28. Perjanjian dan Karmanya

719 114 122
                                    

Taufan mengerutkan keningnya tanda ia bingung dengan apa yang diucapkan oleh Gempa.

"Coba ulangi lagi Gem, gak paham." Gempa melirik sejenak pada Taufan lalu menghela napas.

"Fan, Lin bilang kalau yang bajak akun base sekolah itu bukan Rimba. Otomatis ada yang curi E-mail milik Rimba, nah berarti kita gak bakal tahu siapa pelakunya. Jalan kita sempit."

"Kenapa gak bisa tahu pelakunya?" tanya Taufan.

Gempa mengembuskan napas. "Susah Fan, kesempatan kita buat tahu itu dikit. Kecuali kalau Sopan sudah kasih kesaksian siapa yang buat dia disekap, baru kita bisa hubungkan dengan masalah ini." jelasnya penuh panjang lebar.

"Belum ada kabar dari Kak Kaizo, kapan si Sopan kasih kesaksian?" Taufan dapat gelengan lemas dari Gempa.

Taufan mendecih, ia berkacak pinggang. "Mana bisa gitu ey~ kita harus lebih pintar lagi."

Gempa menganggukkan kepalanya. "Kak Kaizo bilang, kalau empat orang yang dia tangkap emang benar pelakunya maka bakal diinterogasi dan ditanyakan masalah ini juga."

"Sudah sudah, mending kita ke kelas Gem, sudah mau jam masuk. Gue mapelnya Ibu Vivi, serem anjir gak suka mapelnya!"

***

Diwaktu yang sama namun tempat yang berbeda. Tepatnya di aula yang berada di lantai 4.

"Mereka gak akan tahu gue, dan gue gak akan ketangkap," ucap remaja laki-laki itu dengan santainya.

Petir merotasikan bola matanya. Dia bersandar pada meja.

"Nona K bilang kita harus tetap waspada walaupun empat orang itu sudah melakukan perjanjian kematian," ucap Petir.

Angin mengerutkan keningnya, apa maksud dari perjanjian kematian.

"Itu perjanjian, kalau lo kasih tahu hal kebenaran sama orang yang mustinya gak tahu, maka lo...akan hilang ditelan bumi," kata remaja laki-laki itu.

"Intinya mati." Petir berlagak dengan santai.

"Selagi gue gak ketangkap sih ya santai-santai ae. Mumpung dapat duit ratusan juta, kayaknya gue mau pakai liburan ke Korea dah," sahut Api yang duduk sila di atas meja.

"Desember akhir kayaknya gue milih ke Rusia, negara idaman gue anjay," ujar Angin.

"Mana ada holiday. Justru karena liburan lo pada bakal sibuk di sekolah ini. Ritualnya banyak."

"Ah bangsat deh. Terus uang lo kemanain Pet?" tanya Angin.

"Buat pengobatan nyokap." Petir beranjak dari tempatnya dan berlalu dari aula.

***

Malamnya.

Malamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang