2. Brownies cake

661 45 0
                                    

Please give me your feedback! 🧚🏻‍♀️
Typo? Tandai.

Happy reading! 🦅
×××

Itu adalah pagi hari, ketika seorang pemuda tengah menatap lalu lalang kendaraan dari lantai enam. Pemuda itu memakai kemeja putih polos dengan celana panjang berwarna hitam.

Tubuhnya ramping tidak terlalu tinggi, wajah pemuda itu begitu manis dan cantik, dengan mata rubahnya, pipi sedikit berisi dan juga bibir cerry yang membuat kesan menambah kesempurnaan pemuda manis itu.

Setelah beberapa saat, pemuda itu berjalan masuk keruangan CEO untuk melamar pekerjaan. Pemuda itu meremat pelan ujung kemeja yang ia kenakan.

"Tenang saja rayan, jika kau tidak di terima lagi. Masih banyak pekerjaan lain." Gumamnya pelan

Tok tok, rayan mengetuk pintu itu terlebih dahulu, "P-permisi." Ucap rayan gugup

"Masuk." Mendengar itu sontak membuat rayan mengangguk lalu perlahan masuk. Setelahnya rayan duduk dan memulai interview.

×××

Pemuda itu berjalan dengan raut wajah kecewa, pasalnya sudah lima kali dia melamar pekerjaan hari ini tapi tidak ada satupun yang menerimanya.

Saat netranya menangkap toko kue yang begitu indah, rayan terpaku lalu berjalan kearah toko kue tersebut, "Uangku sisa dua puluh lima ribu, apa cukup untuk membeli sepotong brownies cake..." gumamnya

Setelah rayan keluar dari rumah, rayan hanya membawa uang tabungannya yang berjumlah tujuh ratus lima puluh ribu, uang itu rayan gunakan untuk menyewa kost dan sisanya untuk dia makan dan bertransportasi.

Rayan tetap berjalan mengikuti kata hatinya, saat membuka pintu toko kue itu bunyi lonceng berdering dan aroma kue yang khas itu menembus indra penciuman rayan.

Rayan berjalan kearah etalase yang berisi berbagai macam kue, dia menatap harga kue yang terbilang mahal bahkan untuk ukuran kecil.

Walaupun keluarga rayan kaya, tapi rayan tidak pernah merasakan makan diluar bersama keluarga, dia hanya bisa mengurung diri dikamar. Keluarganya hanya memberikan uang untuk sekolah, dan untuk makanan, dirumah rayan bisa masak. Tapi rayan sudah sangat bersyukur karena Papanya itu masih memikirkan pendidikannya. Begitu pikir rayan.

Rayan berdiri didepan etalase dengan pipi yang memerah karena terlalu senang. Ini pertama kali baginya, "Um! Kak apakah aku boleh melihat-lihat dulu.." tanya rayan kepada penjaga toko kue tersebut

"Tentu saja" jawab penjaga itu dengan senyuman nya

Rayan memutuskan untuk membeli brownies cake yang harganya paling murah, ukurannya juga kecil, tapi tidak apa.

"Aku mau yang ini, kak" kata rayan sambil menunjukan brownies cake yang dia pilih dengan jari telunjuknya

"Oh, baik. Tunggu sebentar tuan" rayan mengangguk, senyum bahagia itu terus menghiasi wajahnya.

Setelah menunggu sekitar tiga menit, kue yang rayan inginkan sudah dibungkus menggunakan kotak kecil, "Terimakasih." Ucap rayan lalu memberikan selembar uang berwarna hijau.

Setelahnya, rayan keluar dari toko kue, mulutnya tak henti-henti bergumam menyanyikan lagu, matanya fokus melihat kearah brownies cake ditangannya.

Hingga... Bruk

Rayan jatuh tersungkur karena menabrak sesuatu, rayan kira dia menabrak tiang yang kokoh, tapi dia salah, rayan menabrak seorang pria,um.. Pria matang mungkin?

Bisa rayan liat tangannya terluka karena tergores aspal trotoar, "Aws, sakit.." rayan meringis.

"Mmm, maafkan saya tuan." Rayan berdiri menatap pria dihadapannya, Tampan dan.. menggoda, Uh! Pikiran macam apa itu, rayan menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran kotornya.

Pria itu hanya menatap rayan dengan tatapan sulit diartikan, "T-tuan?" Rayan berjinjit lalu mengangkat tangannya kedepan mata pria itu. Berniat untuk membuat pria itu sadar.

Pria itu tersadar dari lamunan lalu mendatarkan ekspresinya

"Daren!" Suara dari arah belakang pria itu membuat rayan menolehkan kepalanya kehadapan orang tersebut, "Kau lama sekali." Gerutu pria yang lebih pendek dari pria yang ada dihadapan rayan.

"Yang sopan. Kau atau aku yang menjadi boss?" Tanya pria itu tanpa mengalihkan pandangan keorang yang tadi memanggil 'Daren'

"Hehe maaf tuan, peace" pria yang lebih pendek mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya lalu terkekeh pelan, "Habisnya kau lama de–tuan"

"Ayo pergi." Ucap pria yang lebih tinggi, dia berjalan meninggalkan rayan yang sedang kebingungan.

"Duluan ya, maniez." Goda yang lebih pendek kepada rayan, lalu dia meninggalkan rayan sendirian

"Huh! Ada apa?" Rayan bergumam, Ah sudahlah, dia ingin pulang dan memakan brownies cake yang ia beli tadi.

"B-brownies nyaaa" rayan sedikit berteriak dan memandang brownies cake yang sudah berantakan di aspal trotoar

"Hikss... sial... hiks" selama perjalanan menuju ke kost, rayan terus saja menangis, padahal dia sangat ingin memakan brownies cake itu.

Banyak pasang mata yang menatap rayan heran, namun rayan tidak sadar akan tatapan orang-orang yang berada dijalan.

Dikost pun rayan hanya bisa menangisi brownies cake nya, sungguh hari yang sial.

To be continued! 🦅
×××


See you guys! </3

Ruthless Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang