TOLOL

12 0 0
                                    

Pagi yang indah di dunia bagian Andara ini.

"Nggak jadi indah bre"

"Bangun Andara! mau berapa kali Bunda kepret pake lidi hah!?"

"Masih ngantuk bun 30 menit lagi aja"

Dunia : Se-tolol-tolol nya manusia pagi ini kayaknya dia

"Ayaaah! ini Andara mau di kepret pake gesper katanya"

"Nying!"

"BUUUUN SARAPAN MANAAA!!?"

Permata terkekeh pelan melihat kelakuan anak ke-duanya ini ia pergi menutup pintu dan ikut duduk di meja makan

"Andara udah bangun Bun?"

"Udah Yah"

"Yah tau tidak?"

"Kenapa?"

"Tadi malam Iqbal denger suara orang napas-napas gitu dari kamarnya Bang Dara"

Semua pasang mata di meja makan pun mengarah pada Iqbal yang masih setengah tidur Adinda pun angkat bicara

"Ngigo kamu Dek?"

"Serius Kak, Iqbal denger jelas banget!"

Mendengar kalimat kedua Iqbal sang Ayah berdiri dari tempat duduknya menyela jalan Andara yang hendak duduk di kursinya mungkin ini bukan pagi yang baik untuk Andara.

Ia melihat Ayahnya dengan senyum pagi yang cukup cerah dan di balas senyum mengerikan dari sang Ayah

"Kok gitu senyumnya Yah ini Andara udah cerah banged loh senyumnya hehe"

"Kamu belajar apa kemarin malam Andara?"

Andara melayangkan tatapan bertanya pada rakyat lain dan mereka hanya berpaling menahan rasa sedih dan miris

"Andara langsung tidur kok Yah"

"Nggak belajar dulu?"

"Emmmm ngg-nggak"

"Oke kalo gitu,sip"

"Hah?"

"Ikut Ayah!"

Raden menarik dasi Andara dengan cukup kencang karna Andara tidak mau mati sekarang ia berusaha menyelaraskan langkahnya sampai di depan kamarnya dan.......

"BUNDAAAAA!! AYAH GILAAA!!"

"Ya Allah selamatkan Andara dari Macan tutul Aaamiin"

Mereka melanjutkan makan dengan santai sedangkan di kamar Andara suara sabetan Gesper bersenandung indah di iringi lagu terpanjang dengan ritme menekan dari Ayah tercinta.

"Andaraaa?"

Waktu sudah berlalu alhasil Andara tidak masuk sekolah dengan izin pergi ke Prancis dengan sang Ayah padahal Ayahnya tetap pergi kerja,walau sikap Andara selalu membuat Permata stress ia juga masih memili banyak hati untuk Andara. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah 12 Andara masih saja meringkuk di dalam selimut kesayangannya

"Maafin Bunda ya sayang"

"Siapa yang cepu?"

"Iqbal"

"Tai! Hiks"

"Lebay kamu Ra!"

Sang Ibu menepuk pundaknya pelan menatap simpul pada sepiring mie kuah di meja, Andara mengeluarkan diri dari selimutnya kini tubuhnya penuh memar warna-warni Raden memang tidak pernah bermain-main kalau soal mendidik anak apalagi anak itu Andara ia akan sangat tegas tak pandang rasa dan sebagai Ibu Permata merasa tak tega melihatnya apalagi di tambah wajah Andara yang lemas pucat begitu terlihat sekali ia habis menangis kencang

ANDARA BATRISSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang