3. Supermarket

577 37 0
                                    

Please give me your feedback! 🧚🏻‍♀️
Typo? Tandai.

Happy reading! 🦅
×××

"Cari saja informasi tentang pemuda itu apa susahnya?"

"Ya gue butuh alasan lah bego! Lo mau jadiin dia mainan? Ck, padahal dia manis mending buat gue."

"DEANDRA ABSTALA KUENZO! jaga ucapanmu." Tekan pria yang lebih besar dan lebih tua— Darendra Nazareth Kuenzo

"Yaelah, sekali-kali gaul bisa gak sih. Gue nih adek lo." Orang yang di panggil deandra itu hanya mendengus, apa-apaan kakaknya ini, dia bukan babu.

Ya memang sih jika dihadapan orang-orang dean harus bersikap sopan kepada daren seperti seorang bos dan bawahan. Dean juga harus memanggil daren dengan sebutan 'tuan'
Sungguh memuakan.

"Yang sopan dean, aku juga boss mu."

"Hih! Ga seru, males." Ucap dean memutar bola matanya

"Carikan informasi tentang pemuda itu, atau kepala kau, aku lubangi." ucap Daren mengancam

"Siap tuan muda." Jawab dean dengan ekspresi mengejek lalu pergi dari hadapan Daren

"Dasar anak itu" Daren memijat pelipisnya yang terasa pening, lalu duduk di sofa ruang tamu dan memejamkan matanya.

×××

Tiga hari yang lalu adalah hari sial rayan, dan sebaliknya hari ini adalah hari bahagia rayan karena dia diterima bekerja sebagai penjaga supermarket.

"Kak azel, rayan izin ketoilet dulu ya!" Ucap rayan lalu pergi menuju toilet, pria yang di panggil 'kak azel' hanya mengangguk

Azel, atau lebih tepatnya hazel nelson adalah teman kerja rayan, azel orang pertama yang rayan kenal di supermarket ini, menurut rayan, azel pria yang baik walaupun mereka baru saja bertemu pagi tadi.

Kini azel dan rayan sedang mengobrol santai di meja kasir, supermarket ini cukup sepi. Sebenarnya hanya rayan yang mengoceh, azel hanya menjawab seadanya.

Sampai tiba-tiba ada dua orang pria yang masuk kedalam supermarket, rayan mengalihkan pandangan, "selamat datang." Ucap rayan dengan senyumnya

Kedua pria itu tidak membalas ucapan rayan, mereka berjalan masuk lalu pergi kearah lemari es yang ada di supermarket.

"Kak, dua orang itu aura nya menyeramkan, yaaa?" kata rayan pelan namun masih terdengar oleh azel

"Hmm" Azel memang dingin, dia berbicara hanya beberapa kata saja atau malah dia menanggapi ucapan seseorang hanya dengan berdehem.

"Umm.." rayan mengedarkan pandangannya lalu menatap kedua pria yang berjalan mendekat ke arah meja kasir, seperti tidak asing.

Saat dua pria itu sudah berada di depan meja kasir, rayan memekik, "KAUU–umphh m-maaf tuan." Rayan reflek menutup mulutnya sendiri karena telah berteriak.

Rayan harus lupakan kejadian tiga hari yang lalu, disini sekarang dia harus melayani pelanggan tanpa menautkan masalah pribadi ke pekerjaan.

Kedua pria itu hanya memandang rayan aneh, "Hai maniez, ketemu lagi kita." Ucap yang lebih pendek—dean, sontak membuat daren menatap dean dengan tatapan mengintimidasi, dean yang sadar akan tatapan kakaknya itu hanya bisa tersenyum kikuk, "Hehe peace."

Sementara rayan hanya bisa tersenyum, "H-hai tuan.."

"Panggil saja aku dean dan disamping aku, daren, siapa namamu?" Ucap dean lalu menunjuk sang kakak yang hanya diam tanpa ekspresi

"Um! S-saya rayan, tuan"

"Panggil saja dean." Tekan dean

"I-iya tu–dean" dean terkekeh lalu mengusap surai kecoklatan milik rayan, "Kau ini lucu sekali."

Blush, pipi rayan memerah seperti buah tomat. "Ekhem," azel yang sedari tadi hanya diam kini membuka suara dengan berdehem, "Kalian mau berbelanja atau apa?" Rayan menoleh kearah azel yang sedang memasang muka sedikit, mm— kesal.

"Hehe maaf azel." Rayan memasang senyum kearah azel, membuat azel memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Sialan—batin seseorang

"Cepatlah dean, kau menyebalkan." Ucap daren menatap tajam dean

"Ututu, bayi cembu–umphh" Sebelum dean mengucapkan kalimat itu, dengan cepat daren menutup mulut dean, "DARENDRA SIALAN!" Kesal dean

Rayan yang melihat drama itu hanya bisa cekikikan sampai matanya bertemu dengan mata elang milik daren, seketika rayan langsung menunduk takut.

"Cepatlah hitung" Tegas daren kepada rayan, dengan cepat rayan menghitung belanjaan mereka, "T-totalnya seratus tiga puluh dua ribu, tuan."

Setelah itu daren memberi rayan blackcard membuat rayan sedikit syok, pasalnya dia belum pernah melihat kartu itu secara langsung, dia hanya pernah melihat di media sosial, dan setau rayan, orang yang memiliki blackcard adalah orang yang sangat kaya.

"Ini belanjaannya tuan, terimakasih telah berbelanja disini." Ucap rayan sembari tersenyum ramah

Daren tidak menanggapi sedangkan dean dia hanya diam, takut sang kakak menembaknya disini, karena dean tau kakak nya sudah sedikit terusulut emosi akibat dirinya.

×××

"Kau ini ingin sekali merasakan cambuk panas itu lagi?"

"Nggak lah, gila."

"Kalau begitu jaga ucapanmu."

"Terserah deh, gue capek lama-lama. Gue juga mau bebas kak..." ucapnya lirih

"Aku tidak melarang kamu dean."

"Ya tuan. oke, ada misi apa lagi kali ini?"

"Nanti malam kita akan menyeludupkan senjata dan juga narkoba ke jepang, kau harus ikut. Aku sedang ada tugas disini."

"Hmm, gue ga bisa nolak, kan? Kalau gue nolak juga pasti nanti gue dihukum ck" dean berdecak, toh dia tidak bisa menolak kata-kata yang kakak nya lontarkan.

Daren hanya bisa menghela nafas, ini juga tugas dean karena mereka berdua lah yang ditugaskan oleh sang daddy untuk melanjutkan pekerjaan di dunia bawah.

"Gue sebenarnya mau kayak anak-anak seumuran gue yang lain. Gue capek ege."

"Jika kau lelah dengan tugasmu, bicaralah dengan daddy. Aku tak ingin ikut campur."

"Lo gak kasian? Nanti adek lo yang tampan ini digebukin sama bokap sendiri" dean membuat ekspresi se menyedihkan mungkin

"Tidak. Seorang mafia itu tidak ada yang mengenal kata 'kasian' apalagi kita ini adalah mafia yang terkenal, walaupun identitas kita tersembunyi."

Dean hanya bisa menghela nafas pasrah, niat nya ingin diperdulikan sirna sudah, "Terserah deh, gue ikut alur aja."

To be continued! 🦅
×××

Ayayu </3

See you guys!

Ruthless Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang