بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Setelah kembali dari kegiatan joggingnya. Zadyn langsung membersihkan dirinya dan beristirahat. Aktivitas hari ini juga tidak terlalu padat.Berbaring sembari menatap plafon kamar. Zadyn menatap sayup ke langit-langit kamar tanpa memikirkan apapun. Namun, setelahnya ia berkutat memikirkan hal lain.
Hal apa yang udah aku buat jadi seperti ini? Ia menghela napas lelah. Ia terlalu meratapi sehingga hatinya begitu sesak ia rasakan.
Satu hal yang perlu ia ingat, jangan menaruh harapan kepada manusia. Jika dia datang ke pikiran itu artinya rasa itu masih ada. Berarti ia kurang berlapang dada menerima semua yang telah terjadi. Seharusnya ia sudah ikhlas dengan semuanya.
Tok tok!
Saat pintu diketuk, di saat itulah lamunannya kembali buyar. Zadyn bangkit dari tidurnya menjadi duduk kemudian berdiri untuk membukakan pintu kamar, melihat siapa yang datang menemuinya malam ini.
Saat pintu dibuka, Zadyn mempersilakan ibunya masuk ke kamar. Mereka duduk di tepi bedcover.
Ternyata Ciyoo juga ikut masuk dan melompat ke tempat tidur. Sedari sore ternyata dia senang menemani ibunya di dapur.
"Udah tidur?" tanya Sheil, ummahnya.
"Nggak, Mah. Lagi tiduran aja. Belum ngantuk juga," jawab Zadyn.
Ummah yang selalu menampilkan senyuman kecil dan terlihat tenang sekali, mengelus puncak kepala sang anak kini sudah tumbuh besar.
"Zadyn sekarang udah umur berapa?"
"Dua puluh tiga." jawab Zadyn sedikit bingung kenapa tiba-tiba ibunya bertanya umurnya.
Ummah mengangguk kecil. "Zadyn udah punya bekal untuk berumahtangga kan?"
Anak itu tak menjawab, tetap diam mendengar perkataan apa yang diucapkan ibunya kini.
"Zadyn sudah bisa bersikap dewasa saat masalah datang. Zadyn sudah mampu mengendalikan nafsu dan mempertahankan iman."
Ummah tahu bagaimana pergaulan Zadyn di luar sana. Ia tahu dari Kelvin bahwa Zadyn begitu berusaha menjaga dirinya dari yang dilarang oleh agamanya.
"Masih dalam tahap belajar, Mah." Zadyn membetulkan. Ia tidak ingin menjadi sombong dengan ilmu yang dimilikinya tidak seberapa itu.
Ummah mengangguk pelan. "Zadyn, udah ada niat menikah, Nak?" tanyanya membuat gadis bermata bulat itu seketika menoleh.
"Mah, aku masih kuliah semester dua. Aku belum siap, Ma. Kalaupun gitu, aku belum ada calonnya, Mah."
Ummah tahu Zadyn menolak halus pembahasan untuk menikah karena tahu gadis cantik ini sedang berusaha untuk sembuh dari masa lalunya. Iya, Khana dan Kelvin menceritakan apa yang terjadi pada Zadyn tadi sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z A D Y N A
ContoDi zaman sekarang ini sangat jarang ada seseorang yang bisa bertahan dengan satu hati. Di mana perasaannya yang tidak berubah hanya untuk satu hati saja. Terlebih lagi seorang perempuan yang memiliki cinta tulus untuk seorang ikhwan. Sebut saja Zady...