Inner Child

3.3K 360 185
                                    

Suasana bahagia menyelimuti kamar rawat inap yang selama hampir 10 hari ditempati oleh putri bungsu keluarga Harlan. Akhirnya check up terakhir sore ini, Angel diizinkan pulang. Kondisi yang semakin membaik, membuat dokter tidak bisa lagi mendebat Zee yang terus menanyakan kenapa Angelnya belum boleh pulang.

Tidak ada yang lebih bahagia dari Kakak Zee, perihal berita kepulangan ini. Ia sudah tidak sabar berangkat sekolah bersama dan berbagi kamar dengan sang adik. Selama beberapa hari terakhir, ia tidur bersama sang Mommy, atau jika akhir pekan berganti ditemani oleh sang Pappi. Zee tidak pernah diizinkan menginap di rumah sakit kecuali hari-hari awal Angel masuk rumah sakit, selebihnya Sang Mommy atau Pappi akan mengajaknya pulang, selarut apapun itu. Bahkan walau dia berpura pura telah tertidur lelap pun. Sehingga ketika mereka akan sekamar lagi, Zee tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Sejak pagi, bocah kecil itu sudah menyapa seluruh perawat yang hari itu bertugas di bangsal anak. Mengumumkan bahwa Angel akan segera pulang bersamanya.

"Byebye Om, Angel udah sembuhh" Azizi Abian Harlan membuka kaca jendela dan melambaikan tangan begitu antusias pada security yang berjaga di lobby rumah sakit. Tak pelak para security juga ikut melambaikan tangan pada sosok bocah yang hampir selalu berpamitan pada mereka kala akan berangkat sekolah, atau pulang ke rumah.

"Kak, tutup jendelanya ya, ntar balonnya terbang"

Shani, dari kursi penumpang depan memperingati Zee. Dengan patuh, si sulung menutup kembali kaca jendela dan duduk kembali di sebelah Angel, dibatasi oleh balon dino yang sengaja ia beli untuk Angel.

"Kakak kenapa beli balonnya dino, Dede kan suka ikan?" Shani menanyakan keheranannya yang baru dapat ia kemukakan. Tadi, si sulung pulang sekolah di jemput sang Pappi. Pulang-pulang membawa balon dinosaurus yang katanya untuk Angel.

"Tapi balon Dino lebih baguss. Angel dapat balon yang paling baguss"

"Iya Mom tau, tapi kalau buat Dede, harusnya yang Dede suka dong?"

"I thought Angel would love it"

"I love it, Koko ngasi dino kesayangannya, masa dede ga suka?"

Angel yang sejak tadi mendengarkan perbincangan sang kakak dengan Sang Mommy langsung menjawab tanpa memberi jeda. Ia tahu sang kakak sangat menyukai dino, dan melihat Azizi rela memberikannya kepada Angel, itu membuatnya sangat bahagia.

"Tuh Mom, Dino aku cuma boleh buat Dedee, eh buat Mom jugaa." "Buat Pappi enggak" baru Gracio akan membuka suara, si musuh bebuyutan sudah menabuh genderang perang duluan.

"Yaudah gapapa, nanti yang tidur sama Papi di kamar cuma Mom sama Dede, kakak bobo sendiri nanti"

"Iiihhh"

Melihat Zee yang bergerak akan menggigit sang Papi, Shani segera melindungi Gracio dengan memeluk lengan kiri sang suami yang sudah menjadi incaran Zee untuk digigit.

"Jangan gigit-gigit Kak, Pappinya lagi nyetir"

Kepala Shani yang masih rebah di pundak Gracio bisa melihat wajah galak Zee di belakangnya. Sabarnya dipanjangin Kak Zee...

"Pappi duluan Mommy" Padahal dia duluan yang cari gara-gara...

Melihat Shani yang membelanya, Gracio akhirnya menoleh ke arah sang anak saat mobil berhenti di lampu lalu lintas. Dirinya tersenyum, dan entah kenapa senyuman itu malah membuat Azizi menjadi semakin emosi.

"Gee, udah jangan diledekin lagi Kakak..." Shani berusaha menengahi, setengah berbisik pada sang suami yang memang selalu suka meladeni si kembar. Sudah tau punya anak yang kesabarannya setipis tissue, tapi Gracio selalu saja menyulut api emosi si kakak.

Best of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang