"Haiss...siapa sihh, masih pagi anjirr," kesel Al, dengan malas ia berjalan menuju pintu. Ia benar benar muak mendengar bel yang terus saja berbunyi. Padahal saat ini Al enggan untuk menerima tamu, apalagi di pagi hari.
Cklek.....
"Lama bngt sih bukanya"
"Ngapain kesini?" Tanya Al, tak biasa abangnya akan datang di pagi buta seperti ini.
"Suruh gua masuk dulu Napa, gak sopan banget" Al langsung membuka lebar pintunya dan mempersilahkan abangnya itu masuk.
"Ada apa?" Tanya Al yang kini menghampiri Liam yang sudah duduk nyama di sofa depan TV.
"Lu baru bangun ya?" Mendengar itu Al kesal sendiri, abangnya ini suka sekali berbasa basi.
"To the point"
"Dihh sensi banget lu dek, lagi pms lu?" Ucap Liam bermaksud mengejeknya.
"Apasih, gue cowok ya babi. Lagian ngapain lu kesini" Bukannya menjawab abangnya itu malah mentertawakan nya.
"Kadatangan gue kesin-"
"To the point anj, udh di bilang juga" potong Al yang sudah tak sabaran.
"Okok, gue kesini mau minta maaf," ujar Liam yang kini sudah mulai serius.
"Lu emang harus minta maaf sih ke gue, atas kejadian kemarin" ujar Al, yang membuat Liam makin merasa bersalah.
"Atas omongan gue kemarin gue minta maaf, gue kebawa emosi waktu itu. Jangan di masukin hari ya"
"Ngapain juga gue masukin ati, udh biasa juga gue" sebiasa itu kah dia mendengar perkataan perkataan yang membuatnya sakit hati.
"Mama, semalem datang kesini ya?" Tanya Liam yang di bales anggukan oleh Al.
Sebenarnya Al tak ingin membahas masalah kemarin, mengingat kejadian itu membuat Al ingin menangis lagi. Ia ingin tak percaya dengan ucapan mama nya, tapi mana mungkin mamanya membohongi dirinya. Apalagi dia selalu merasa jika dirinya tak mirip dengan kedua orang taunya itu.
"Mama ada ngomong apa aja?" Tanya Liam yang malah di sinisin oleh Al.
"Menurut lu?"
"Ya mana gue tau Al, kan elu yang di datengin mama" jawab Liam, lama lama dia gemas sendiri dengan adik nya itu.
"Anak pungut" ujar Al membuat Liam bingung. 'Ini kenapa jadi bahas anak pungut dah ' pikir Liam.
"Maksudnya? Lu mau mungut anak?"tanya Liam yang tak tau maksud adiknya itu.
"Bacot lu, kenapa lu nutupin kalau gue anak pungut anj" kesel Al yang mempu membuat tubuh Liam menegang.
'ck orang tua itu, gak guna'
"Kenapa bang?! Kenapa?!" Teriak Al yang tak mampu lagi menahan semua nya.
Dengan perlahan Liam menghampiri adiknya yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Memang sejak tadi Al berdiri sedikit jauh dari abangnya itu. bukan karena apa ia hanya tak ingin kelepasan nanti nya.
Liam langsung saja menarik adik satu satunya itu kedalam pelukannya, "maaf, maafin gue. Gue ga bermaksud untuk nutupin itu"
Tak ada respon sama sekali dari Al , bahkan pelukan nya tak ada di bales. Liam tau pasti saat ini, adiknya bener bener terpuruk.
Bahkan Liam bisa merasakan jika bajunya saat ini sudah basah, memang Al tak ada membalas pelukan itu, bahkan suara tangisannya pun tak Liam dengar. Tapi siapa sih yang bisa menahan air matanya setelah kejadian kemarin.
Cukup lama Liam memeluk adiknya itu, meskipun tak ada balasan, setidaknya ia bisa menenangkannya bukan?
"Bang g-gue anak pu-pungut" ujar Al dengan terbata bata.
Liam melepas pelukan itu sesaat untuk melihat adiknya, hidung merah, mata bengkak benar benar imut. Dengan lembut Liam menghapus air yang terus keluar dari mata adiknya itu.
"Berhenti lah menangis, gak capek kah?" Tanya Liam yang di bales pukulan oleh Al. Abangnya ini benar benar banyak bacot ya.
"Bang!" Kesel Al. Liam mendengar itu malah tertawa tak jelas, ini abangnya pernah sekolah tak sih, mengapa tidak tau situasi sekali.
"Sudah lah berhenti menangis, muka mu terlihat imut saat ini" ujar Liam yang kembali di pukul oleh Al.
"Ayo duduk dulu" ajak Liam, yang di angguki oleh Al.
"Berhenti menangis ya, gue jadi sedih kalau lu terus nangis kayak gini" ujar Liam dengan nada lembut, tak seperti tadi, yang terdengar terpaksa.
"Untuk ucapan mama semua nya benar, tapi lu tenang aja, lu tetap adik gue. Meskipun lu tau akan kenyataan itu, gak buat lu berubah kan, lu akan tetap jadi adik gue," mendengar penuturan dari Liam membuat hatinya sedikit tenang, kembali Liam membawa adik tercintanya itu ke dalam pelukannya.
"Karena lu udh tau, boleh ga sih hubungan kita lebih dari adik, Abang?" Entah apa yang merasuki Liam, hingga dia berani mengucapkan ucapan yang tidak masuk akal.
Al yang mendengar itu hanya memukul pelan kepala abangnya, kenapa abangnya jadi bodoh seperti ini. "Gila ya lu, gue masih waras ya babi" kesel Al yang langsung menjauh dari tubuh Liam.
Ini kenapa abang gue jadi ikut gila seperti om om mesum itu, pikir Al tak habis pikir.
"Sepertinya gue harus berjaga jarak juga dari lu deh bang" ujar Al membuat Liam menarik adiknya kembali agar dekat dengannya.
"CK, gue bercada anj" ujar Liam di iringi dengan tawaan mengejek pastinya.
"Sekali lagi gue minta maaf ya, gue gak mau kehilangan lu Al, gue benar benar sayang sama lu" ujar Liam membuat Al langsung menghambur ke pelukan Liam.
'bahkan lebih al' lanjut Liam di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my beloved lord
RomanceMenceritakan kehidupan sehari-hari seorang pelayan laki laki serta tuannya dengan keegoisan nya.