7

112 8 6
                                    

karena merasa ada yang memperhatikannya sejak tadi Liora pun akhirnya angkat bicara "jangan melihatku seperti itu" ujarnya sambil memutar bola matanya malas

Devri masih memandanginya seolah-olah menikmati pemandangannya
dengan piyama itu. kecemburuanya masih meluap-luap dan dia merasakan segala macam keinginan pada Liora. dia menjadi semangat untuk melepas piyama Liora dan menghukum Liora dengan benar
"oh jadi bahkan tidak bisa melihat istriku. apa kita akan berdiskusi lagi little girl?"

jawaban dari Devri membuat Liora kesal
"don't call me little girl.... diskusi apa maksudmu?"

Devri menertawakan kata-kata Liora. pria itu senang melihat Liora marah dan dia menikmati sikap yang Liora tunjukkan saat dia menghadapinya dan Liora tidak takut padanya
"nah, sekarang kamu bertingkah seperti gadis kecil yang tidak mau mendengarkan alasan. aku tau kau bukan gadis kecil melainkan wanita, tapi kamu tetap bertingkah seperti gadis kecil. sangat keras kepala dan kekanak-kanakan. dan aku tidak tahan dengan hal itu"

Liora memutar matanya malas tidak berniat menanggapinya "... kau mau tidur sambil berpelukan seperti biasanya? c'mon, I'm already sleepy"
Devri mengangguk dan segera berbaring disamping Liora

dia menarik Liora mendekat dan ketika Liora memeluknya langsung terjadi perubahan pada tubuhnya. dia mulai bernafas lebih berat dan jantungnya berdetak sangat cepat

"kenapa kau bernafas seperti itu? apa aku memelukmu terlalu erat?" Liora segera mencoba merenggangkan pelukannya

perkataan Liora membuat Devri terkekeh "no. kamu nggak memelukku terlalu erat kok. rasanya sangat nyaman dan aku suka kalau dekat denganmu. sepertinya reaksiku disebabkan oleh hal lain...."

seringai lebar muncul di wajah pria itu ketika dia melihat wanitanya memutar mata dan suaranya tiba-tiba menjadi sangat berbeda dari sebelumnya dan kini memiliki nada yang lebih menggoda

"iya, memang ada yang lain. tidakkah kamu lihat kalau aku jadi sangat bergairah dan tergoda dengan tubuhmu? aku tidak bisa mengatur nafasku saat bersamamu. tubuhmu begitu menarik perhatianku, hingga bisa membuatku melakukan apa saja. kamu sangat menarik. apakah kamu tidak suka melihatku begitu terguncang dan bersemangat hanya dengan berada begitu dekat denganmu?"

"kalau begitu kontrol dirimu" ujar Liora jengah

suaminya tidak bisa menjaga wajah tetap datar saat. dia merasa tergoda dan tertantang dengan kata-kata Liora, dan dia menyukai kenyataan bahwa Liora begitu terus terang dan tidak bertele-tele. bibir pria itu kembali menyeringai jahat dan dia tidak berusaha menyangkalnya malah mengakui nafsunya
"nafsu makanku padamu tidak begitu mudah untuk dikendalikan, istriku sayang. tubuhmu memancing nafsuku begitu kuat sehingga ada banyak hal yang ingin aku lakukan padamu saat ini"

Liora pun berdecak dan berkata "jika lapar makan saja sesuatu, aku bukan makanan"

seringai suaminya semakin lebar dan kini nada suaranya berbeda dengan nada yang lebih serius, nada menggoda dan penuh nafsu. kata-kata Liora membuatnya semakin bersemangat dan dia merasakan panasnya rasa cemburu di tubuhnya yang membuatnya ingin membalas dendam
"oh benarkah? kamu mungkin bukan makanan, tapi kamu adalah makanan favoritku. sekarang kamu hanya mempermainkanku. nafsu makanku semakin besar setiap menitnya kamu dekat denganku"

perkataan itu berhasil membuat Liora melotot sekaligus bergidik, ia pun segera melepaskan pelukannya "kalau begitu jauh-jauh dariku"

dia tiba-tiba mendekati Liora dan meletakkan satu tangannya di sikunya, menahan Liora di tempatnya, sementara dia meletakkan tangannya yang lain di pergelangan tangan Liora
"kita sudah menikah, jadi jangan bilang kalau kamu tidak ingin aku mendekat. aku suamimu, jadi aku bisa sedekat yang aku mau, kapan pun aku mau"

ArmeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang