Di hari Minggu, keluarga Pipi Mark sedang dipusingkan dengan si anak yang merengek dibuatkan puisi dengan tema Ayah.
Seharusnya, bukan sebuah masalah besar, tapi lupa kalau Anthon adalah anak bule yang lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia.
Kadang Papi Mark merasa menyesal karena membiasakan berbicara dengan Anthon berbahasa Inggris sejak masih bayi. Senang sih kalau pas liburan ke LN atau berbicara dengan bule tidak perlu translate. Namun, ya ... begitu.
Bahkan beberapa kali Papi Mark mendapatkan laporan dari guru sekolah Anthon kalau nilai bahasa Indonesianya tidak lebih dari angka 4. Memang sekolahnya taraf internasional yang menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa untuk interaksi, tapi Anthon terlalu ke-inggrisan.
Akhirnya, sebulan lalu meminta Dady Jeno sebagai tutor bahasa Indonesia untuk Anthon. Lumayan ada peningkatan dibanding sebelumnya.
Kembali pada tugas puisi Anthon. Nah, karena si bule masih belum fasih berbahasa Indonesia, dia dipusingkan dengan kosa kata Indonesia, katanya.
Sejak semalam, Papi Mark bosan mendengar rengekan sang anak yang meminta dibuatkan puisi. Lah, Papi Mark saja juga tidak bisa membuat puisi.
Mami? Bisa saja, sih. Namun, Mami ingin anaknya usaha terlebih dahulu. Anthon saja sejak semalam belum melakukan usaha apa pun untuk menyusun puisinya. Hanya merengek terus-menerus. Bahkan Mami sudah membantu Anthon dengan mencarikan kamus Indonesia, lalu membimbing.
Eh, jangan kalian beri tahu ke Nara dan Lura, ya! Mereka berdua sangat nge-fans dengan Anthon karena pandai berbahasa asing dan terlihat keren. Kalau tahu Anthon merengek, bisa-bisa hancur reputasinya di depan dua bocil itu.
"Mom, please ... help me!" kata Anthon dengan mengayunkan tangan Mami yang sedang masak.
"Mami sedang masak, Anthon. Sit down, please!" perintah Mami dengan tegas. Tidak suka diganggu saat membuat sarapan.
"Mom, after this, yep?"
"No, Anthon. You must to try it! Mami sudah mengajari kamu sejak semalam."
Sedangkan Papi Mark menonton interaksi dari anak dan istrinya. Eh, sebelumnya Papi juga sudah diminta Anthon yang mengerjakan, tapi tatapan tajam Mami membuat Papi mengurungkan niat baiknya.
"Boy, sit here and don't bother your mom while she's cooking!" ucap tegas Papi Mark setelah melihat sang istri yang lengah dan kesal.
Anthon menghela napas kecewa. Akhirnya, dia duduk di sebelah Papi dengan memangku buku tulis dan pensil.
"Anthon, bilang ke Papi. Apa yang sulit dari bahasa Indonesia? Kosa kata? Sebulan ini sudah bagus dan berkembang banyak kosa kata barumu, Nak," Papi Mark membuka obrolan di meja makan.
Anthon menatap takut sang Papi. Melihat mata sang Papi yang terlihat melembut membuatnya menjatuhkan kepala di atas meja.
"Anthon tidak mau membuat puisi jelek for you, Dad! Aku tidak mau saat tampil nanti membuat Papi malu karena bahasa Indonesia Anthon yang jelek," jujur Anthon dengan wajah menekuk.
Nah, masalahnya telah ditemukan. Papi Mark cukup tahu bahwa anaknya tidak akan mudah menyerah dalam suatu hal. Anthon termasuk anak yang aktif dan selalu semangat mempelajari hal baru, termasuk belajar bahasa Indonesia.
Anthon sedang tidak percaya diri dalam membuat puisi karena takut tidak sesuai ekspektasi, bukan karena dia yang tidak bisa.
Helaan napas terdengar dari mulut Papi, lalu tangannya terjulur untuk mengelus rambut Anthon.
"Dengarkan Papi! Jangan takut dengan itu, Anthon. Kamu harus melawannya, mau bagus atau tidak, kamu telah membuat terbaik versi kamu. Papi dan Mami pasti bangga sama karya kamu. Oke, Son?"
Kepala Anthon mengangguk singkat, lalu meletakkan buku di atas meja. Membuka buku untuk menggoreskan di sana.
Lima belas menit kemudian, sarapan telah tersaji di atas meja makan. Bertepatan dengan Anthon yang menyelesaikan pekerjaannya. Membuat Papi dan Mami terheran-heran.
"Done!" kata Anthon memamerkan gigi susunya yang rapi.
"Boleh Mami lihat, Boy?"
"Sure, tapi dilarang menghujat!" Anthon menyerahkan buku ke Maminya.
Papi Mark juga ingin melihat, tapi membiarkan istrinya melihat dahulu.
Papi penasaran dengan isi puisi si semata wayangnya. Apa saja yang telah dituangkan tentangnya dalam sebuah puisi.
Mami membaca kata demi kata. Wajahnya berubah-ubah dan sesekali tersenyum. Semakin membuat Papi Mark tak sabar membaca.
Sampai pada bait terakhir, Mami menutup buku tugas Anthon dan menyimpannya. "Makan dahulu, baru baca puisi luar biasa Anthon."
Anthon yang mendapati pujian dari Mami semakin tersenyum lebar. Dia lega, Mami memuji susunan katanya yang masih pas-pasan itu.
Papi hendak protes, tapi Mami melotot.
"Jangan banyak komentar, ya. Dia sudah melakukan yang terbaik, kamu jangan tersinggung, he-he-he," ucapan sang istri semakin membuat Papi penasaran dengan maksudnya.
Memang isi puisi Anthon seperti apa, kenapa harus tersinggung?
Pasti Anthon menjelaskan hal yang bagus, 'kan?
Tidak mungkin Anthon ingin mempermalukan Papi di depan banyak orang.
Papi Mark tidak sabar, ingin mengagumi isi puisi Anthon.
====•~•====
My Father and Watermelon
Oleh : Anthon LeePapi ....
Kau adalah Ayahku
Namamu Mark Lee
Sosok bule Canda yang menikah dengan Mami
Terima kasih telah menjadi Spidermark
Terima kasih telah bekerja untuk kami
Meksipun aku dan mami sering cemburu dengan semangka
Tapi aku tahu kalau kamu juga menyukainya
Awalnya aku membenci semangka
Sejak Papi mempunyai kebun semangka dan sering panen
Aku juga ikut menyukai semangka
Papi ....
Kamu adalah Dadyku
Terima kasih atas segalanya
Semoga semangkanya tidak gagal panen lagi
I Love You
==================================>
Annyeong, yorobun!!! 🌻🌱
Aku balik lagi setelah dua bulan hilang ditelan bumi, eheheww.
Jangan hujat kosa kata puisi Anthon 😌🙏
Maklum masih anak-anak:)))
Btw, author double update. SILAKAN, gulir lagi atau buka chapter baru!
"JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW, yah!!"
°
,
'
.Salam sayang,
Author 👸
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Neo Dream
FanfictionBerisi keseharian keluarga di komplek Neo Dream. Khususnya keluarga Pipi Mark, Baba Renjun, Daddy Jeno, Ayah Haechan, Papa Jaemin, Papoy Chenle, dan Appa Jisung. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Ditaburi dengan hal random, berisik, ga jelas, da...