Bab 1

195 18 312
                                    

Dari jendela ruang kelas, Regulus menengok Menara Blackpool di timur gedung sekolahnya yang sekilas mirip ikon kota Paris. Melihat menara tinggi itu, ia jadi ingat impiannya lagi untuk bermain di tim nomor satu di Prancis. Tim apa lagi kalau bukan Paris Saint Germain.

"Regulus," sapa seseorang asal Yunani yang mendapat beasiswa belajar di Inggris sepertinya. "Apa yang sedang kau renungkan?"

"Andreas," lelaki berambut cokelat muda itu menjawab orang yang menyapa. "Aku hanya terpikirkan tentang impianku."

"Impianmu?" pemuda bernama Andreas itu menelengkan kepala. "Bukannya impianmu sekolah di luar negeri sudah tercapai? Apakah kau punya impian lain? Kau punya impian menjadi raja harem seperti Zeus?"

Regulus menoyor lengan Andreas sehingga ia meringis sambil terkekeh. "Sembarangan kau bicara."

Andreas membela diri, "Habisnya kau tidak pernah cerita soal impianmu, sih. Kau cerita kucing terus saat ngobrol denganku."

"Hehe, ya, bagaimana ya?" Regulus menampakkan barisan gigi dalam senyum lebarnya. "Omong-omong, kau sudah menentukan mau ikut klub apa?"

"Sudah. Aku mengisi klub olimpiade sains."

"Wah, kau benar-benar ikut klub sains? Awas tahun depan kau botak, loh. Ha-ha-ha," komentar Regulus direspon dengan senyum kecut oleh kawan setanah airnya itu.

"Kau jadi makan siang atau tidak? Kita bisa kehabisan jatah kalau tidak segera pergi," ajak Andreas mengalihkan pembicaraan.

"Oh, iya." Barulah Regulus beranjak dari kursinya. "Ayo! Aku sampai lupa kalau aku sedang lapar."

Andreas memutar bola matanya sebelum berjalan menuju kafetaria bersama Regulus. "Omong-omong, kau sendiri ikut klub apa?"

Regulus tersenyum lebar. "Bukannya sudah jelas?"

"Apa? Klub penggemar My Little Pony?"

"Sepak bola, Μαλάκα!"

[Μαλάκα: Anjir ✌️]

[Regulus Leonephus] 🇬🇷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Regulus Leonephus] 🇬🇷

~ (*) ~

Menjelang pukul empat sore, beberapa siswa SMU Peter Champion, Blackpool, kejar-kejaran dengan bola di lapangan dekat sekolah mereka. Yang kejar-kejaran sudah pemanasan dan melakukan latihan mandiri sebelum pelatih datang.

Lihat seorang pemuda hitam berpostur atletik menggiring bola, mencoba melewati kawan Jepang-nya yang sedikit lebih pendek darinya. Sambil sedikit meliuk-liuk, si pemuda hitam berniat pamer kebolehannya menggiring bola. Sayangnya si Jepang berhasil menghalau bola dengan kaki saat temannya itu hendak lewat.

"Ah, gagal lagi," keluh pemuda hitam bernama Arva sambil tersenyum setelah percobaan gagalnya yang kesekian kali.

Teman Jepang yang akrab dipanggil Yamada tertawa kecil. "Kamu sepertinya perlu belajar lagi dari Kak Rio," komentar lelaki berambut hitam yang disisir ke belakang.

Dari Bola Membawa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang