Nafsu

445 2 0
                                    

🌱🌱🌱

Pagi Harinya

Matahari tersenyum menyinari paras cantik wanita yang kini setia dalam alam sadarnya. Hingga suara burung burung berkicauan membuat telinganya terusik.

"Eughh." merilekskan otot otot yang terasa kaku. "Jam berapa ini." gumam dengan mata terpejam berusaha membuka matanya serasa rekat.

Detik berikutnya Diana terduduk kaget setelah melihat jam di pergelangan tangannya segera bangkit dari sofa. Sebelum pergi ia menyibakkan selimut tebal yang menutupi bagian tubuhnya sebatas dada.

"Ah, aku ketiduran. Mas David." tiba tiba wajah sang suami terlintas di pikiran nya setelah sadar akan sesuatu.

"Dia pasti marah karna pulang terlambat." gumam Diana nyawanya belum kumpul sepenuhnya. "Dimana pria brengsek itu, kenapa aku." berjalan ke dalam kamar mandi dengan mata yang sedikit terpejam karna rasa kantuk terus menyelimuti nya.

Semasa kehamilan Diana sama sekali tidak pernah kelelahan, tapi berbeda hari ini ia mengeluh capek. Mungkin karna sebelumnya sang suami selalu

"Hai baby." sapa pria tersenyum genit bersandar di dinding tembok keramik rumah sakit.

Diana reflek menoleh kaget matanya bulat sempurna melihat siapa yang tengah berdiri di belakangnya, tubuhnya menegang ia lupa jika itu adalah ruang rawat pria itu, tanpa terlebih dulu sadar akan dimana ia berada sekarang.

"A andre. Lo ngapain disini." kagetnya melihat tubuh kakak ipar hanya lilitan handuk menutupi bagian asetnya.

"Menurutmu." menaik turunkan alisnya tersenyum smirk berjalan menghampiri Diana yang berdiri mematung disana.

"Ndre, lo." bergetar ketakutan pada sosok pria di hadapannya.

Keduanya tidak berjarak lagi, tangan kekar Andre menarik tubuh wanitanya  dalam dekapan. Tangan Diana gemetar berusaha mendorong kuat dada pria yang menjadi trauma nya, namun dia bergerak lebih cepat tangan besar kekar itu kembali menariknya.

"Dari dulu aura kamu tidak pernah berubah. Meskipun penampilan kamu jauh berbeda dari semasa kita berpacaran." ucap Andre memuji kecantikan adik iparnya.

"Mau lo apa."

"Haha, tentu saja kamu sayang." tawa renyah seraya membelai surai Diana lembut.

Pria brengsek itu sama sekali tidak tau diri, baru kemarin permintaan maaf keluar dari mulutnya, entah tulus atau tipuan semata. Dan setiap kali dirinya melihat Diana, tubuhnya seketika terangsang, berbeda saat wanita cantik lain.

"Ndre." ujarnya berusaha tenang, takut jika si mantan kekasih berulah lagi dan melakukan hal aneh terhadapnya.

Hmm

"Gue mohon lo lepasin gue." pinta Diana semakin tegang, takut ada seseorang datang lalu memergokinya.

Pria itu menggeleng sembari mendekatkan bibirnya ke telinga Diana.

"Mau ku bantu melepaskan sesuatu." bisik nya.

Saat itu Diana bergidik saat tangan kekar menjalar ke dalam bajunya mengelus perut yang masih rata karna kehamilannya baru beberapa minggu.

"Ndre, gue mohon jangan lakuin itu lagi." lirih Diana dengan nada memelas berharap pria itu punya sedikit rasa iba. Rasa trauma nya yang buat tubuhnya tidak berereksi terhadap sentuhan penuh gairah darinya.

"Kita cuma punya waktu tiga puluh menit, jadi manfaatkan sebaik mungkin, kamu tentu tidak mau bukan suamimu." bujuk Andre berusaha merayu nya.

Tangan berotot keras setiap kali pertemuan membuat Diana kesakitan di bawah kukungan tubuh kekarnya. Dipaksa melayani nafsu bejat lelaki yang tidak ada ikatan pernikahan.

Andre bermain kasar dan brutal memasukkan tongkat asetnya ke dalam lubang kecil penuh dosa. Menyebabkan bagian sensitif nya sakit dan teramat perih acak kali permainan.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang