Klik!
“Buna pulang…” Nathan meletakkan sepatunya pada rak khusus sepatu yang telah ia sediakan didekat pintu masuk.
Kakinya berjalan menyusuri setiap sudut ruangan rumahnya, namun, tidak ada tanda-tanda jika Ajiel sudah berada di rumah.
Nathan pun melihat jam dinding di sebelah kanan tepat ia berdiri, sudah hampir pukul 6 sore tapi Ajiel belum pulang juga?
Kemana sebenarnya anak itu?
Tangannya dengan cekatan merogoh saku celana yang dia kenakan untuk mengambil ponsel, jari-jemarinya dengan lihai mengetikkan sesuatu pada benda pipih tersebut.
Drtt… Drtt…
“Ck! Kenapa ga diangkat sih?!” Nathan berdecak kesal ketika nomor Ajiel tidak bisa dihubungi, padahal sudah jelas ‘bergetar’
Bukan tanpa alasan Nathan memberikan Ajiel ponsel begitu saja.
Hanya saja, Nathan ingin mengetahui kabar dari anaknya tersebut.
Maklum saja dia tidak setega itu untuk benar-benar membiarkan Ajiel lepas dari pengawasannya.
Sebenarnya Ajiel kemana sampai-sampai tidak memberi kabar? Padahal tadi pagi si kecil sudah berjanji padanya untuk terus memberi ia kabar.
Awalnya Nathan maklum, mungkin Ajiel sedang asik bermain. Tapi, ini bahkan hampir malam dan anaknya tersebut belum pulang juga?
Nathan benar-benar panik sekarang.
Ia pun berinisiatif untuk menghubungi Ayah Dion.
“Hallo?” ujar seseorang diseberang sana.
“Hallo pak, ini Buna-nya Ajiel. Saya mau tanya apa Ajiel masih disana sama Dion?” Tanya Nathan.
“Maaf mas Nathan, tapi Ajiel sama sekali tidak kesini. Ajiel baik-baik saja kan? Belakangan ini jarang sekali main bersama Dion,”
Jarang? Tapi anak itu hampir setiap hari pamit, bilang kalau ingin bermain ke rumah Dion.
Lalu, selama ini Ajiel berbohong?
Tapi untuk apa berbohong, lalu dimana anak itu sebenarnya?
Nathan semakin kalut, dia panik.
“Ah… mungkin saya salah dengar kalau Ajiel ingin bermain bersama Dion hari ini,” Nathan tertawa untuk meminimalisir rasa paniknya agar tak begitu terlihat, “Ajiel baik-baik saja, pak, maaf mengganggu waktu istirahat anda.” Lanjutnya.
“Tidak menggangu sama sekali, mas Nathan. Apa mau saya bantu cari Ajiel nya?”
“Tidak perlu pak, terima kasih sebelumnya. Ternyata Ajiel ada dirumah tetangga sebelah,” bohongnya.
“Haha ada-ada saja, ternyata Ajiel juga jahil sama Buna-nya, ya?” Tawa Ayah Dion.
“Iya pak, anak itu memang sangat menyebalkan. Ya sudah kalau begitu, saya mau menjemput Ajiel.”
“Iya mas silahkan,” setelahnya pun Nathan memutus panggilan tersebut.
Dengan tergesa Nathan berjalan keluar rumah, tak lupa juga untuk mengunci pintu rumahnya.
Nathan bingung, dia harus mencari Ajiel kemana?
Rumah temannya? Ajiel hanya mempunyai satu teman dekat yaitu, Dion. Selain bocah itu Nathan tidak lagi mengetahuinya.
Kalian tau? Walaupun Ajiel itu anak yang cerewet dan juga jahil, tapi Ajiel tidak memiliki banyak teman. Dia hanya akan menunjukkan sikap menyebalkannya itu pada orang terdekat saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN [Nomin]
Fiksi PenggemarKata orang, puncak tertinggi mencintai itu adalah mengikhlaskan seseorang tersebut agar bahagia dengan pilihannya. Itu memang benar adanya, dan Nathan tidak bisa memaksakan. Disclaimer: >>🔞 >>Mpreg >>BxB >>HOMO >>Very short story! [Jangan lupa kasi...