Mendung kembali bertahta pagi ini. Gerimis kecil kembali menyapa. Mendesak manusia untuk kembali bergelung nyaman dalam selimut. Menciptakan rasa malas untuk menjalani rutinitas.
Tak ayal dengan Jimin salah satunya. Masih bersandar di brangkar VIPnya dengan nyaman sembari menonton kartun dalam salah satu tayangan channel tv.
Duduk dengan tenang sembari menerima suapan dari Bibi Gong. Satu persatu suapan hingga tandas satu mangkuk makanan tanpa ia sadari.
Terakhir Bibi Gong menyuapkan sesendok obat puyer yang telah diseduh dengan air pun diterima Jimin dengan tenang. Ah, jangan lupa jika Jimin belum bisa meminum obat tablet di umurnya saat ini. Membuat Yoongi harus mengajukan request khusus kepada apoteker rumah sakit untuk menggerus dahulu semua resep obat adik kesayangannya itu.
"Istirahatlah kembali, Tuan Muda." Ucap Bibi Gong yang diangguki Jimin.
Tak lama pintu kamarnya terbuka menimbulkan derit yang khas di indera pendengaran dan teriakan heboh langsung meramaikan ruangan.
"Good morning my baby Jiminie, anak itik bantetku yang gemoy! Hoseok hyung comiingg!"
Hoseok, pemuda itu masuk dengan menenteng beberapa paper bag ditangannya.
"Yak! Aku benci Hobi hyung!"
Plak
Jimin melempar Chimmy di dekatnya dan mendarat sempurna di wajah Hoseok.
"Aigo! Dongsaeng kesayanganku galak sekali sih"
Hoseok berkacak pinggang setelah menaruh belanjaan di sofa. Bibirnya mencebik sambil menghentak kaki mendekati Jimin. Ketika jaraknya tinggal beberapa senti, Hoseok langsung menangkup kedua pipi Jimin dan diciumnya brutal seluruh wajah Jimin akibat terlalu gemas.
"Andwe! Bibwi! Twolong akwu! Usyil Hobwi yung skwalang Bib -bi! Aakk"
"Kau tidak akan selamat kali ini anak itik!"
Hosoek semakin ganas menghujami Jimin dengan kecupannya, bahkan setiap inchi kepala Jimin hingga rambutnya pun ia gigit. Terlalu gemas dengan muka bantal Jimin yang sangat cute dan tubuh mungilnya yang tenggelam dalam sweater rajut kebesaran.
"Kau-"
Cup
"Sungguh-"
Cup cup
"Menggemaskan!"
Cup.cup.cup.cup.cup
"Aakkkk! Ampuuunn! Hahahaha!"
Jimin menyerah! Kalah. Ia tertawa sangat lepas karena terlalu geli diserang Hoseok.
Namjoon yang baru menyusul karena tadi ia menerima telfon dahulu langsung shock terapi melihat kelakuan Hoseok. Takut-takut Jimin tergores meski sedikit, maka habislah mereka semua di tangan Yoongi.
"Geumanhae, Hoseok. Jimin bisa terluka." Ucap Namjoon dingin yang langsung menghentikan ciuman maut Hoseok di pipi Jimin.
Pemuda itu menatap Namjoon dengan puppy eyes-nya kemudian kembali menatap buntalan daging tepat di depan wajahnya. Ia kemudian melepas pipi Jimin dengan lesu.
"Kau sungguh perusak suasana, Joonie." Lirih Hoseok dengan lesu seraya turun dari ranjang Jimin dan duduk di kursi.
"Akh! Mulai sekarang aku benci Hobi hyung!" Teriak Jimin sambil mengusap seluruh wajahnya takut terkena najis bekas liur Hoseok. Sungguh anak durjana.
"Kau selalu mengatakan itu setiap bertemu Hoseok, Jimina." Ucap Namjoon sambil mendekati ranjang Jimin.
"Bagaimana keadaanmu, saeng?"
Jimin menatap Namjoon dengan binar, "100% sangat baik! Walaupun baru saja ada badai topan menerjang!" sindir Jimin sambil melirik kearah Hoseok yang langsung dihadihi cebikan dari Hoseok.
