Bab 7

184 28 23
                                    

Taehyung menyesap anggurnya dengan pelan di meja bar. Menikmati setiap rasa masam yang mengaliri kerongkongannya. Ia menatap gelas kaca di tangannya kemudian menghirup dalam aroma anggurnya yang terasa sangat nikmat.

Ia tak menghiraukan seseorang yang menarik kursi di sampingnya.

"Buatkan aku minuman sepertinya!"

Bartender segera menyiapkan pesanan tuan muda barunya dengan cepat.

Kim Seok Jin, pemuda itu menatap Taehyung dengan serius. Ia ingin memastikan kembali tujuan pemuda ini datang kemari.

"Apa kau sungguh berniat untuk mengambil nyawa anak itu?"

Taehyung bergeming. Ia masih mengamati serta memutar perlahan liquid yang berada dalam gelas kacanya. Kembali menghidu dengan dalam dan nikmat. Tidak ada niat untuk merespon pertanyaan hyung disebelahnya.

Jin menghela nafas untuk melapangkan dadanya menghadapi beruang kutub di sampingnya.

"Jawab aku, Kim Taehyung." Tekan Jin dengan suara rendah serta tatapan tajam yang dapat membuat bulu kuduk merinding.

Mendengar kakaknya yang berada dalam mode serius, Taehyung hanya melirik dari sudut matanya. Masih acuh tak acuh.

Ia mengangkat gelasnya tinggi-tinggi lalu menuang anggurnya perlahan membasahi meja bar yang putih bersih itu.

"Seperti ini, hyung." Jawab Tae dengan lirih sambil memperlihatkan cairan merah keunguan yang perlahan menetes membasahi lantai.

Jin menahan nafas agar amarahnya tidak memuncak. Sungguh adiknya seperti iblis. Entah siapa yang membesarkannya hingga kejam seperti itu.

Setelah gelasnya benar-benar kosong, Taehyung berjalan meninggalkan kakaknya. Sebentar lagi makan malam akan dimulai, tapi moodnya kacau hingga ia perlu menyesap kenikmatannya untuk mengembalikan suasana hatinya. Dan pilihannya jatuh halaman belakang seluas lapangan golf di belakang mansion.

Sedang Jin, pemuda itu menatap buttler yang sedang membersihkan ulah Taehyung.

"Maafkan aku yang tidak sengaja menumpahkannya." Ucap Jin menutupi ulah Taehyung.

Sang buttler mengangguk sungkan kepada sang tuan muda yang menurutnya paling waras dan baik hati diantara tuan mudanya yang lain. "Tidak mengapa tuan, ini adalah tugas saya."

Jin tersenyum teduh, "Terima kasih."

Pemuda itu bangkit hendak memanggil si kecil favoritnya saat ini untuk menikmati barbekyu di pekarangan belakang, namun ia melihat keributan di ruang santai. Banyak buttler dan maid yang hilir mudik dengan panik. Ia juga melihat Jung ahjuma menekan tombol darutat untuk memanggil dokter di paviliun belakang.

Jin segera menerobos kerumanan itu dan melihat Yoongi dengan tangan gemetar serta panik memeluk Jimin yang sedang kejang dan kesulitan nafas.

Haish, tidak begitu! Jimin perlu tempat yang luas dan datar supaya mendapat oksigen!

Jin segera mengambil alih tubuh Jimin dari tangan Yoongi yang gemetar. Ia rebahkan diatas karpet lalu segera memiringkan tubuhnya agar Jimin tidak tersedak. Bibi Jung segera mengambil posisi dan merapalkan kalimat penenang dan mengusap punggung kecil Jimin dengan pelan agar Jimin dapat melewati masa kejangnya. Seperti biasa.

Detik-detik menegangkan ini akhirnya berlalu dan Jimin segera dibawa ke ruang steril oleh para buttler. Jin membuka kaos Jimin agar memudahkan penanganan. Namun sejenak ia tertegun setelah melihat kondisi tubuh adik bungsunya. Jin mengamati lingkaran hitam keungunan disekujur tubuh mungil ini. Ia sangat shock, tidak menyangka bahwa kondisi Jimin sangat tidak baik. Dibalik baju panjangnya, dibalik senyum bulan sabitnya Jimin yang hangat, entah seperti apa rasa sakit yang harus ditangguh tubuh ringkih itu.

Mansion itu benar-benar ribut hingga Taehyung yang sedang menyesap cerutunya ikut penasaran dengan apa yang terjadi.

Sekarang, di pojok ruang steril khusus ini, ia merasa sudut hatinya tertawa bahagia melihat Jimin yang pesakitan. Selama kedatangannya di Korea, bocah itu selalu berisik dan mengekori kemana pun Taehyung pergi hingga membuatnya geram. Bagus, teruslah seperti itu Park Jimin, eranganmu bagaikan melodi indah untukku.

Taehyung sebenarnya tahu seberapa effort Jimin dalam mendapatkan atensinya. Namun baginya, Jimin adalah perusak. Sejak awal Jimin menghirup udara dunia ini merupakan sebuah kesalahan. Setiap hembusan nafas Jimin, adalah neraka bagi telinga Taehyung. Dan nyawa Jimin adalah obat untuk Taehyung kembali sehat.

Pemuda itu tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya menatap Jimin yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.

Entah dibagian tubuh mana lagi, perdarahan terjadi. Hanya doa yang dapat dipanjatkan seluruh penghuni mansion untuk sang bungsu.

[[]][[]][[]][[]][[]][[]]


Malam begitu mencekam. Detik demi detik dilalui dengan ketegangan. Beberapa dokter spesialis datang dan menggantikan dokter lain untuk mengerahkan kemampuannya menangani Jimin.

Pasca kejadian sebelumnya, Yoongi telah menambah daftar dokter senior untuk standby di paviliun dengan segala fasilitas dan tunjangan yang fantastis. Bahkan untuk beberapa dokter spesialis kepercayaan, sengaja Yoongi tempatkan di perumahan yang sama dengan mansionnya agar kejadian tak terduga seperti ini cepat tertangani.

Saat ini, perdarahan pada rongga dada atau biasa disebut hemotoraks adalah kondisi serius yang melibatkan akumulasi darah di dalam rongga pleura, yaitu ruang antara paru-paru dan dinding dada. Dalam kasus Jimin, perdarahan ini bisa terjadi tanpa adanya trauma jelas atau spontan, karena kerusakan kapiler atau pembuluh darah kecil di dada. Perdarahan ini bisa mengganggu fungsi paru-paru dan menyebabkan masalah pernapasan yang serius.

Yoongi dan Jin hanya terdiam di sudut ruangan dengan pikiran berkecamuk. Dua pemuda itu tak sanggup rasanya menatap Jimin ringkih sedang dibelek oleh tim dokter.

"Sepertinya kau harus keluar dari sini, wajahmu pucat." Ucap Jin lirih disamping Yoongi. Ia menatap tubuh Yoongi yang lemas seperti jelly.

"Kulitku memang pucat dari dulu." Sahut Yoongi acuh.

Jin hanya berdecak sebal. Kenapa ia memilik dua adik kutub. Hanya Jimin, satu-satunya mentari yang menghangatkan hati Jin.

Sedangkan disisi lain, Taehyung menikmati setiap tetes darah Jimin yang dikeluarkan dokter melalui chest tube dengan senyum merekah.

Ia dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tubuh mungil itu sekarat, pucat seperti mayat dan mata bulan sabitnya yang tertutup rapat.

Malam itu benar-benar malam yang panjang.

[[||••||]]

Selucu ini tapi ga diakuin babang Tae 💔💔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selucu ini tapi ga diakuin babang Tae 💔💔

Long time no seeeeee! 😈

Masih ada yang nungguin kah? Mau dilanjut apa engga? Wkwk

Gloomy Oktober : Little Brother Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang