Bab 6

542 49 14
                                    

Byuuurrrr

"Hyung! Jiminie tidak bisa berenang!"

Pria mungil itu lagi-lagi berulah di pagi yang cerah ini.

"Tolong hyung! Enchim tenggelam! Huaaa! Toloonggg!"

Sudah seminggu ini kediaman keluarga Park tidak pernah absen dari kehebohan akibat ulah si bungsu. Ada saja keributan yang membuat seluruh mansion membuncah. Padahal hari-hari sebelumnya saja sudah ramai.

Seperti pagi ini. Raungan si mungil hanya ditanggapi gelengan kepala dari para maid dan buttler mansion.

Bagaimana tidak? Sang pangeran keluarga tenggelam di kolam karet setinggi 60 cm? Sekali lagi kutekankan, hanya 60 cm?!

Hell no.

Bahkan bebek-bebek kuning di kolam tersebut tertawa terpingkal-pingkal saking menggemaskannya kelakuan si kecil.

"Hyuuunggg! Bluubb- tolong- ppuuk"

Tubuh mungil itu meronta-ronta selayaknya orang yang benar-benar tenggelam di lautan bebas, membuat rumput halaman tersebut banjir oleh air dari kolam karet itu.

Namun akting si kecil harus segera kita sudahi jika tidak ingin gendang telinga penghuni mansion menjadi pecah.

"Ya Jimina, bangunlah. Trik kuno seperti itu tidak akan mempan."

Akhirnya sang kakak yang turun tangan. Sambil memakan sandwich di tangan kanan, Yoongi menyender pada tiang teras belakang. Matanya masih sayup-sayup mengantuk. Namun ia harus segera menghentikan ulah si mungil agar kembali tenang supaya bisa menikmati hari.

Jimin yang mendengar suara bass sang kakak segera bangkit, berdiri di tengah-tengah kolam sembari memeluk bebek di tangan kanannya dan tangan kiri menaikkan kacamata renang.

Anak itu merengut tidak suka. Ia menghentakkan kaki dan melempar semua benda ditangannya sambil keluar dari kolam karet. Para maid segera menghampiri si mungil sembari memakaikan kimono agar tidak kedinginan.

Si mungil menolehkan kepalanya ke arah kursi santai tak jauh dari kolam karetnya. Ia menatap sebal ke arah pemuda berkacamata hitam di bawah payung besar yang melindunginya dari sinar uv. Pemuda itu sedang menikmati orange juice nya tanpa terganggu sedikitpun. Bahkan dari posisinya saat ini, Jimin akui jika pemuda itu sangat amat tampan.

"Tuan muda, mari kami bantu bersiap supaya tidak masuk angin." Para maid ingin segera membawa Jimin ke kamar bilas. Khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan.

Saat melangkah, Jimin melihat ada bebek kuning di dekatnya dan langsung saja ia menginjak bebek malang itu hingga menjerit keras.

Kweeekkkkk... Ngek

Dan melemparnya ke arah pemuda tampan itu yang reflek segera ditampis.

Pemuda itu berdecak sebal sambil membuka kacamata hitamnya. Sebelum singa itu meraung karena diusik, Jimin segera berlari meninggalkan taman dalam keadaan basah kuyup mengotori penjuru mansion.

Ahh, sungguh pagi yang sangat indah. Bisik para maid dan buttler sembari menangis batin melihat tugas dadakan dari sang tuan muda.

=•=•=•=

Tujuh hari.

Dan masih belum membuahkan hasil.

Jimin menghela nafas di balik jendala kamarnya sembari menatap halaman belakang layaknya anak anjing yang polos. Semua ide gilanya sudah ia gunakan. Berbagai cara sudah ia tempuh. Tapi sampai detik ini, pria tampan itu masih belum bisa ia dekati.

Gloomy Oktober : Little Brother Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang