semua murid duta literasi sudah meninggalkan ruangan lab dengan segera. Kecuali Brayan yang masih duduk di tempatnya. "Rayan? Kenapa tadi pipi mu merah? Apa kau sakit?"
Brayan terkejut saat mendapati Elio yang sudah duduk di hadapannya. Lebih terkejut lagi saat ternyata Elio melihat dirinya yang salah tingkah. "Ti-tidak, aku tidak sakit."
Tanpa diduga, Elio malah menempelkan kening mereka yang membuat Brayan kembali terkejut, dan wajahnya menjadi jauh lebih merah. Karena dengan jarak sedekat itu, dia bisa melihat dengan jelas bibir pink alami Elio dan juga mata Elio yang lebih jernih.
Tapi dengan segera Elio menjauhkan dirinya. "Tidak panas? Apa kau sakit?"
"Sudah ku bilang aku tidak sakit Elio. Ha-hanya udara di sini saja yang panas." Balas Brayan. Mata Brayan kembali terbelalak kaget saat...
Elio kini menempelkan bibir mereka berdua. Siapa yang tahu jalan pikiran bocah yang satu ini.
.................
Hanya beberapa detik Elio menempelkan bibir mereka sebelum akhirnya dia menjauhkan wajahnya. "Tidak panas."
Sejujurnya, saat masih kecil Elio pernah memergoki dua orang yang sedang berciuman saat dirinya berniat membeli sesuatu di warung tetangganya. Tapi mereka segera mencari alasan dengan memberi tahu kalau dengan menyatukan bibir bisa tahu kalau seseorang itu demam atau tidak. Elio yang pada dasarnya bocah polos tentu saja percaya dengan perkataan dua orang dewasa itu. Hingga sekarang. Bahkan Elio pernah menyatukan bibirnya dengan kakaknya dan kakak sepupunya. Sebenarnya kalau kakak sepupu nya itu sengaja memojokkan Lio dan menciumnya. Lio yang masih anak-anak tentu saja tidak mengerti.
Brayan yang sudah kepalang tanggung, segera berdiri dan mencengkeram dagu Lio kemudian kembali menciumnya. Elio kaget, tentu saja. Brayan memasukkan lidahnya saat mulut Elio sedikit terbuka. Memainkan setiap inci di mulut manis itu. Menahan tengkuk Elio supaya memperdalam ciumannya sedangkan Elio melingkar kan tangannya ke leher Brayan supaya tidak jatuh omong-omong.
Selang beberapa menit, ciuman itu terlepas. Menyisakan sisa-sisa Saliva diantara mereka. Elio terengah, dengan wajah yang memerah. Sedangkan Brayan merasa puas saat melihat ekspresi Elio.
"Kenapa mencium ku?" Tanya Brayan penasaran setelah beberapa saat. "Itu.. waktu kecil aku pernah melihat dua orang yang sedang menempelkan bibir mereka dan mereka bilang kalau itu adalah cara untuk mengetahui apa seseorang itu demam atau tidak. Dan aku pernah melakukan hal itu dengan kakakku. Terus kakak sepupuku pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Brayan. Ah terus lagi ada orang aneh yang datang ke UKS dan menempelkan bibirnya. Padahal aku tidak kenal orang itu."
Mendengar penuturan Lio membuat Brayan kaget tentunya. Bagaimana bisa Lio berpikir seperti itu? Dan pernah melakukan itu ke kakaknya dan sepupunya?
"Elio... Kau tidak boleh melakukan itu lagi selain pada kekasih mu mengerti?" Elio mengangguk.
"Oke..."
"Huhh apa Lio mengerti tentang apa itu ciuman?" Tanya Brayan.
"Sesuatu yang sering dilakukan orang orang yang saling mencintai satu sama la_in." Elio segera tersadar dengan apa yang selama ini ia lakukan. Wajah Elio sontak memerah. Bisa-bisanya dia baru sadar padahal Elio pernah membaca novel dewasa. Oh tuhan...
"Brayan, sembunyi kan aku dari muka bumi ini." Gumam Elio sembari menyembunyikan wajahnya ke d4d4 bidang Brayan dengan wajahnya yang merah padam. Omong-omong posisi mereka saat ini masih berpelukan entah kenapa. Brayan yang mendengarnya sontak terkekeh geli.
"Khm!"
Elio dan Brayan sontak mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu. Elio yang terkejut segera menjauh dari Brayan. "Maaf tapi ruangan ini akan dipakai untuk para OSIS rapat. Jadi kalian tahu apa yang harus kalian lakukan."
Itu adalah Axel. Ia sedikit geram saat melihat Lio yang berpelukan dengan seseorang. "Oh iya maaf. Ayo Brayan!"
Disaat Elio dan Brayan melewati Axel. Axel sempat menggumamkan sesuatu di dekat Elio karena posisi Elio yang di sampingnya. "Ruangan ku setelah jam pulang."
............
Tok tok tok
"Masuk."
Setelah mendengar jawaban dari dalam. Elio membuka pintu ruangan tersebut dan melangkah ke dalamnya. "Tutup kembali pintunya."
Elio menuruti perintah Axel dengan menutup kembali pintu setelah dia masuk. "Kenapa kau menyuruhku kemari?"
Secara tiba-tiba, Axel berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Elio. Elio sontak saja memundurkan langkahnya saat merasakan aura yang dikeluarkan Axel sangat mencekam. Dia tidak berani mendekat, berbanding dengan Axel yang terus berjalan mendekat ke arahnya.
Elio terkejut dengan tindakan Axel yang mengurung nya diantara tubuh Axel dan pintu yang sudah Axel kunci tanpa disadari Elio. Lebih terkejut lagi saat bibir mereka kini bertemu.
..........
Selang beberapa menit, Axel menghentikan acara ciuman sepihak nya. Elio yang sadar segera mendorong Axel menjauh. "Se-sebenarnya apa yang ingin kau katakan!? Cepat!"
Axel melangkah menuju sofa dan kemudian mendudukkan dirinya di sana. "Duduk lah dulu."
Elio dengar ragu, duduk di sofa lainnya. Menghindari duduk satu sofa dengan Axel. "Cepat katakan. Tidak perlu basa-basi."
"Besok kalian para duta literasi akan berangkat liburan. Dan kami para OSIS bertugas untuk menjaga kalian, karena ada 10 anggota duta literasi maka ada 10 anggota OSIS yang akan menemani kalian saat di sana." Ucap Axel. "Apa aku bisa dengan wakil ketua OSIS? Ah atau pacarmu itu."
"Dia bukan pacarku. Dan satu lagi, kau akan ku temani. Tidak ada penolakan karena itu sudah ditentukan." Ucap Axel kembali. "Uh kenapa harus kau sih? Lalu wakil itu dengan siapa?"
"Dia dengan seorang gadis yang namanya Sindi."
Elio mengangguk. Tiba-tiba muncul sebuah rencana dalam benaknya, yang sudah bisa ditebak oleh Axel dengan mudahnya melalui ekspresi wajah Elio. "Rencana mu itu tidak akan berhasil. Lagian untuk apa aku dekat dengan orang lain selain dirimu."
"Huh maksud?"
"Tidak ada. Sudah lah, ini sudah sore. Ayo akan kuhantar kau pulang." Ucap Axel sebelum berdiri dan menarik salah satu tangan Elio, dengan terpaksa Elio hanya bisa mengikuti si OSIS cerewet itu.
............
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Quiet One's Sudden Change
RomanceSiswa culun yang sering di-bully kini telah mencoba untuk mengubah dirinya. Tapi siapa sangka, tindakannya untuk berubah, menarik beberapa orang untuk mencintainya. Seperti apakah kisahnya? ........ #bxb #harem