Empty Nest

2.5K 300 139
                                    

Ada banyak waktu yang sepertinya terlewati dengan begitu cepat. Tanpa disadari, bulan ketiga telah dilalui hanya dalam kedipan mata. Di belahan bumi bagian utara garis khatulistiwa, musim dingin telah berganti menjadi musim semi, waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu liburan tengah semester dengan menjelajah dunia menikmati tunas bunga-bunga yang mulai bermekaran.

Bahasan liburan akan selalu menjadi topik yang hangat bagi anak-anak, tapi tidak untuk siswa yang duduk di grade 6 dimana ini merupakan semester terakhir mereka menghabiskan waktu di primary school. Sepanjang obrolan yang masuk ke telinga, topik melanjutkan ke sekolah mana selalu menjadi bahan pembicaraan. Mengalahkan topik negara mana yang akan menjadi tujuan liburan mereka selanjutnya.

Mungkin ada satu orang siswa grade 6 di sekolah ini yang tidak menunjukkan antusiasme setiap topik itu mulai menjadi bahasan. Baginya, sekolah dan berada di tingkat manapun akan sama saja. Mamanya masih akan selalu menganggapnya anak kecil yang harus selalu dituntun. Masih tidak mempunyai kebebasan untuk memilih setelan pakaiannya sendiri. Dan masih tetap tidak mempunyai keberanian yang cukup untuk mendekati seseorang yang selalu ada di pikirannya.

"Do! Ayo buruan"

"Duluan aja" Aldo, anak mami yang selalu bermasalah dengan Zee menjelma menjadi bocah laki-laki tampan dengan tinggi badan yang sudah seperti anak junior high school. Anak itu tidak menghiraukan PE class yang sebentar lagi akan dimulai, fokus pandangannya tertuju pada sosok gadis berwajah pucat yang baru keluar dari lift lantai dasar.

Panjang langkah yang dia ambil, berusaha tetap menjaga dekat dengan gadis itu. Niatnya untuk tetap bersembunyi seketika hilang ketika melihat Angel, gadis yang selalu mampu mencuri perhatiannya, beberapa kali menghentikan langkah.

"Lo ga apa-apa?"

Kalimat itu adalah kalimat pertama yang Aldo berani ucapkan pada Angel, saudara kembar musuh bebuyutannya, gadis yang selalu ia ganggu semasa TK.

"Al" lembut jawab sapa Angel entah kenapa membuatnya tersenyum seperti orang bodoh. Om Cio, Aldo suka Angel...

"Lo mau kemana? Muka lo pucat banget" Segera bocah lelaki itu mengalungkan tangan Angel di bahunya, berusaha untuk menjaga imbang badan sosok cantik yang entah kenapa selalu berhasil membuat jantungnya berdetak cepat.

"Mau ke Ms Chika"

"Miss Chika nya beda gedung Njel, aku anter ke klinik ya?"

"Mau Pappi"

"Aku panggilin Om Cio nanti, tapi ke klinik dulu ya" tidak mempedulikan penolakan Angel, Aldo memapah gadis itu menuju klinik yang ada di ujung lorong lantai dasar. Mengacuhkan tatapan orang-orang yang heran musuh bebuyutan semasa TK itu tampak sangat dekat.

"Angel" begitu klinik terbuka, dokter yang tengah berjaga langsung dengan sigap mengambil alih putri bungsu Gracio dari tangan Aldo. Dalam diam, Aldo melangkah mendekat ke arah bed pasien. Melihat teman sekelasnya yang terlihat sekuat tenaga berusaha untuk memasukkan udara ke paru-parunya.

"Miss, mau Pappi" samar masih terdengar lirih permohonan Angel di telinga Aldo. Detik berikutnya, ia berlari dengan sangat cepat, mengitari gedung primary school menuju gedung kindergarten. Jarak gedung TK dan SD yang begitu jauh tidak menghentikan langkah kaki kecilnya untuk segera menyambangi Ms Chika.

Ramai derap langkah Miss Chika dan Aldo yang melintasi selasar sekolah, ditambah kehebohan pagi tadi kala Angel diantar Aldo ke UKS membawa berita tersebut juga didengar oleh Zee yang baru saja menuruni tangga. Tidak kalah cepat ia berlari menuju klinik, hanya untuk menyaksikan saudara kesayangannya tengah menangis di atas bed pasien.

Selanjutnya, gerakan Zee sangat cepat, bahkan membuat Aldo dalam hitungan detik terkapar di lantai.

"What are you doing?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang