4 bulan kemudian...
Waktu terus berjalan dan kini terhitung tujuh bulan sudah semenjak kepergian Jerry meninggalkan Nathan. Dan sampai saat ini juga pemuda manis tersebut masih tetap setia menunggu kepulangan Jerry.
Sebenarnya Nathan bahkan tidak menduga jika Jerry akan pergi selama ini? Bahkan ia pernah hampir menyerah ketika jika ketakutan terbesarnya akan terjadi, yaitu kehamilannya.
Dan benar saja, Nathan hamil.
Kandungannya diketahui ketika masih berusia dua bulan, saat mengetahui hal tersebut pun dirinya merasa hancur. Nathan takut jika dia harus membesarkan anak dalam kandungan ini sendirian, Nathan juga takut anaknya akan mengalami hal yang sama seperti dirinya.
Hidup sebatang kara tanpa adanya siapapun, ini berat, sangat berat bahkan Nathan mati-matian bertahan dalam kesunyian dan juga kekejaman dunia ini sendiri.
Nathan berharap Jerry segera pulang dan menemui dirinya, hidup bersama membangun keluarga kecil yang bahagia seperti yang sudah Jerry janjikan. Sebelum anaknya lahir, Nathan hanya ingin Jerry benar-benar menepati janji yang pernah pria itu ucapkan.
Semoga saja.
Perut buncit yang kini kian membesar tersebut sama sekali tidak menjadi hambatan bagi Nathan, bahkan kini dirinya begitu lincah memasak makanan yang akan menjadi santapannya pagi ini. Tangannya begitu lihai mencincang halus berbagai bumbu yang kini tersaji didepannya.
Oh ya, sudah seminggu ini Nathan cuti dari pekerjaannya dia akan mulai fokus pada kehamilannya. Dalam perhitungan yang dokter katakan jika tiga bulan lagi bayi tersebut akan lahir, jadi usia kandungannya saat ini adalah enam bulan. Maka dari itu akhirnya Nathan memilih untuk mengambil cuti supaya dirinya bisa fokus merawat bayi dan juga diri sendiri.
"Oke selesai!" Nathan menghela nafas sedikit kasar, masakannya ini telah tersaji berjejer rapi di meja makan. Saatnya dia sarapan.
Hoek!
Baru juga setengah dari porsi yang sudah Nathan makan, mual itu kembali datang membuat dirinya kini harus merelakan setengahnya lagi diacuhkan begitu saja.
Tidak tahu kenapa dia masih saja merasa mual padahal usia kandungannya sudah tua, dan dengan sedikit paksaan dirinya harus menegak habis susu hamil yang tak lupa juga tadi dia buat.
Mau tidak mau dia harus meminumnya hingga tandas, setidaknya walau makanannya terabaikan dia masih harus memenuhinya dengan susu. Demi bayinya.
"Sayang, jangan rewel ya, Bubun ga tau harus gimana biar mualnya hilang, jaket ayah kamu juga udah ga bisa nolong Bubun karna sekarang baunya udah mulai beda"
Nathan mengelus pelan perut buncitnya, kepalanya menunduk sambil berujar pelan berharap anaknya mau mengerti keadaannya sekarang.
Dia sangat bingung harus dengan cara apa lagi untuk meredakan rasa mual yang sering kali datang ini, sebelumnya memang masih bisa tertolong oleh jaket Jerry yang kebetulan belum Nathan cuci waktu itu.
Namun semakin lama bau khas Jerry semakin menghilang, jadi mau dia hirup sekencang apapun tidak akan mempan.
Dirasa mualnya sudah mulai berkurang, Nathan pun berdiri kemudian dirinya berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sedikit tertatih. Nathan ambil ponsel yang tergeletak di atas nakas tersebut, dia ingin menitip buah lemon pada Hezra karena hanya wangi dan juga rasa masam dari buah itu lah yang bisa sedikit membantu dirinya.
Walaupun tak bisa mengalahkan bau Jerry yang dia hirup di jaket.
Saat hendak membuka aplikasi chating dirinya dibuat terkejut dengan notifikasi akun X milik Jerry, buru-buru saja Nathan membuka aplikasi tersebut. Dalam hati dia sudah sangat gembira mengetahui jika Jerry telah kembali aktif, bagaimana tidak bahagia karena selama beberapa bulan ini durinya sama sekali tidak bisa menghubungi pacarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN [Nomin]
FanfictionKata orang, puncak tertinggi mencintai itu adalah mengikhlaskan seseorang tersebut agar bahagia dengan pilihannya. Itu memang benar adanya, dan Nathan tidak bisa memaksakan. Disclaimer: >>🔞 >>Mpreg >>BxB >>HOMO >>Very short story! [Jangan lupa kasi...