Selalu Kalah Darinya
***
Selatan menaruh kopi instan di atas meja, kemudian duduk di bangku panjang yang tersedia. Sarapan kali ini hanya kopi dan beberapa tempe goreng yang dia beli.
"Anak Sultan kaya gue aja makannya tempe goreng."
Kantin mulai ramai, padahal masih pagi. Mungkin karena kehadiran Selatan? Jelas. Walaupun Selatan sudah punya pacar atau bahkan terdengar rumor play boy nyatanya pesona nya tidak pernah hilang sekalipun reputasinya buruk.
"Atan!"
Selatan menoleh, tersenyum tipis dan melambaikan tangannya.
"Pagi, Tan."
"Iya Dis, mau?" tawar Selatan, Gladis hanya menggeleng.
"Kemarin kok lo ga bales chat gue? Gue kemarin masuk UKS tau gara gara di injek Reva. Sakit banget," tanyanya.
Selatan menyeruput kopi nya. "Emang lo ngapain sampe Reva injek lo?"
Lalu Gladis menceritakan semuanya, bahwa dirinya hanya ingin menyelamatkan Akila dari pembully an Reva. Atan mengangguk sesekali memakan tempe gorengnya.
"Lain kali gausah ikut campur urusan Reva, Dis. Kalo masalah itu juga gua sama Gala gabisa bantu, dari dulu Reva udah bilang kan buat ga ikut campur masalah dia?"
Gladis mengangkat alisnya. "Tan, kok lo ngewajarin sikap Reva yang seenaknya gitu? Lo ga mikir mental korban nya kaya gimana?"
"Kenapa lo bersikap bias?" tanya Gladis lagi.
Selatan terdiam, kemudian menjawab dengan santai. "Simple aja, gua males ikut campur urusan orang."
Gladis terdiam, kemudian matanya memandang ke sekeliling. Rasanya sakit, padahal kali ini dia korbannya, bahkan jika Reva yang melakukannya pun tetap Reva pemenangnya? Sekalipun Reva pelakunya, apa dia akan tetap terbebas?
Perlahan air matanya keluar, dadanya sesak. Entah kebaikan apa yang telah Reva lakukan pada Selatan sampai membuat sahabatnya itu mati matian membelanya. Padahal, dibanding Reva Gladis lah yang jauh lebih dulu bertemu dengan Selatan.
Selatan yang merasa tidak nyaman karena keheningan sejenak, mendongak ke arah Gladis dan menemukannya tengah mengusap air matanya kasar.
"Dis, lo kenapa?" tanya Selatan.
Gladis menggeleng, kemudian menepis tangan Selatan yang menyentuh lengannya.
"Gue tau, Tan. Gue jauh terbelakang dibanding Reva, gue mungkin ga ada apa apanya dibanding Reva, gue juga yakin seandainya gue dibunuh Reva mungkin dia bakal baik baik aja dan terbebas dari semua masalah. Sekalipun Reva yang salah, semua orang bakal tutup mata buat itu."
Jeda sejenak, Selatan merasa bersalah.
"Tapi, Tan. Temen lo bukan Reva doang kan? Gue juga temen lo kan? Kenapa cuma Reva yang lo bela? Kemarin gue chat lo minta tolong buat temenin sebentar aja di UKS lo ga bales kan? Gue tau kok Tan, lo malah ke tempat gym sama Reva sama Gala juga. Sebenernya kalian tu anggep gue apa?"
Selatan jadi serba salah, perkataan Gladis benar semua. Memang selama ini dirinya juga lebih memperhatikan Reva dibanding Gladis, tapi itupun bukan karena ia memilih milih. Ada sesuatu yang tidak bisa dia utarakan, seperti perlakuan Gladis yang terkadang seenaknya juga kepada Reva maupun Gala atau bahkan dirinya, hanya saja Selatan tidak bisa secara gamblang mengutarakan itu semua seperti Gladis tadi.
"Gue tau, Tan. Gue emang selalu kalah dari Reva."
Jeda sejenak, kemudian keduanya menoleh terkejut karena suara seseorang dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAOTIC
Roman pour Adolescents"Kalian bertiga adalah tersangka utama kasus pembunuhan Gladis. " Setelah malam Perayaan Ulang Tahun Theodora yang begitu meriah, Theodora dikejutkan dengan penemuan jasad seorang gadis di toilet perempuan. Tiga tersangka utama ditemukan disebelah...