10. The day I really hate

16 3 0
                                    

Eun woo memarkirkan mobilnya persis di depan gerbang kampus. Rose memandang Eun woo dengan heran mengapa ia menghentikan mobilnya disini, bukan ditempat parkiran kampus.

"Kenapa?" Tanya Rose.
"Aku mengantarkanmu sampai sini saja, ya. Aku harus pulang dulu ke apartement." Ucap Eun woo.

"Ya sudah, gapapa." Ucap Rose.
"Aku berjanji akan menjemputmu, nanti." Ucap Eun woo.

"Tidak usah, aku nanti pulang sendiri saja. Kamu pulanglah ke apartementmu dan tidur saja, sudah beberapa hari ini kamu selalu tidur di apartementku, kan." Ucap Rose.

"Aku akan mengunjungimu saja kalau begitu, semangat belajar-nya ya sayang," Ucap Eun woo sambil tersenyum.

Kemudian Rose merasakan ada sesuatu yang janggal pada Eun woo. Ia merasa Eun woo sedang menyembunyikan sesuatu darinya, beberapa alasan yang Eun woo buat sangat tidak masuk akal untuknya.

Rose tersentak. Apakah barusan Eun woo memanggil nya dengan ucapan sayang??

Tidak mungkin.

****

Eun woo melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah ayahnya. Sudah sekitar setahun lamanya ia tidak menginjakkan kakinya lagi kerumah itu, ia sudah tinggal sendiri di apartement hanya demi menjauh dari ayahnya.

"Cha eun woo?" Ucap suara khas yang sangat Eun woo hafal menyambutnya.
"Paman..." Ucap Eun woo sambil tersenyum begitu melihat paman Jieun keluar menyambutnya.

"Kenapa tidak pernah kesini lagi? Paman rindu sekali." Ucap paman Jieun kemudian memeluk Eun woo.

"Maaf ya paman, aku sudah tinggal di apartement sekarang." Ucap Eun woo.

"Iya...paman tahu, setidaknya berkunjunglah sesekali," Ucap paman Jieun.

"Oh iya, ayah dimana?" Tanya Eun woo.
"Ayahmu diatas." Ucap paman Jieun.

Eun woo tersenyum kepada paman Jieun kemudian ia berjalan menuju lantai 2 rumahnya.

Eun woo menaikki satu-persatu anak tangga menuju ruangan dimana ayahnya berada. Terdapat beberapa penjaga yang berdiri di depan pintu ruangan ayahnya, begitu melihat Eun woo datang, spontan mereka langsung menundukkan Kepalanya kebawah dan membungkuk hormat pada Eun woo.

"Berani sekali kau datang kesini." Ucap ayahnya yang langsung berbalik badan saat Eun woo membuka pintu.
"Aku sudah tidak ingin menjalankan bisnis itu." Ucap Eun woo sambil berjalan mendekati ayahnya.

"Cih, menjalankan bisnis ringan seperti ini saja kau tidak mampu?!!" Ucap ayahnya yang mulai meninggikan suaranya.

"Aku sudah menjalankan semua yang ayah inginkan. Bahkan sekolahku saja tidak berhasil karena ayah!" Ucap Eun woo.
"Dasar anak kurang ajar!" Ucap ayahnya sambil mendaratkan tamparan pada pipi kiri Eun woo.

Tamparan itu membuat pipi Eun woo sangat merah, pria itu lalu memegang pipi kirinya yang sedikit terasa perih.

"Jangan repot-repot pulang kerumah hanya untuk melawan! Sekarang ayah masih bisa menahan semuanya, tapi jika nanti ayah sudah muak padamu, ayah tidak segan-segan menghampirimu di apartement dan membunuhmu jika ayah mau, paham?!!" Ucap ayah Eun woo.

"Bunuh saja aku!!! Bunuh!!! Bunuh sekarang!!!" Teriak Eun woo.

Ayahnya kembali mendaratkan tamparan pada pipi kanan pria itu dan lagi-lagi membuat Eun woo harus memegang kedua pipinya yang sedikit terasa perih. Eun woo pun kemudian melingkarkan tangannya dan meraba pistol yang ada di belakang pinggangnya tepat di ikat pinggangnya itu, ingin sekali segera menghabisi ayahnya, namun ia masih bisa menahannya untuk menembak ayahnya itu.

Mata Eun woo penuh dengan kabut-kabut kemarahan, ia sangat membenci ayahnya yang selalu memaksanya dan melakukan kekerasan kepadanya. Ia menahan emosi yang sangat meledak -ledak dan terasa ingin keluar dari dadanya itu.

"Pergilah, dan jalankan dengan sungguh-sungguh!!" Ucap ayahnya sambil mendorong tubuh Eun woo keluar dari ruangannya.

Kemudian Eun woo berdiri didepan ruangan ayahnya dan seluruh bodyguard ayahnya yang mengkhawatirkannya.

"Tuan, apakah kau baik-baik saja?" Tanya pak jiong begitu melihat Eun woo yang masih berdiri mematung di depan pintu ruangan ayahnya.

Eun woo tidak memperdulikanya dan berjalan menuruni tangga satu persatu menuju pintu depan rumahnya, jika bukan karena terpaksa ia tidak akan pernah menemui ayahnya.

"Tuan..." ucap paman Jieun yang sangat terkejut melihat wajah Eun woo yang kini penuh lebam.

"Aku pergi dulu ya, paman. Sampai bertemu lagi." Ucap Eun woo sambil mencoba tersenyum pada paman Jieun walaupun pipinya yang sedikit terasa perih.

Eun woo menyandarkan dirinya pada kursi mobilnya sambil memejamkan mata menahan seluruh rasa sakit pada wajahnya. Ia meraih kain dan membasahinya dengan air kemudian ia mengompres kedua pipinya untuk meredam perih pada kedua pipinya yang lebam itu.

Disela-sela rasa sakitnya, ia kemudian teringat Rose.

"Aish, gadis itu....." gumam Eun woo.

♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛

Terimakasih buat kalian yang udah baca,
Jangan lupa vote yaaa.
Thankyou thankyou'◡'

Salam hangat

=Grizellyn Vellyne Alvzesta

MAFIA MY FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang