"Kau sudah siap?"
Jimin mengangguk dengan senyum cerah yang sangat manis. Jimin yang duduk di sofa sedang memeluk boneka kesayangannya sembari melihat kakaknya menata beberapa barang, memastikan kembali tidak ada yang tertinggal. Bibi Jung telah pergi lebih dulu membawa semua perlengkapan Jimin pagi ini.
"Kau tidak bekerja hari ini, hyungie?" Tanya Jimin.
"Uang yang bekerja untukku Jimina jika kau lupa." Sahut Yoongi cuek.
Jimin mempoutkan bibirnya sebal dan menghentakkan kaki mendengar jawaban kakaknya yang sombong.
"Kajja. Kita pulang."
Yoongi mendekati adiknya yang sedang merajuk, sembari memberikan tangannya. Walaupun sebal, Jimin tetap menerima uluran tangan Yoongi layaknya anak TK yang digandeng ibunya.
Mereka memasuki mobil SUV keluarga Park dan melesat meninggalkan rumah sakit.
Selama perjalanan, Jimin menatap takjub gedung dan bangunan diluar. Ia menempelkan telapak tangannya di kaca jendela sembari berdecak. Ia juga menatap orang-orang dengan kesibukannya masing-masing di trotoar.
Dering ponsel pun tak membuat atensi Jimin beralih. Yoongi segera mengangkat panggilan masuk dari Jung Ahjumma, kepercayannya di rumah. Ia mendengarkan dengan seksama. Garis rahangnya sedikit menegang.
"Baiklah Ajumma. Gomawo. Ne"
Setelah panggilan terputus. Yoongi melirik Paman Han melalui spion kaca tengah. Sepertinya Paman Han juga menerima informasi yang sama dari para agen timnya melalui earpiece. Yoongi menaikkan sebelah alisnya yang langsung diangguki oleh Paman Han. Bodyguard itu segera memberikan instruksi pada driver keluarga Park untuk jalan memutar.
Jimin menolehkan kepalanya pada Yoongi, "Kita mau kemana, hyungie? Ini bukan jalan pulang."
Jimin bertanya karena mobil melaju menjauhi arah pulang. Ia heran, bukankah tadi Yoongi ingin dirinya segera beristirahat dirumah?
"Aku ada meeting mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Kau akan berisitahat di kamar hotel yang telah diresevasi Paman Han. Ikut dan menurutlah."
Jimin kembali heran, hyungnya ini sungguh tidak bisa ditebak. Entah apa mau nya. Dan lagi-lagi selalu mengambil keputusan tanpa menanyakan pendapatnya. Berkedok dalam frasa demi kebaikannya, Jimin akan selalu menurut.
Tapi tidak untuk kali ini.
"Kau menyembunyikan sesuatu, hyung?"
"Apa yang kau katakan?"
"Jawab dulu pertanyaanku, hyung! Pasti ada yang kau tutupi dariku!" Jimin berteriak dan memepetkan tubuhnya pada Yoongi.
"Tidak ada, Jimina."
"Kau berbohong! Jawab aku dengan benar hyung!"
Keributan di kursi belakang tak terelakkan lagi, membuat Paman Han dan driver menggeleng maklum, sudah biasa.
Paling ujung-ujungnya sang tuan muda kesayangan yang akan keluar sebagai pemenang.
"Ini sudah dekat rumah, hyung! Aku mau pulang saja! Cepat putar balik! Cepat!"
Jimin bergerak heboh membuat Yoongi pusing namun juga khawatir. Tingkahnya benar-benar seperti anjing poodle peliharaannya, si Holly yang berwarna coklat karamel jika meminta sesuatu.
"Jimina, tenanglah dulu. Biar aku jelaskan." Yoongi menahan lengan Jimin dan mendudukkan Jimin dalam pangkuannya. Mengungkung Jimin dengan kedua tangannya supaya diam.
Deru nafas Jimin memburu, lelah sepertinya. "Nchim mau pulang! Sekarang!"
Yoongi sebenarnya panik, namun ia segera menetralkan raut wajahnya kembali. Gawat. Jimin menggunakan 'Chimmy card'nya yang berati Yoongi kalah telak. Bisa panjang urusannya jika Jimin ngambek dengan serius. Bisa kiamat dunia Yoongi.
"Huh. Baiklah"
Gotcha. Paman Han memberi kode pada driver yang tentu saja langsung diangguki dengan cepat. Mobil tersebut segera memutar balik kembali dengan tujuan awal.
Tebakannya seribu persen tepat sasaran.
×××
"Jadi ini yang ingin kau sembunyikan hyung? Kau sangat jahad padaku!"
Jimin segera turun dari pangkuan Yoongi dengan kekecewaan yang jelas. Ia menutup pintu mobil sangat kencang hingga Yoongi saja terlonjak kaget. Benar-benar sudah habis energi Yoongi memikirkan bagaimana membujuk anak itiknya.
Melihat tubuh ringkih itu berlari dengan kaki mungilnya memasuki rumah, ah mungkin lebih tepat disebut dengan mansion, semakin membuat jantung Yoongi melorot ke perut.
Jimin tidak peduli lagi dengan sekeliling. Bahkan para buttler yang sibuk kesana-kemari tak dilirik sedikitpun oleh ekor matanya.
Anak itu tersenyum berseri dengan 'amat' sangat lebar. Dia berlari girang sampai pundaknya tidak sengaja menabrak salah satu butler yan sedang membawa panci panas. Untung saja panci tersebut tidak jatuh menimpa Jimin, bisa di eksekusi detik itu juga si buttler.
"Aw" Jimin hanya meringis kecil namun kembali melanjutkan langkahnya ke dalam rumah tanpa mempedulikan sang buttler yang telah berlutut hingga ke tanah untuk memohon ampun.
"Apppaaaaa??!!!"
"Appa eodiya?"
"Appaa??"
Jimin menelusuri ruang tamu dan ruang tengah namun tidak menemukan eksistensi manusia yang dicarinya.
"Appaa??"
Jimin mulai putus asa. Dia memastikan sekelilingnya kembali, dia tidak bermimpi kan? Jimin melihat para bodyguard appa-nya yang berbentuk bule dengan tubuh tinggi besar khas orang Amerika berada di mansion keluarga Park. Itu tandanya sang ayah menghirup udara yang sama dengannya.
Jimin berlari ke arah Jung Ahjumma yang berada di dekat pantry sedang memberikan instruksi kepada beberapa maid. "Ahjumma -Huuh huuh -Ahjumma aku tidak salah lihatkan?!"
Jung Ahjumma kaget melihat anak ini berada di depannya. "Tu-tuan. Bu-bukankah seharusnya kau bersama tuan Yoongi? Apa yang kau lakukan disini, tuan?"
Wanita paruh baya itu panik.
"Ap-pa.. Appa eodiya?"
Jung Ahjumma terdiam ragu. Namun Jimin mendengar suara tawa hangat di taman belakang. Tanpa menunggu lama, ia meninggalkan Jung Ahjumma dan segera berlari mendekati sumber suara itu.
Kali ini.
Semoga kali ini harapannya akan benar-benar terwujud. Hatinya bahagia. Ia bisa mendengar suara ayahnya dengan jelas secara nyata. Jimin benar-benar berharap kali ini. Tolong, izinkan Jimin bisa bertemu dengan ayahnya.
Brakk
"Appa!!"
•••
Ganti tahun aja belom, masih lama 2025 nya :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy Oktober : Little Brother Park Jimin
Fiksi PenggemarPark Jimin tidak boleh terluka. Semua orang sangat menyayangi Park Jimin. Anak berusia 18 tahun yang tidak ada dewasanya sama sekali. Suka menangis, merengek dan berlaku semaunya. Bahkan Suga yang cuek pun sangat menjaga Jimin. Dan Seok Jin, kakakn...