If; Keluarga Ayah Haechan 🐻

166 30 8
                                    

Vote dan komen!

Dilarang menjadi pembaca rahasia!

__________________

"Iicchh! Yayah! Dedek Cakuyah e'ek!" teriak Nara sambil berlari ke dalam rumah.

For your information. Siang ini, Appa Jisung dan Ama sedang pergi ke mal untuk membeli stok bulanan. Berhubung Sakuya tidak enak badan, alis panas, jadi tidak ikut serta belanja. Si bayi dititipkan ke Ayah Haechan karena Nara mengajukan diri untuk merawat adik kecilnya.

Sebenarnya dalam hati, Ayah Haechan keberatan menjaga dua bocah sekaligus. Bukan masalah jika sang istri juga ikut mengawasi, tapi kali ini Bundanya Nara sedang menyibukkan diri di dapur untuk memasak.

Ayah Haechan yang sedang nonton televisi di ruang tengah terkaget-kaget kala sang putri datang sambil berteriak heboh.

"Yayah! Dedek Cakuya poop," adu Nara sambil menarik berdiri sang Ayah.

Ayah Haechan mencerna apa yang sedang Nara adukan. Setelah sadar Ayah Haechan segera ke ruang tamu di mana terdapat rumah mini sang anak.

Di sana sosok balita tengah duduk dengan wajah yang sudah memerah. Bukannya memindahkan sang balita, Ayah justru berlari masuk rumah meninggalkan dua bocah imut.

"Nara, kamu temanin Dedek Sakuya dulu. Yayah panggilin Bunda."

Nara mengangguk untuk mengindahkan perintah sang Ayah. Seolah kakak perempuan yang baik, Nara mengelus sambil menahan gemas pada Sakuya.

Sedangkan Ayah masuk ke rumah terbirit-birit menyusul sang istri yang tenggelam sibuk membuat makanan.

"Beb, gimana nih?" tanya Ayah pada sang istri yang menggoreng nugget kesukaan Nara.

"Apa, Yah?"

Ayah Haechan mendekat dan menaruh kepala di bahu Bunda, "kok aku kangen kamu sih?" Dengan suara manjanya.

Bunda memutar mata jengah. "Alay banget! Baru juga ditinggal seminggu ke Bali."

Bibir Ayah maju beberapa sentimeter ke depan sambil menduselkan kepala di bahu istri. "Pokoknya kagen!"

"Hadeh! Terus kamu ke sini cuman mau gombalin aku itu?"

Tubuh Ayah Haechan mematung di tempat. Oh, iya! Ayah melupakan tujuannya menyusul sang istri ke dapur.

"Aduh, Beb! Aku kelupaan. Sakuya e'e di celana, aku gabisa gantiin."

Bunda memukul kepala Ayah Haechan dengan spatula yang dipegang untuk membalik nugget ayam. "Kebiasaan!" Sudah tidak heran apabila sang suami tiba-tiba bisa hilang ingatan.

Ayah terkekeh, "hehehe... Bunda yang gantiin, yaahh...."

Sang istri menghela napas ringan. Melepaskan apron, lalu memberikan spatula pada Ayah Haechan.

"Nih, kamu lanjutin goreng kalau gitu!" perintahnya.

"Aku 'kan gabisa masak, Beb, hehe...."

Haduh! Bunda lupa jika Pak Suami tidak bisa diandalkan dalam hal memasak dan mengurus anak.

"Hiiihh! Kamu ambil baju dan celana ganti Sakuya kalau gitu!" ucapnya sambil mematikan kompor.

Ayah Haechan tersenyumlah manis pada istri. Kurang beruntung apa lagi dia? Punya istri sabar, baik, pengertian, dan bisa diandalkan.

Sebelum Bunda beranjak pergi, Ayah menyempatkan diri untuk memeluk sang istri. "Pengertian banget sama aku."

"Udah, ih! Penyet kalau aku dipeluk terus, Sayang."

Komplek Neo DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang