"Halo dan selamat datang untuk kalian di mana pun kalian berada. Kita sedang menunggu kick off perdana kompetisi bergengsi: Kejuaraan Nasional U-19 yang pastinya kita tunggu-tunggu. Saya Steven Knalpot sebagai komentator langsung dari Rose Park Arena di London, bersama penganalisa sepak bola ahli kita, Jim Beglin."
"Halo, Steven. Halo, semua. Sangat senang bisa berada di sini," jawab Jim Beglin.
"Atmosfer yang sangat menakjubkan menjelang dimulainya penampilan para calon bintang di masa depan. Yak, mari kita sambut, para pemain Westminster FC Junior Team dan Phoenix FC dari Blackpool telah memasuki lapangan. Bisa kita lihat sambutan yang luar biasa dari para penonton di stadion."
Rioner yang berjalan paling depan menjadi yang pertama menginjak tanah lapangan yang akan menjadi saksi bisu langkah pertama timnya bermain di kancah nasional. Debaran jantungnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kendati ia coba tutupi dengan kepercayadirian.
Apa yang dirasakan Rioner tentu dirasa pula oleh kawan-kawan yang telah mengenakan seragam baru mereka. Warna merah hitam menjadi identitas dan kebanggaan tim kini ditampilkan kepada dunia. Dengan bangga dan tinggi harapan, para pemain memasuki lapangan.
"Baik, pemirsa. Sebelum pertandingan perdana ini dimulai, akan diadakan sesi menyanyikan lagu nasional God Save The King."
Para pemain dengan khidmat menyimak putaran lagu nasional Inggris tersebut. Setiap kali terdengar tabuhan drum, semakin berdebar pula jantung para pemain.
Inggris adalah negara sepak bola. Kendati sebagian dari mereka bukan berasal dari negeri ini, tetapi di sinilah mereka hidup. Di tanah ini, mereka akan membuktikan harga yang mereka miliki bersama bola dan lapangan. Dunia akan tahu dan akan mengenal, mereka akan menjadi bintang di masa depan.
Selepas lagu kebangsaan diputar, semua pemain bersalaman. Setinggi apa pun ambisi untuk menang, fair play berada di atas segalanya. Salaman ini adalah ikrar secara isyarat bahwa semua akan bermain jujur dan sportif.
"Baik pemirsa, kita saksikan para pemain memasuki lapangan masing-masing," komentator sangat antusias menyambut permulaan permainan, sekaligus permulaan turnamen sepak bola pemuda tingkat nasional ini.
Para pemain yang diturunkan di lapangan membentuk lingkaran untuk melakukan team talk terakhir sebelum memulai laga yang pastinya akan menjadi salah satu pengalaman paling berkesan dalam hidup mereka.
Rioner selaku kapten berbicara kepada para rekan, "Semuanya melakukan seperti yang dikatakan Mr. Davies. Aku tahu kita semua berdebar-debar. Tapi ini adalah ajang pembuktian kita kepada dunia bahwa kita adalah bintang, kita adalah masa depan. Aku mau kita semua bermain bagus dan mengantongi kemenangan di laga yang sangat berharga ini, setuju?"
Semua menyatukan tangan untuk meneriakkan yel-yel solidaritas, dipimpin oleh sang kapten berwajah imut.
"Phoenix FC ...."
"TERBANG TINGGI DAN JAYA!"
Demikianlah para pemain menyebar untuk menempati posisi masing-masing. Dengan percaya diri, tetapi juga harapan tinggi. punggawa tim Phoenix FC melakukan peregangan terakhir. Ada juga yang memanjatkan doa demi kemenangan di laga perdana ini.
Rioner sebagai kapten berkumpul bersama wasit dan kapten dari tim lawan untuk menentukan bola dan sisi permainan.
Koin dilempar oleh wasit. Hasilnya, sisi tim home keluar sebagai sisi di atas. Westminster FC berhak memilih antara bola dan sisi lapangan.
Kapten Westminster FC memilih bola agar timnya bisa melancarkan serangan terlebih dahulu. Memang sudah menjadi tradisi tim kandang menjadi pihak yang menendang pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Bola Membawa Cinta
Novela JuvenilTim sepak bola SMA Peter Champion punya cerita. Walau tak sehebat David Bekam ataupun Ronaldikin, jangan pudarkan mimpi mereka menjadi legenda!