Jimin langsung bersemangat kembali ketika Namjoon mengelus pucuk kepalanya dengan lembut, menghantarkan hangat di sudut dadanya. Padahal tangannya sungguh besar dan sering merusak benda-benda di sekitar. Tapi menurut Jimin terasa seperti diusap oleh appa-nya, menyenangkan.
Hoseok misuh-misuh kembali melihat anak itiknya menggoyangkan ekor kepada Namjoon. Aish, padahal Namjoon menyeramkan, berbadan besar dan tatapannya tajam. Selalu terlihat serius dan susah diajak bercanda. Ah pokoknya menyeramkan! Berbeda dengannya yang sering tersenyum sehangat mentari. Kenapa Jiminie nya lebih memilih Namjoon? Kenapa?
"Hyung, wae geurae?" Jimin heran melihat Hoseok berpose aneh di dekatnya. Ah, tidak tahu saja bocah ini jika Hoseok sedang meraung-meraung batin meratapi nasib.
Hoseok menurunkan kembali tangannya dan duduk dengan tenang untuk mengembalikan citra-nya walaupun sudah ambyar. "Bukan apa-apa."
Jimin menaikkan sudut bibirnya aneh melihat Hosiki hyungnya tidak bersemangat.
"Apa oleh-oleh yang kau bawa, hyung?" Tanya Jimin mencairkan suasana.
Dan benar saja, dengan secepat kilat Hoseok mengambil beberapa paper bag yang tadi ia letakkan dan membawanya ke atas ranjang Jimin dengan wajah yang sangat cerah. Mengeluarkan satu persatu barang dari dalam paper bag seperti sedang melakukan unboxing yang tentu saja langsung membuat Jimin berbinar senang.
"Taraa~"
"Terakhir adalah titipan dari Tuan Park. Dia khawatir kau kedinginan jadi menitipkan hadiah ini padaku. Kau tahu Jimina, saat di Amerika, Tuan Park selalu menanyakan keadaanmu padaku dan selalu merasa khawatir. Takut kau terluka, takut kau jatuh, takut kau tidak makan dengan benar, takut kau kesepian dan tentu saja, takut kau merindukannya." Ucap Hoseok dengan semangat 45.
"Jinjja? Tentu saja aku sangat merindukan Appa, tolong sampaikan ini padanya. Aku akan sering memakai beanie ini supaya tidak kedinginan. Appa tidak perlu khawatir padaku. Aku baik-baik saja dengan hyungie."
"Geurae? Baiklah akan kusampaikan padanya jika anak itik semakin gembul. Kau makanlah yang banyak, istirahat dan jangan sampai terluka supaya tuan Park tidak menangis karena mengkhawatirkanmu." Balas Hoseok.
"Ay ay captain!" Seru Jimin.
Hoseok mengelus pelan kepala Jimin yang saat ini sedang berbinar menatap beanie di tangannya dengan bangga, mengabaikan barang-barang lain yang dibawa Hoseok. Juga mengabaikan atensi di sekitarnya.
Beberapa hari lalu Jimin mendengar jika ayahnya akan melakukan rapat besar di kantor. Ia pikir, ayahnya akan datang dari Chicago, maka dari itu ia bergegas ke kantornya barangkali dapat berjumpa walaupun hanya beberapa detik.
Namun ternyata pada hari itu Tuan Park hanya bisa menghadiri pertemuan secara video conferense saja. Yang tentu saja Jimin tidak diizinkan ikut karena rapat ini merupakan rapat penting dengan para petinggi.
Hingga akhirnya ia merasa bosan berkeliling kantor dan berakhir mematahkan laptop Namjoon. Betul, tragedi dimana Namjoon merah besar hingga hidungnya kempas-kempis.
"Hajima,"
"Museun soriya?"
"Sudah kubilang, hentikan drama yang kalian buat. Kalian akan menyakiti Jimin nantinya." Balas Tuan muda pewaris keluarga Park dengan dingin kepada kedua sahabatnya.
×××
Note : Hanya cerita pasaran gess
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Oktober : Little Brother Park Jimin
FanficPark Jimin tidak boleh terluka. Semua orang sangat menyayangi Park Jimin. Anak berusia 18 tahun yang tidak ada dewasanya sama sekali. Suka menangis, merengek dan berlaku semaunya. Bahkan Suga yang cuek pun sangat menjaga Jimin. Dan Seok Jin, kakakn...