"Yippie, kita di Blackpool Pleasure Beach, Guys!" Kaiser melompat dari bus dan berlari seperti anak yang masa kecilnya kurang bahagia.
Turnamen akan dimulai empat hari lagi. Tidak ada salahnya mengambil liburan ke taman hiburan, biar tidak tegang. Toh anak-anak sudah latihan dengan maksimal. Bersenang-senang sehari tidak akan menyebabkan masalah besar, kan?
Mr. Davies keluar dari bus dan melakukan pengarahan kepada para anak asuhnya. "Sekarang pukul satu siang. Semua harus sudah berkumpul di gerbang pukul empat nanti. Kalian tidak mungkin tidak puas bermain selama tiga jam."
"Tapi tempat ini tutup pukul lima, Coach." Kalian pasti bisa menebak siapa yang protes. Benar sekali. Siapa lagi kalau bukan si bocah Amerika, Charlie Blake.
Mr. Davies menghela napas dan tersenyum. "Kamu benar, Charlie. Tetapi kita tidak boleh lupa istirahat agar fisik kita fit untuk pertandingan perdana empat hari mendatang."
"Sudahlah, Charlie. Kita patuh saja. Kalau banyak tanya, nanti kita tidak kunjung masuk," cakap Rioner. "Lagipula, tiga jam itu sudah cukup lama," lanjut pemuda berwajah imut itu.
"Percayalah, Kak Rio! Tiga jam di taman bermain itu hanya sebentar," balas Charlie.
Mr. Davies berdeham lalu memutuskan, "Sudah, sudah. Pokoknya kita berkumpul lagi pukul empat di sini. Yang terlambat akan ditinggal bus. Paham?"
"Paham, Sir."
"Wah, kalau sudah urusan dengan kendaraan, tidak bisa dilawan lagi. Susah kalau harus mencari kendaraan sendiri," gumam Yamada.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo masuk!" ajak Kaiser tak sabar. Anak-anak yang lain memang antusias, tetapi pemuda Rusia itulah yang paling bersemangat.
~ (*) ~
"Yang benar saja!" Miya mencak-mencak di pintu masuk wahana roller coaster terbesar di taman Blackpool Pleasure Beach ini: The Big One. "Aku sudah mengantri selama hampir setengah jam, dan aku tidak boleh masuk hanya karena aku kurang tinggi?"
"Maaf, tetapi kau harus setinggi ini untuk menaiki wahana. Berbahaya bila anak-anak yang belum cukup tinggi menaiki wahana ini," jelas petugas yang menjaga pintu. "Jangan khawatir, kami punya Nickelodeon Land. Di sana ada wahana untuk anak-anak, juga karakter-karakter favoritmu dari Nickelodeon. Kau tahu Spongebob, kan?"
Bukannya mengerti, Miya malah tambah tersinggung saat dia disebut anak-anak. Dia misuh-misuh dalam bahasa Italia dengan fasih sambil menunjukkan gestur mama mia.
"Madonna, sei un cavalo! Porca miseria! Aaaaaaaa!"
(Terjemahan: "Emak, dasar kubis sialan kau! Bab* sialan! Aaaaaaaa!")
Tentu saja Enzo harus mengorbankan tempat duduknya di wahana untuk menarik pergi rekan yang sama-sama dari Italia itu agar tak terjadi keributan lebih lanjut.
"Anak itu berisik sekali" komentar Yoru, anak Jerman yang sudah duduk di kursi roller coaster. "Lama-lama, aku kasih dinosaurus di minumannya," sambungnya dengan nada jahil.
"Hei, jangan begitu. Dia kan rekan kita juga," jawab Rioner yang duduk di samping Yoru.
Dalam hatinya, senior berwajah imut itu membatin, Kau bilang orang lain berisik, tapi kau tidak berkaca.
"Hehe, aku hanya bercanda, Kak Rio," balas Yoru dengan tingkah sok polos.
"Perhatian, roller coaster The Big One akan segera meluncur. Sabuk pengaman akan dipasangkan. Para pengunjung harap bersiap."
Bar besi turun untuk mengunci penumpang di tempat duduknya. Mereka akan menghadapi naik turun penuh adrenalin, sementara mereka tak bisa ke mana-mana. Perasaan berdebar-debar membuncah bahkan sebelum roller coaster bermotif bendera Britania Raya itu berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bola Membawa Cinta
Teen FictionTim sepak bola SMA Peter Champion punya cerita. Walau tak sehebat David Bekam ataupun Ronaldikin, jangan pudarkan mimpi mereka menjadi legenda!