27. Keseringan ditoel

912 124 116
                                    

Sepatu warior itu menginjak lantai kamar mandi. Remaja laki-laki dengan kulit putih hampir seperti warna susu menatap dirinya dari pantulan cermin. Kantung mata itu tampak sedikit hitam dan terlihat lelah, bibirnya yang pucat semakin menunjukkan bahwa Ice sedang sakit.

Ice menahan dirinya dengan memegang ujung wastafel. Kedua kakinya tak bisa berdiri tegak jika dirinya tak bersandar pada benda kokoh.

Ice mengembuskan napas yang sedikit panas.

"Masih jam sembilan pagi, boleh izin gak ya..." lirih Ice melihat jam tangannya dengan jarum pendek menunjuk pada angka 9.

Kemarin, setelah pulang dari rumah Halilintar. Ice langsung merasa tak enak badan. Ice merasakan bahunya terasa berat, bahkan sampai dirinya tak kuat untuk berjalan.

Ice punya pikiran bahwa dirinya ini ketempelan. Dari kecil ia memang langganan ketempelan makhluk halus, Ayah Ibunya saja selalu bertanya setiap dirinya pulang seperti badannya ada yang sakit enggak? Dan lain-lainnya.

Ice menyalakan keran air wastafel dan mengusap wajahnya dengan air. Dirinya tak boleh tertidur di mata pelajaran Ekonomi, pasalnya gurunya itu termasuk jajaran guru killer. Jadilah ia izin untuk ke kamar mandi sebentar.

Ice mengusap-usap kedua matanya dengan pelan. Setelah merasa tak kantuk lagi, Ice membuka perlahan kedua matanya dan menatap cermin.

Tak tahu ini ilusi belaka atau tidak. Tapi Ice bisa melihat ada sosok perempuan berbaju putih dengan rambut menjuntai ke lantai, peliknya tubuh perempuan itu menghadap dirinya tetapi kepalanya menghadap belakang jadi hanya terlihat rambut saja.

Ice kembali mengusap kedua matanya memastikan bahwa dirinya salah lihat. Ah, benar. Ice salah lihat rupanya, di belakangnya tak ada sesiapa. Ice menghela napas lega.

Ice mematikan keran air wastafel dan kembali melihat ke cermin.

"AAAH!"

Ice tergemap ketika melihat sosok perempuan tadi menampakkan wajahnya dicermin. Ice bahkan sampai terduduk dibuatnya.

Sosok perempuan pucat itu menunjuk pada Ice dan berkata dengan suaranya yang parau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosok perempuan pucat itu menunjuk pada Ice dan berkata dengan suaranya yang parau.

"Nama kamu..."

Ice meneguk ludahnya sendiri. Ia menunjuk pada dirinya, "Nama... Gue kenapa?"

"Tercantum dalam kitab mereka."

Sosok pucat itu melotot pada Ice, kedua matanya menghitam dan mengeluarkan air hitam deras.

"Tempat kamu bukan di sini!"

TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang