"HAECHAN!! ANAK LO MASUK KE EMPANG, NYET!" teriak nyaring nan heboh dari sosok lelaki memakai kolor ijo yang tengah lari tergopoh-gopoh."Woi! Kunyuk! Anak lo, nih!" satu lagi suara dari belakang.
Si tuan rumah yang tengah mereka teriaki masih belum keluar juga membuka dua orang ini gemas. Padahal pintu rumah terbuka yang menandakan penghuni sedang di rumah. Entah apa yang sedang dilakukan Haechan di siang bolong begini.
"Lo sana yang masuk, Na!"
"Kagak mau! Lo aja deh, No!"
"Lo, No!"
"Yang muda tuh nurut ama yang tua, Na!"
"Kag──" belum usai Jaemin menyelesaikan sanggahan sudah disela si kecil.
"Uncle Nyanya cama Uncle nyonyo belicik cekali, cih! Cepelti adik kecil!" si muda keturunan Haechan tengah bersungut sambil menutup telinga.
Baik Jaemin ataupun Jeno hanya bisa saling bertukar pandangan. Bocah berumah empat tahun mengejeknya layaknya bocah?
"Atu bica macuk lumah cendili, huh! Tyidak pelu belteliak."
Ini kenapa jadinya Jaemin dan Jeno yang diceramahi? Harusnya mereka menceramahi Haechan perkara tidak mengawasi sang buah hati sampai nyemplung ke empang.
"Si kampret Haechan mana sih? Woiii!" teriak Jaemin.
Jeno memukul mulut JAEMIN akibat berteriak kencang di sebelah telinganya. "Kebas banget kuping gue!"
Jaemin cengengesan kayaknya tak punya dosa, "sorry, cuk! Okee... sekarang Nara masuk ke rumah, yaa! Mandi yang bersih dan tidak boleh lagi main di sekitar empang, oke?" suara Jaemin secara otomatis berubah lembut dan manis ketika bicara pada si kecil Haechan, Nara.
"Paman Nyanya celewt cekali, cih?" balas si kecil sambil mempoutkan bibir.
Sedangkan Jeno dalam hati berteriak, mirip sekali dengan Haechan yang tidak mau mendengarkan nasihat!
"Kan--"
"Nara?? Ya Ampun!! Ini kenapa kok jadi item, sih? Ini kerjaan lo berdua, yee?" sang tuan rumah akhirnya datang setelah sekian purnama pertempuran mulut Jeno dan Jaemin.
Haechan dengan celana kolor hitamnya-ciri khas. Menatap penuh selidik pada dua tetangga sekaligus sohibnya.
"Anak gue lo apain, Njir?"
"Malah pitnes ke kita! Lo kalau lagi jaga anak yang bener, cuk! Si Nara nyemplung ke empang karena mau ambil ikan lele." cerca tak terima Jaemin menjelaskan kejadian yang dia ketahui.
Sebenarnya tadi Jeno dan Jaemin hendak ke bengkel motor, tapi saat di dekat rumah Haechan malah melihat tuyul kecil peliharaan Haechan yang tengah naik di pembatas empang.
Tanpa memperdulikan motor supranya, mereka lari menyelamatkan si kecil. Yang menjadi masalahnya adalah, itu empang tempat budidaya ikan lele Haechan. Kalau digigit lele 'kan sakit!
"Lu ngapain sih di dalem? Bikinin Nara adek, ya?" tuduh Jeno.
"Gendeng! Istri kita kan pada arisan di Bu RW, cuk! Satu RW, kalau lu lupa, istri lu juga!" Haechan menyadarkan Jeno.
Fyi, semalam seluruh ibu-ibu RW yang ikut PKK sedang kumpulan buat bahas berangkat liburan ke Bali. Mengingat ini musim liburan. Sedangkan bapak-bapak bertugas menjaga keamanan anak.
Jeno menepuk dahi, "Lah, iyaa! Pantesan bini gue dipanggil kok kagak nyautin."
"Istri sendiri kok lupa! Daaahh... Sono lu berdua pergi! Makasih yee udah bawa si Nara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Neo Dream
Fiksi PenggemarBerisi keseharian keluarga di komplek Neo Dream. Khususnya keluarga Pipi Mark, Baba Renjun, Daddy Jeno, Ayah Haechan, Papa Jaemin, Papoy Chenle, dan Appa Jisung. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Ditaburi dengan hal random, berisik, ga jelas, da...