Bab 5

387 33 10
                                    

"Appa!"

Park Jimin terpaku di tempatnya saat ini. Melihat sekumpulan manusia di taman belakang yang sedang asik bercengkerama menikmati suasana mendung yang syahdu.

Taman belakang telah disulap menjadi pesta barbekyu. Para buttler sedang sibuk menyiapkan buffet makanan dan peralatan lain.

"Eoh, kau siapa?" Tanya salah seorang pemuda tinggi yang gagah dan hmm Jimin akui cukup tampan.

Pemuda itu mendekati Jimin yang masih mengatur nafas. Memakai kaus putih dengan celana pendek selutut. Rambutnya tertutup oleh topi yang meningkatkan pesonanya. Lebih tampan dari hyung-nya, Jimin membatin.

Jimin berdeham menjaga image. "Harusya aku yang bertanya, siapa kalian? Kenapa kalian bertingkah seenaknya di rumah orang?!"

"Eoh, calm down baby. Sepertinya aku tahu siapa dirimu." Ucap pemuda itu dengan senyum yang tampan. Bibir tebalnya sungguh menggoda. Mirip bibir Jimin yang gemuk.

Jimin menaikkan sebelah alisnya menatap pemuda didepannya yang mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Kim Seokjin. Kakakmu."

Jimin melongo. Apa katanya? Kakak? Hell no! Ia hanya punya satu orang kakak dan namanya adalah Yoongi!! Titik.

Tunggu..

Apakah pemuda ini adalah kekasih Yoongi? Maka dari itu tadi hyungnya melarang Jimin pulang? Karena takut ketahuan jika Yoongi menyimpang?! Omo omo.. Lambung Jimin melorot.

"Tu-tunggu.. Kau.. Kau.. bukan kekasih simpanan hyungku, kan? Andweeee"

Jimin menutup mulutnya dengan mata membulat. Yang tentu saja terlihat sangat menggemaskan. Namun kepala kecilnya perlu sedikit disentil supaya tidak miring.

Pluk

"Aaakkh jidatku!"

Jimin menoleh kearah Yoongi yang menepuk jidatnya.

"Hentikan pikiran kotormu"

"Aiiishh.. Kau yang memulai dengan bertingkah aneh. Jadi jelaskan siapa dia?" Sungut Jimin.

Yoongi menghiraukan Jimin dan melangkah mendekati Kim Seokjin. Berdiri menghadap pemuda yang sayangnya lebih tinggi darinya itu.

"Ada urusan apa kau kemari?" Tanya Yoongi dingin.

"C'mon boy, aku adalah hyungmu. Dan aku akan tinggal disini. Apa kau tidak mendapat kabar dari ayahmu itu?"

"Ah, jadi tua bangka itu masih hidup? Pergilah dari sini. Kembalilah ke asalmu." Tegas Yoongi.

Seokjin menghela nafas pelan, ia sudah mengenal Yoongi sejak 3 tahun lalu. Sedikit banyak ia tahu bagaimana perangai adiknya ini.

"Shireo. Aku akan melanjutkan pekerjaanku disini, tinggal disini dan hidup bersama kalian disini." Jawab Jin sambil melipat tangannya di depan dada.

"Jangan bermimpi."

"Eh hem.. Kau tidak bisa mengelak karena ini keputusan Pak Tua itu."

Seokjin melangkah kedepan sambil menubruk sebelah bahu Yoongi. Menegaskan bahwa ia berani dan memiliki kekuatan melawannya.

Langkah besar Seokjin membawanya kepada makhluk buntal yang imut itu. Jimin mendongak keatas melihat Seokjin berdiri di depannya. Orang yang mengaku sebagai kakaknya itu tersenyum manis dan lebar. Bahkan Jimin merasa nyaman ketika kepalanya dielus oleh tangan besar Seokjin.

"Annyeong, Minie."

Seokin kemudian mengelus kedua pipi bulat Jimin saking gemasnya melihat mata puppy adiknya membulat lucu. Sangat polos.

"Aku harap kau bisa menerimaku. Hyung juga menyayangimu walaupun kita baru bertemu. Aku sudah banyak mendengar tentangmu. Dan ternyata kau sangatlah lucu dan mungil."

Seokjin membawa Jimin kedalam pelukannya yang hangat. Tubuh mungil itu tenggelam dibalik tubuh besar Jin. Yoongi yang melihatnya dari jauh hanya bisa berdecak kesal dan mengepalkan kedua tangannya.

Ia benci. Ah lebih tepatnya cemburu. Jimin adalah adiknya. Miliknya. Dan hanya untuknya. Dia tidak ingin berbagi.

"Mari kita obati lukamu dulu, Minie. Apa kau tidak merasa sakit pada pundakmu?" Seokjin sedikit meremas pundak Jimin yang langsung saja disambut teriakan keras Jimin karena sakit.

Sejak kapan pundaknya berdarah? Ah tamatlah riwayatnya. Pasti Yoongi hyung akan mengurungnya setelah ini.

×××

"Jadi kau adalah hyung ku?"

Seokjin mengangguk sembari membersihkan luka Jimin dengan telaten. Beruntung jika perlengkapan kesehatan disini super lengkap setara dengan rumah sakit. Yah, bisa ia duga karena pangeran keluarga ini sangat ringkih.

"Bagaimana bisa?" Tanya Jimin kembali.

"Kita berbagi DNA yang sama, Jiminie. Kau juga masih memiliki satu orang kakak lagi. Namanya Kim Taehyung. Dia adalah adikku."

Seokjin dengan telaten membebat pundak Jimin dengan kasa.

"Lalu dimana adikmu itu, hyung?"

Yoongi yang berada disudut kamar dekat jendela melotot mendengar ucapan Jimin. Semudah itukah ia menerima orang asing sebagai kakaknya?! Heran Yoongi.

"Nanti malam dia akan sampai di Korea. Kemarin ia mengurus kepindahan studinya dahulu."

"Ohh ya? Dia masih sekolah? Dia umur berapa, hyung?"

"Berbeda 1 tahun lebih tua darimu. Dan saat ini sedang berkuliah."

"Ohh benarkah? Lalu kenapa marga kita berbeda, hyung?"

Seokjin terdiam, begitupun dengan Yoongi. Mereka tahu cepat atau lambat pertanyaan ini akan keluar. Tapi tidak menyangka jika detik ini juga.

"Hm.. Kenapa yaa? Coba kau tanyakan saja pada Yoongi."

Seokjin melemparkan jawabannya pada Yoongi, yang tentu saja dihadiahi oleh pelototan dari pemuda itu.

"Jadi kenapa hyungie?"

Yoongi berfikir sejenak. Ia membasahi bibirnya sebelumnya menjawab.

"Karena kita berbeda Ibu."

Singkat.

Jimin akan bertanya kembali namun segera Seokjin sela.

"Istirahatlah dahulu Jiminie. Nanti malam kita akan mengadakan pesta penyambutan. Kau bisa bertemu dengan saudara yang lain malam ini."

"Ahh baiklah. Aku tidak sabar menunggu malam datang!" Seru Jimin.

Setelah memastikan semua aman, Yoongi dan Seokjin meninggalkan kamar Jimin. Karena pasti ada banyak hal yang ingin dibicarakan Yoongi dengannya setelah ini.

•••

Notes : Abangnya Jimin menggoda iman semwuaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Notes : Abangnya Jimin menggoda iman semwuaa

Btw ngerasa alurnya lama gak gess?

Gloomy Oktober : Little Brother Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang