"Hyung, appo~"
Park Jimin berujar dengan wajah memelas.
"Yang mana?"
Jimin menunjuk sikunya yang terjedot ujung meja membuatnya merasakan sensasi tersetrum, lecet dan nyeri.
"Ah, tidak bisa kah kau lebih berhati-hati, hm? Kalau berdarah bagaimana?" Ucap Yoongi tertahan antara gemas dan kesal dengan sang adik.
"Kau harusnya memarahi meja itu hyung. Bukan aku. Kan meja itu yang menyakiti aku." Jimin mencebikkan bibir gemuknya dengan lucu.
"Kemarilah, aku obati lukanya."
Jimin segera mendekat dan duduk di tengah-tengah kasur king size Yoongi masih dengan salah satu tangannya menahan siku.
Yoongi segera mengambil kotak P3K di nakas samping tempat tidurnya dan mengeluarkan antiseptik spray, kasa serta plaster.
"Mendekatlah. Nanti kau mengotori kasurku."
Jimin berdecak namun tetap merangkak mendekati kakaknya yang duduk di pinggir, menghadap jendela kaca besar yang menampilkan matahari terbenam diluar sana.
"Apakah kau menjadi anak baik hari ini, Jiminie?" Tanya Yoongi sambil membasahi kapas dengan alkohol.
"Hm, Nchim hari ini sangaaatt nakal- aww! Hyung perih!" Teriak Jimin saat Yoongi membersihkan lukanya. Bahkan air mata keluar dari sudut matanya.
"Sstt, sebentar saja." Yoongi meniup-niup luka Jimin dengan telaten.
"Lalu apa kenakalanmu hari ini, Jiminie?" Yoongi mulai kembali obrolannya untuk mengalihkan atensi Jimin dari rasa sakit.
"Aku membuat Jung ahjumma pingsan karena memasukkan kodok ke dalam keranjang baju saat dia sedang menjemur tadi pagi. Lalu semua pelayan keluar dan mengangkat Jung ahjumma ke belakang."
"Astaga! Kau memang anak nakal, Minie."
Yoongi menyemprotkan antiseptik agar luka Jimin cepat sembuh dan mulai menutupnya dengan plester.
"Ohh iya Hyung, bantu aku bersembunyi dari Namjoon Hyung yaa." Jimin menatap Yoongi dengan penuh harap.
"Wae?" Yoongi menaikkan alisnya.
"Chim tidak sengaja merusak laptopnya tadi siang. Katanya dia ada rapat penting bersama Appa. Aduh pokoknya aku takut sekali melihatnya wajahnya." Jimin memeluk bantal di dekatnya dan segera menutup wajah, takut.
"Kenapa bisa?"
Jimin mengintip dengan ekor matanya melihat Yoongi yang sedang membereskan bekas kapas dan lainnya.
"Tadi aku penasaran sekali dengan video yang Namu Hyung liat di ruangannya. Padahal Hyung sudah melarangku. Tapi karena aku kepo, jadi kutarik saja laptop itu, eh malah terpotek layarnya, laptop Namjoon hyung jadi dua deh." Lirih Jimin.
"Lalu, Namjoon Hyung keliatan sangaaatt marah. Seperti gorila, hidungnya kempas kempis." Lanjutnya.
"Terus?"
"Aku kabur saja ke ruangan appa dan sembunyi disana. Terus aku diantar pulang oleh Hobi Hyung."
Yoongi meneliti setiap inci tubuh adiknya dan membuka salah satu perban yang mulai basah dengan bercak merah.
"Apakah appa tahu jika kau berulah di kantornya?"
Dia menatap luka di betis adiknya dan membersihkannya dengan telaten. Jimin yang berada di atas kasur menatap Yoongi yang duduk di lantai.
"Entahlah. Palingan Hobi Hyung nanti akan mengadu ke App-aw!" Jimin meringis.
"Hyung pelan-pelan!"
"Hm."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Oktober : Little Brother Park Jimin
Hayran KurguPark Jimin tidak boleh terluka. Semua orang sangat menyayangi Park Jimin. Anak berusia 18 tahun yang tidak ada dewasanya sama sekali. Suka menangis, merengek dan berlaku semaunya. Bahkan Suga yang cuek pun sangat menjaga Jimin. Dan Seok Jin, kakakn...