"Yakin bisa sendiri? Padahal nunggu gue kelar kelas bentar aja bisa lo Nat,"
"Ga usah lagian juga gue biasa belanja sendirian, lebay"
"Eh si anjir, malah ngatain lebay! Gue khawatir sama anak lo buka lo nya ya Nat!" Hezra membalas sedikit keras, dapat dilihat kini Nathan bahkan sedang menggerutu di kursi penumpang sana.
"Udah-udah, sehari aja kalian ga ribut kenapa sih? Dan Nathan, nanti lo hubungi aja gue kalo ga ya Hezra misal lo emng butuh bantuan ya?" Tanya Marka pada Nathan.
"Iya, makasih ya, gue turun dulu." Setelah mengatakan itu pun Nathan segera turun dari mobil Marka menuju supermarket untuk membeli susu hamil dan juga buah-buahan yang kebetulan stok dirumahnya sudah habis, jadi tadi Nathan sekalian nebeng Marka dan juga Hezra. Kebetulan searah jadi mereka kekeuh untuk membawa Nathan pergi bersama.
Setelah beberapa waktu dia berkeliling mencari berbagai bahan dapur dan buah serta tak lupa juga susu hamil, lantas Nathan kini tengah mengantri untuk membayar barangnya. Dua kantung plastik yang kini berada di tangan kanan kirinya sedikit susah Nathan bawa karena memang isi yang bisa dibilang tak sedikit itu.
Ia berjalan sesekali menunduk untuk melihat dan membenarkan kembali pegangan tangannya pada barang belanjaannya, dan tanpa sengaja dia menabrak seseorang membuat barang yang bawa sedikit tercecer.
"Aduh! Maaf saya kurang berhati-hati," tanpa melihat orang yang didepannya kini ia sedang berusaha berjongkok dengan susah payah untuk kembali merapikan belanjaannya. Dan dapat Nathan lihat jika orang yang tadi masih berdiri didepannya itu ada dua pasang kaki pria dan wanita yang masih setia ditempat semula.
'diem aja ga bantuin anjir, padahal gue kesusahan gini' ujar Nathan dalam hati
"Eh mas maafin suami saya kurang hati-hati," ujar si perempuannya. Dia juga membantu Nathan untuk kembali berdiri seperti semula ketika mengetahui jika Nathan ternyata tengah hamil.
"Makasih mbak, gapapa kok," Nathan tersenyum pada wanita tersebut.
Nathan pun beralih menatap seseorang yang berada disebelah wanita itu, yang katanya suaminya. Dan betapa terkejutnya ketika seseorang itu adalah Jerry? Bahkan Jerry sedari tadi hanya diam menatap dirinya dengan pandangan yang tak kalah terkejutnya.
Kini Nathan nampak bingung harus bereaksi seperti apa, setelah sekian lama akhirnya mereka berdua bertemu, keduanya bahkan kini saling pandang.
Nathan menunduk bingung harus mengatakan apa? Bahkan kini tubuhnya sudah mulai gemetar, ingin sekali rasanya menangis.
Jangan! Nathan mohon jangan menangis disini, dia tidak ingin terlihat lemah didepan orang yang sudah menyakiti dirinya.
Bahkan Jerry kini tak lepas menatap Nathan dari atas dan bawah, hingga tatapannya jatuh pada perut besar Nathan. Jerry sangat terkejut melihat kondisi Nathan yang kini sedang berbadan dua? Dan perutnya sudah terlihat begitu jelas.
Jerry nampak sendu melihat Nathan yang terus saja menunduk tak berani menatap dirinya, rasa bersalah menggerogoti relung hati Jerry.
Ingin rasanya dia peluk Nathan dengan kencang untuk menyalurkan rasa rindu dan rasa sesal yang begitu mendalam. Namun kondisi sekarang sangat berbeda, dia sedang bersama istrinya mana mungkin Jerry akan memeluk begitu saja tubuh mungil Nathan.
"Mas ga papa kan? Atau ada yang sakit, muka mas pucat banget?" Wanita itu kembali bertanya untuk memastikan kondisi Nathan saat ini karena memang raut wajahnya tampak memucat.
"I—iya gapapa, permisi" tanpa menghiraukan lagi mereka berdua, Nathan langsung saja buru-buru pergi meninggalkan Jerry dan juga istrinya dengan langkah lebar. Berharap jika dia cepat menghindar dari Jerry.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN [Nomin]
FanfictionKata orang, puncak tertinggi mencintai itu adalah mengikhlaskan seseorang tersebut agar bahagia dengan pilihannya. Itu memang benar adanya, dan Nathan tidak bisa memaksakan. Disclaimer: >>🔞 >>Mpreg >>BxB >>HOMO >>Very short story! [Jangan lupa kasi...